Jakarta (ANTARA) - Di pertandingan antara Indonesia melawan Jepang di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Jumat (15/11) lalu, kelompok suporter timnas Indonesia La Grande Indonesia menampilkan koreografi pertarungan Gundala melawan Godzilla.

Gundala merupakan karakter pahlawan komik dari Indonesia, sedangkan Godzilla adalah monster fiksi raksasa dari Jepang. Sayangnya, di bawah guyuran hujan di stadion kebangaan Indonesia itu, Godzilla menjadi pemenangnya.

Jurus serangan sinar laser dari raksasa dengan sisik kasar tersebut mengalahkan jurus petir Gundala yang bertarung di hadapan puluhan ribu pendukungnya. Gundala kalah telak di kandangnya sendiri dengan skor empat gol tanpa balas.

"Untungnya ku tak pilih menyerah" dari penyanyi Bernadya berjudul "Untungnya, Hidup Harus Tetap Berjalan" menjadi penyemangat tambahan pada pertandingan malam itu dari La Grande Indonesia.

Begitu juga Shin Tae-yong, untungnya dia tidak memilih menyerah menghadapi banyaknya reaksi negatif di media sosial dengan tagar "STY Out" setelah kekalahan melawan Samurai Biru yang menjadi kekalahan kedua beruntun di putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 setelah melawan China di Qingdao.

Netizen berpikir, dengan skuad sekarang, Shin Tae-yong seharusnya sudah memberikan kemenangan pertama di putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026.

Ekspektasi mereka pada mantan pelatih yang pernah melatih Son Heung-min di Korea Selatan itu sangat tinggi. Harapan ini terakumulasi dari prestasi Indonesia yang sedang naik-naiknya pada tahun ini dengan kenaikan 16 peringkat di peringkat dunia FIFA sejak awal tahun.

Dengan juga bertambahnya pemain-pemain naturalisasi yang berkarier di Eropa, netizen menilai atas dasar ini, Indonesia sudah mampu lolos ke Piala Dunia 2026.

Padahal, ini adalah Piala Dunia, bukan Piala Asia, atau pun Piala AFF yang hanya selevel Asia Tenggara. Tentu, jalan yang ditempuh pasti berbeda karena tidak semudah biasanya. Lebih sulit, lebih terjal, dan lebih banyak tantangan.

Ketika disinggung banyak tekanan setelah kekalahan melawan Jepang, pada jumpa pers pra laga melawan Arab Saudi, Shin Tae-yong menjawab pertanyaan dari seorang jurnalis dengan jawaban panjang. Jeong Seok-seo atau Jeje, menerjemahkan perkataan Shin Tae-yong dalam konteks ini selama 57 detik.

Shin bilang, ketika kita menang, atau kalah, akan banyak berita yang baik begitu juga berita negatif.

Tapi memang sepak bola seperti itu, kita tidak bisa mengubah secara instan atau langsung. Jadi saya mohon fans sepak bola Indonesia untuk mendukung sepak bola step by step, ucap Shin Tae-yong.

Berbeda dari ocehan di media sosial, selepas pertandingan, puluhan ribu suporter sejati yang hadir langsung melihat perjuangan Shin Tae-yong dan anak-anak asuhnya melawan Jepang, tetap memberikan dukungan penuh pada pelatih 54 tahun tersebut.

Seperti pada laga-laga timnas senior biasanya, nama Shin Tae-yong tetap dinyanyikan oleh suporter pada parade setelah selesainya pertandingan melawan Jepang.

Shin Tae-yong membalas sorak-sorai namanya dengan gesture terima kasih pada suporter Garuda yang memercayainya hingga sejauh ini.

Pelan-pelan menapaki tangga

Alangkah bodohnya bagi yang menganggap Shin Tae-yong harus melepas kursi pelatih kepala timnas Indonesia setelah pertandingan melawan Jepang, negara berperingkat 15 dunia yang rutin masuk Piala Dunia itu.

Jikalau pun nanti timnas Indonesia berakhir tidak lolos ke Piala Dunia 2026, alih-alih menghakimi satu sama lain, alangkah baiknya kita membiarkan Shin Tae-yong memperbaiki timnya lebih tangguh lagi.

Akan sangat disayangkan jika pria asal Korea Selatan itu dipecat di tengah jalan karena pondasi yang dibangunnya akan sia-sia dan pelatih baru pun tak menjamin prestasi yang lebih baik.

Jika federasi sepak bola Australia dan Arab Saudi berani memecat pelatihnya di tengah jalan, itu bukan jalan yang semata-mata perlu ditiru karena situasi setiap tim punya masalah berbeda.

Socceroos dan Green Falcons memecat pelatihnya karena performa buruk mereka di putaran ketiga adalah sebuah kemunduran bagi sebuah tim yang sudah bermain di Piala Dunia sebanyak enam kali. Sementara Indonesia, ini baru pertama kalinya bermain di putaran ketiga, sesuatu yang tak pernah terjadi sebelumnya.

"Meskipun bukan orang Indonesia, sebagai pelatih kepala timnas Indonesia, saya akan berusaha semaksimal mungkin. Memang lolos ke Piala Dunia sangat baik, itu target yang kita mau dan ingin capai, tetapi kalau tidak lolos, mungkin kita bisa sama-sama berpikir bahwa masih ada kekurangan di tim kita, tetapi sudah ada progressnya," kata Shin Tae-yong.

Lawan terbesar pelatih adalah waktu, sedangkan fans Indonesia buta soal itu karena mereka hanya menginginkan hasil secara cepat. Menjadi pelatih timnas tidak gampang karena tak mempunyai waktu persiapan lama seperti yang terjadi di klub.

Di klub, setiap pelatih memiliki persiapan kurang lebih dua bulan setiap musimnya untuk membentuk identitas permainan baru atau memperbaiki kekurangan musim sebelumnya.

Di timnas, waktu seorang pelatih sangat singkat karena rata-rata dari mereka memiliki waktu kurang lebih satu pekan untuk mempersiapkan tim dengan pemain yang silih berganti.

Untuk pertandingan melawan Arab Saudi malam nanti, Shin Tae-yong juga meminta fans timnas Indonesia realistis soal hasil karena jarak kedua tim di peringkat dunia FIFA yang sangat jauh dimana Indonesia berperingkat 130 dunia dan Saudi berperingkat 59 dunia.

"Kita harus lihat diri sendiri dulu secara fakta dan realitasnya seperti apa. Arab Saudi pun jadi tim kuat tidak instan, step by step. Jadi saya juga pasti akan berterima kasih jika diberi dukungan oleh fans dan para media dengan mengetahui posisi kita sebenarnya di mana".

Perlu diingat, Indonesia di bawah Shin Tae-yong pelan-pelan sudah berada di jalur yang benar. Ia membawa Indonesia lolos ke Piala Asia untuk pertama kalinya setelah menjadi tuan rumah pada 2007 atau 17 tahun yang lalu.

Di Piala Asia, Shin Tae-yong mengantarkan Garuda lolos ke babak 16 besar untuk pertama kalinya dalam sejarah. Meski berakhir dengan kekalahan 0-4 dari Australia di babak 16 besar, tapi permainan yang ditunjukkan Garuda adalah yang terbaik pada laga tersebut.

Ini adalah sebuah prestasi bagi kita sebagai bangsa besar yang gila sepak bola. Tak bisa dipungkiri, pria kelahiran Yeongdeok itu sudah mengembalikan gairah menonton timnas yang beberapa tahun terakhir telah hilang. Keseruan nonton bareng di setiap kota, di rumah-rumah, hingga di lapangan luas kembali hadir berkat prestasi timnas yang mulai menanjak dan enak ditonton lagi.

Daripada memberikan target yang tinggi dalam waktu yang singkat, lebih baik memberikan target secara pelan-pelan, misalnya rutin masuk ke Piala Asia, dalam hal ini ke Piala Asia 2027. Indonesia sudah dipastikan bermain tanpa menjalani kualifikasi pada turnamen yang dimainkan di Arab Saudi tersebut karena lolos ke putaran ketiga Piala Dunia 2026.

Artinya, "penghakiman" mungkin lebih adil pada pencapaian Indonesia di Piala Asia 2027 nanti yang dimulai pada awal tahun, sekitar lima bulan sebelum kontrak Shin Tae-yong habis pada Juni 2027.

Memang kita rindu juara. Tapi intinya, sebagai fans, kita boleh berharap setinggi mungkin. Yang perlu diingat adalah jika harapan kita tak sesuai ekspektasi, kita harus kembali realistis, bahwa timnas Indonesia yang kita cintai ini masih dalam tahap berproses untuk naik ke level tertinggi.

Untungnya, bumi masih berputar. Untungnya, ku tak pilih menyerah. Untungnya, ku bisa rasa, hal-hal baik yang datangnya belakangan...

--- penggalan syair lagu "Untungnya, Hidup Harus Tetap Berjalan" dari Bernadya




Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Untungnya, Shin Tae-yong tak pilih menyerah

Pewarta : Zaro Ezza Syachniar
Editor : Siri Antoni
Copyright © ANTARA 2024