Padang (ANTARA) - Akademisi sekaligus dosen Universitas Negeri Padang (UNP), Sumatera Barat (Sumbar) mengajak generasi muda di provinsi tersebut untuk terus melestarikan Silek Galombang Duo Baleh yang kini terancam punah.
"Eksistensi Silek Galombang Duo Baleh saat ini sudah mulai memudar di Nagari Bungo Tanjuang, sehingga perlu perhatian bersama untuk melestarikannya," kata akademisi dari UNP Herlinda Mansyur usai menjadi narasumber lokakarya Silek Galombang Duo Baleh yang diselenggarakan Institut Seni Indonesia (ISI) Kota Padang Panjang, Provinsi Sumbar, Minggu.
Herlinda menjelaskan terancamnya salah satu tradisi masyarakat Minangkabau tersebut akibat terputusnya generasi yang mewarisi Silek Galombang Duo Baleh terutama dari daerah asalnya, Kabupaten Tanah Datar.
Meskipun demikian, ISI Padang Panjang bersama pegiat silat di daerah tersebut kembali berupaya melestarikan dan menghidupkan eksistensi Silek Galombang Duo Baleh. Tujuannya agar generasi muda mencintai budayanya sendiri.
Ia menjelaskan Silek Galombang Duo Baleh merupakan sebuah kesenian tari dimana sumber dasar gerakannya berasal dari gerakan silek. Penamaan Tari Galombang Duo Baleh dikarenakan gerakan silatnya yang naik turun seperti gelombang.
"Maksud dari gerakan silat naik turun ini adanya gerakan silat dengan posisi berdiri, kemudian ada posisi duduk," kata dosen Program Studi Pendidikan Sendratasik UNP itu.
Biasanya gerak Tari Galombang Duo Baleh digunakan untuk menyambut atau mendekati seorang tamu yang datang dengan perpaduan gerakan silat. Hal tersebut melambangkan perlindungan terhadap tamu yang datang.
Lebih jauh, ia menjelaskan, tari tradisional yang terdapat di sekitar Nagari (desa) Bungo Tanjuang, Nagari Pitalah, Batipuah, gerakannya berasal dari silat danau atau yang sering disebut Silek Tuo oleh masyarakat di Ranah Minang.
"Gerak Tari Galombang Duo Baleh ini lahir di sasaran atau gelanggang yang berasal dari gerakan dasar Silek Tuo, Koto Gadang Maninjau yang dibawa Datuak Panglimo Parang ke Nagari Pitalah dan mengajarkan silat serta membaca Al Quran," katanya.
Tarian Galombang Duo Baleh mempunyai keunikan tersendiri, dimana 12 penari merupakan laki-laki. Namun, saat ini tradisi tersebut juga bisa dibawakan perempuan dengan syarat harus menggunakan atribut laki-laki.
"Ini sesuai pepatah abih tahun jaman batuka, abih musim maso baraliah. Tari Galombang Duo Baleh sudah bisa dibawakan perempuan," ucap dia.
Sementara itu, Dosen ISI Padang Panjang Rasmida mengatakan di perguruan tinggi seni tersebut Silek Galombang Duo Baleh menjadi bagian dari salah satu mata kuliah. Dengan mempraktikkannya, mahasiswa diharapkan mampu mengelola sebuah kegiatan secara profesional.
"Acara merawat Silek Galombang Duo Baleh ini merupakan bagian dari melestarikan warisan budaya di Nagari Bungo Tanjuang," kata dia.
"Eksistensi Silek Galombang Duo Baleh saat ini sudah mulai memudar di Nagari Bungo Tanjuang, sehingga perlu perhatian bersama untuk melestarikannya," kata akademisi dari UNP Herlinda Mansyur usai menjadi narasumber lokakarya Silek Galombang Duo Baleh yang diselenggarakan Institut Seni Indonesia (ISI) Kota Padang Panjang, Provinsi Sumbar, Minggu.
Herlinda menjelaskan terancamnya salah satu tradisi masyarakat Minangkabau tersebut akibat terputusnya generasi yang mewarisi Silek Galombang Duo Baleh terutama dari daerah asalnya, Kabupaten Tanah Datar.
Meskipun demikian, ISI Padang Panjang bersama pegiat silat di daerah tersebut kembali berupaya melestarikan dan menghidupkan eksistensi Silek Galombang Duo Baleh. Tujuannya agar generasi muda mencintai budayanya sendiri.
Ia menjelaskan Silek Galombang Duo Baleh merupakan sebuah kesenian tari dimana sumber dasar gerakannya berasal dari gerakan silek. Penamaan Tari Galombang Duo Baleh dikarenakan gerakan silatnya yang naik turun seperti gelombang.
"Maksud dari gerakan silat naik turun ini adanya gerakan silat dengan posisi berdiri, kemudian ada posisi duduk," kata dosen Program Studi Pendidikan Sendratasik UNP itu.
Biasanya gerak Tari Galombang Duo Baleh digunakan untuk menyambut atau mendekati seorang tamu yang datang dengan perpaduan gerakan silat. Hal tersebut melambangkan perlindungan terhadap tamu yang datang.
Lebih jauh, ia menjelaskan, tari tradisional yang terdapat di sekitar Nagari (desa) Bungo Tanjuang, Nagari Pitalah, Batipuah, gerakannya berasal dari silat danau atau yang sering disebut Silek Tuo oleh masyarakat di Ranah Minang.
"Gerak Tari Galombang Duo Baleh ini lahir di sasaran atau gelanggang yang berasal dari gerakan dasar Silek Tuo, Koto Gadang Maninjau yang dibawa Datuak Panglimo Parang ke Nagari Pitalah dan mengajarkan silat serta membaca Al Quran," katanya.
Tarian Galombang Duo Baleh mempunyai keunikan tersendiri, dimana 12 penari merupakan laki-laki. Namun, saat ini tradisi tersebut juga bisa dibawakan perempuan dengan syarat harus menggunakan atribut laki-laki.
"Ini sesuai pepatah abih tahun jaman batuka, abih musim maso baraliah. Tari Galombang Duo Baleh sudah bisa dibawakan perempuan," ucap dia.
Sementara itu, Dosen ISI Padang Panjang Rasmida mengatakan di perguruan tinggi seni tersebut Silek Galombang Duo Baleh menjadi bagian dari salah satu mata kuliah. Dengan mempraktikkannya, mahasiswa diharapkan mampu mengelola sebuah kegiatan secara profesional.
"Acara merawat Silek Galombang Duo Baleh ini merupakan bagian dari melestarikan warisan budaya di Nagari Bungo Tanjuang," kata dia.