Padang (ANTARA) - Pengamat keuangan dan perbankan dari Universitas Andalas (Unand) Sumatera Barat (Sumbar) Fajri Adrianto mengatakan perkembangan teknologi yang semakin masif serta perubahan perilaku masyarakat berdampak positif terhadap penerapan keuangan digital di Ranah Minang.
"Perkembangan digitalisasi dan perubahan sikap atau perilaku masyarakat berdampak signifikan terhadap penggunaan keuangan digital di Sumatera Barat," kata pengamat keuangan dan perbankan dari Unand Fajri Adrianto di Padang, Selasa.
Menurut dia, fenomena cashless society di tanah air termasuk di Sumbar semakin tinggi. Hal itu dilatarbelakangi kekhawatiran masyarakat menggunakan uang tunai dalam bertransaksi.
"Sebagai contoh saya sendiri, rata-rata menyimpan uang di dompet itu hanya Rp100 ribu karena lebih mengandalkan transaksi nontunai," kata lulusan Queensland University of Technology tersebut.
Tidak hanya itu, di beberapa merchant atau toko, penggunaan kartu debit juga sudah semakin berkurang imbas dari metode pembayaran Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Masyarakat dinilai lebih tertarik menggunakan cara tersebut karena lebih mudah, simpel dan aman.
"Jadi, saat ini orang lebih aman dan nyaman menggunakan QRIS dibandingkan kartu debit saat bertransaksi," ujarnya.
Terpisah, Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sumbar Mohamad Abdul Majid Ikram menyebutkan penggunaan keuangan digital berupa QRIS di Ranah Minang meningkat pesat dengan jumlah merchant yang mencapai 514.577 hingga triwulan II 2024.
Menurutnya, penggunaan merchant di Ranah Minang didominasi oleh usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Di saat bersamaan pengguna QRIS juga terus meningkat yakni mencapai 824.214 pengguna.
Angka pengguna tersebut naik 238.311 ribu atau tumbuh 40,67 persen dibandingkan periode sebelumnya. Meningkatnya jumlah merchant maupun pengguna QRIS di Sumbar menandakan kesadaran masyarakat terhadap keuangan digital yang inklusif semakin membaik.
"Perkembangan digitalisasi dan perubahan sikap atau perilaku masyarakat berdampak signifikan terhadap penggunaan keuangan digital di Sumatera Barat," kata pengamat keuangan dan perbankan dari Unand Fajri Adrianto di Padang, Selasa.
Menurut dia, fenomena cashless society di tanah air termasuk di Sumbar semakin tinggi. Hal itu dilatarbelakangi kekhawatiran masyarakat menggunakan uang tunai dalam bertransaksi.
"Sebagai contoh saya sendiri, rata-rata menyimpan uang di dompet itu hanya Rp100 ribu karena lebih mengandalkan transaksi nontunai," kata lulusan Queensland University of Technology tersebut.
Tidak hanya itu, di beberapa merchant atau toko, penggunaan kartu debit juga sudah semakin berkurang imbas dari metode pembayaran Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Masyarakat dinilai lebih tertarik menggunakan cara tersebut karena lebih mudah, simpel dan aman.
"Jadi, saat ini orang lebih aman dan nyaman menggunakan QRIS dibandingkan kartu debit saat bertransaksi," ujarnya.
Terpisah, Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sumbar Mohamad Abdul Majid Ikram menyebutkan penggunaan keuangan digital berupa QRIS di Ranah Minang meningkat pesat dengan jumlah merchant yang mencapai 514.577 hingga triwulan II 2024.
Menurutnya, penggunaan merchant di Ranah Minang didominasi oleh usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Di saat bersamaan pengguna QRIS juga terus meningkat yakni mencapai 824.214 pengguna.
Angka pengguna tersebut naik 238.311 ribu atau tumbuh 40,67 persen dibandingkan periode sebelumnya. Meningkatnya jumlah merchant maupun pengguna QRIS di Sumbar menandakan kesadaran masyarakat terhadap keuangan digital yang inklusif semakin membaik.