Jakarta (ANTARA) - Tidak ada yang tidak mungkin dalam sepak bola. Bola itu bundar sehingga semua bisa terjadi di dunia sepak bola.

Sepak bola bukan rumus matematika yang satu ditambah satu sama dengan dua, yang apabila tim kecil bertemu tim besar maka sudah pasti tim besar yang menang.

Kisah-kisah indah di jagad sepak bola menyimpan memori "Nothing is impossible", bahwa selain tujuh keajaiban dunia yang terkenal itu, di dunia kulit bundar ini keajaiban juga sangat mungkin terjadi.

"Miracle of Istabul" diperingati setiap tahunnya setelah Liverpool menjuarai Liga Champions 2005 ketika mereka tertinggal 0-3 dari AC Milan di babak pertama.

Pada musim 2015/2016, keajaiban berlabuh di tanah Inggris. Leicester City menjadi kampiun Liga Inggris, padahal musim sebelumnya The Foxes baru promosi ke kasta tertinggi dan berjuang menghindari zona degradasi.

Begitu juga nasib Indonesia yang sedang bermimpi bermain di Piala Dunia yang kini mimpi itu dihadapkan di grup neraka bersama Jepang, Australia, Arab Saudi, Bahrain, dan China di putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia Grup C.

Dari lima tim itu, tiga di antaranya, Jepang, Australia, dan Arab Saudi turut meramaikan Piala Dunia edisi terakhir di Qatar.

Laju terjauh dari ketiga tim tersebut dimiliki Jepang, negara yang tak pernah absen di Piala Dunia sejak 1998, yang mencapai 16 besar sebelum dikalahkan 1-3 Kroasia dalam drama adu penalti.

China hanya sekali berlaga di Piala Dunia, tepatnya pada edisi 2002 silam. Satu tingkat di bawahnya, ada Bahrain yang belum pernah bermain di Piala Dunia.

Di Piala Asia 2023 awal tahun ini, Bahrain dan Indonesia kompak terhenti di babak 16 besar. Sementara untuk China, sang peringkat 87 dunia itu malah tak mampu melewati babak fase grup.

Artinya, Indonesia mempunyai peluang untuk berbicara banyak di putaran ketiga. Mimpi bermain di Piala Dunia masih hidup, menyala, dan ada, apabila selalu bekerja keras, pantang menyerah, dan selalu percaya.

"Kami benar-benar berada di grup yang sulit di babak ketiga. Namun kami tidak akan pernah menyerah," kata pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong pada sesi jumpa pers menjelang melawan Arab Saudi, Rabu (4/9).

Seperti ungkapan "Ada banyak jalan menuju Roma", ada banyak jalan juga menuju Piala Dunia 2026.

Shin dengan jelas mengatakan tujuan timnya adalah finis peringkat tiga atau empat pada putaran ketiga untuk kemudian melanjutkan kulifikasi ke putaran keempat, bukan mendapatkan satu tiket dari enam tiket otomatis yang tersedia di putaran ketiga.

Di putaran keempat ini, ada enam tim yang saling berebut mendapatkan dua tiket otomatis.

Di putaran ini, diprediksi akan dihuni tim-tim yang bukan langganan Piala Dunia seperti Jepang, Australia, Iran, Arab Saudi, dan Korea Selatan. Shin melihat peluang Indonesia ada di situ.

"Kami tidak mencari juara satu dan dua, namun target kami adalah juara tiga atau empat agar bisa lolos ke tahap selanjutnya. Itu adalah tujuan pribadi saya, tapi ini juga merupakan tujuan tim kami," ucap Shin.

Malam ini waktu Jeddah, Indonesia memulai petualangan pertamanya di putaran ketiga kualifikasi saat bertamu melawan Arab Saudi, sang juara Piala Asia tiga kali dan enam kali partisipasi di Piala Dunia.

Pelatih dengan titel juara Liga Inggris, Liga Italia, dan Euro, Roberto Mancini menambah besar nama The Green Falcon di daratan Asia.

Namun, Shin dengan pengalamannya sebagai pelatih tak gentar sama sekali. Dirinya sangat santai dan tanpa merasa ada tekanan sama sekali.

Son Heung-min dan kawan-kawan pernah dibawanya mengalahkan juara bertahan Jerman dengan skor 2-0 di fase grup Piala Dunia 2018. "Di Piala Dunia, saya punya kenangan bermain melawan Jerman dan kami menjalani pertandingan yang sangat bagus".

Begitu juga Jay Idzes yang menjadi satu-satunya pemain Indonesia yang berlaga di Serie A Italia.

Musim lalu ia menjadi pilar penting di jantung pertahanan saat membawa Venezia promosi ke kasta tertinggi.

Musim-musim sebelumnya, bek 24 tahun itu juga kenyang pengalaman di Belanda, negeri yang melahirkan Johan Cruyff sebagai pilar penting filosofi sepak bola "Total Football".

Pengalaman ini membentuknya menjadi pribadi yang selalu menatap ke depan, selalu optimistis, selalu tenang, dan selalu percaya.

"Anda tahu, saya tahu beberapa tahun yang lalu Saudi bermain melawan Argentina dan kita semua tahu bagaimana hasilnya. Jadi pada akhirnya ini adalah sepak bola dan apa pun bisa terjadi," kata Idzes.



Faktor pemain di Eropa

Indonesia beruntung memiliki banyak pemain yang berkarier di Eropa yang menjadi megnet sepak bola hingga kini.

Dari 26 pemain yang dipanggil Shin Tae-yong untuk laga melawan Arab Saudi dan Australia, ada 10 pemain Indonesia di Eropa yang tersebar di empat negara, Inggris, Italia, Belanda, dan Belgia.

Ada dua nama yang selalu konsisten bermain di kasta tertinggi, Calvin Verdonk di Eredivise Belanda bersama NEC Nijmegen dan Jay Idzes di Serie A Italia bersama Venezia.

Meski hanya dua yang selalu menjadi pilar penting di kasta sepak bola tertinggi Eropa, delapan sisanya juga turut andil meningkatkan performa Indonesia akhir-akhir ini yang mencetak sejarah menembus babak 16 besar Piala Asia 2023, mencapai semifinal Piala Asia U-23 2024, dan bermain di putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.

Bukan bermaksud merendahkan kemampuan para pemain yang bermain di dalam negeri, Shin mengatakan para pemain yang menimba ilmu di Eropa memiliki fisik yang prima, visi yang bagus, dan pemahaman taktik yang baik.

Ketika "Garuda Calling" tiba, hal ini sangat berguna dalam racikan formasinya di setiap laga.

"Saya dapat mengatakan bahwa para pemain yang bermain di Eropa, sejujurnya sangat membantu kinerja tim kami," kata pelatih 53 tahun itu.

Dengan kualitas dan pengalaman para pemain Indonesia bermain di benua biru, tentu hal ini akan menjadi kekuatan berharga Indonesia yang akan membuka putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia Grup C melawan Arab Saudi di Stadion King Abdullah Sports City, Jeddah.

Arab Saudi bukan tanpa celah

Juara Piala Asia tiga kali dan enam kali berpartisipasi di Piala Dunia adalah prestasi Arab Saudi yang akan menjadi lawan Indonesia pada putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia Grup C melawan Arab Saudi di Stadion King Abdullah Sports City, Jeddah.

Roberto Mancini menambah harum nama besar The Green Falcon di Asia setelah pelatih asal Italia itu datang dengan titel juara Liga Inggris, Liga Italia, dan Euro di lemari trofinya.

Namun, dalam sepak bola tidak ada tim yang tidak bisa dikalahkan. Begitu juga Arab Saudi dengan Mancini-nya, bukan berarti dengan nama besarnya mereka tidak memiliki celah.

Sejak melatih Arab Saudi pada 27 Agustus 2023 atau setahun yang lalu, catatan Mancini tidak sesempurna yang dibayangkan.

Dari 14 laga, ia mengoleksi enam kemenangan, tiga seri, dan lima kalah atau bisa dibilang presentase kemenangannya hanya 42,8 persen.

Sebanyak 23 gol tercipta dari 14 laga atau 1,6 gol rata-rata gol setiap laganya. Pertahanan timnya tak terlalu baik setelah kemasukan 18 gol atau rata-rata kemasukan 1,28 gol atau kemasukan setidaknya satu gol setiap laganya.

Sementara Shin Tae-yong di Indonesia, presentase kemenangannya lebih baik dari Mancini dengan 51,06 persen atau 24 kemenangan dari 47 laga yang telah dijalani.

Lini depan yang diasuh Shin juga tajam dengan rerata 2,04 gol setiap laganya.

Dengan pertahanan Arab Saudi yang tak terlalu kokoh, catatan ini dapat dimanfaatkan para juru gedor Garuda untuk membuktikan kedatangan pelatih khusus striker Yeom Ki-hun tidak sia-sia.

Dari kemasukan gol, keduanya hampir sama. Mancini dalam hal ini sedikit lebih baik setelah Shin memiliki statistik 1,29 gol kebobolan per laga.

Aspek ini perlu diwaspadai lini belakang Garuda yang tanpa Justin Hubner dan Jordi Amat pada laga nanti, mengingat Arab Saudi memiliki pemain-pemain bertubuh besar dan tinggi.

Meski demikian, setidaknya pengalaman Jay Idzes di Serie A Italia, ketenangan Rizky Ridho, dan kemungkinan debut kiper Maarten Paes yang memiliki tinggi 1,91 meter dapat membuat semuanya terlihat baik-baik saja.

Dari lawan-lawan yang pernah dihadapi Mancini, muncul satu negara dari Asia Tenggara yang menarik perhatian, yaitu Thailand yang mampu menahan imbang 0-0 The Green Falcon di Piala Asia 2023.

Jika Thailand bisa, maka hal yang sama juga dapat dilakukan Indonesia.

Memulai putaran ketiga dengan minimal satu poin di Jeddah akan menjadi start yang sangat bagus bagi Indonesia.

Apabila terwujud, kepercayaan diri para pemain akan sangat membantu meraih tiga poin perdana pada lima hari setelahnya yang akan bermain di kandang melawan Socceroos, Australia di stadion kebanggaan, Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Bola itu bundar, Timnas Indonesia jangan gentar!

Pewarta : Zaro Ezza Syachniar
Editor : Siri Antoni
Copyright © ANTARA 2024