Jakarta (ANTARA) - PT PLN (Persero) terus mendorong para Srikandi PLN untuk berperan aktif dalam menerangi seluruh negeri. Bersamaan dengan peringatan Hari Kartini, banyak kisah heroik para Srikandi PLN dalam menjaga terang hingga perjuangan menghadirkan listrik untuk masyarakat yang berada di daerah terdepan, terluar dan tertinggal (3T).
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo mengatakan, perseroan sangat mengapresiasi para Srikandi PLN yang berdedikasi tinggi untuk melayani masyarakat. Dia melihat Srikandi PLN sebagai organisasi pegawai perempuan di PLN yang menjadi katalis penting dalam menunjang kinerja perusahaan.
“PLN merupakan korporasi yang sebagian besar diisi laki-laki, namun Srikandi PLN diberikan tanggung jawab dan hak yang sama sehingga para anggota Srikandi PLN bisa lebih produktif dalam menjalankan peran dalam karir, keluarga, dan sosial, meskipun punya peran ganda sebagai ibu dan perempuan pekerja,” tutur Darmawan.
Salah satu kisah perjuangan para Srikandi PLN di lapangan dituturkan oleh Manager PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Palopo, Sulawesi Selatan, Rathy Shinta Utami. Pada masa libur Idul Fitri 1445 H kemarin, dirinya dan tim sigap melakukan perbaikan untuk kerusakan jaringan listrik akibat bencana tanah longsor yang melanda Desa Lembang Kole Palian, Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan.
"Alhamdulillah, tidak ada korban jiwa pada kejadian tersebut, namun berdampak pada aset jaringan PLN. Longsor yang jaringan PLN menyebabkan gangguan listrik ke 1.467 pelanggan," ungkap Rathy.
Rathy mengisahkan, untuk menuju lokasi bencana, ia dan tim harus menempuh medan berat pegunungan di tengah cuaca yang sedang ekstrem. Setelah menghabiskan waktu 4 jam perjalanan, pihaknya langsung memperbaiki kerusakan agar masyarakat bisa kembali menikmati listrik malam itu juga.
"Menjelang sore hari, hujan pun turun dengan cukup deras, namun kami tetap berkomitmen untuk menuntaskan pekerjaan sehingga di malam hari seluruh pelanggan sudah dapat menikmati aliran listrik," tambah Rathy.
Pengalaman berbeda diungkapkan oleh Made Ratna, anggota Srikandi PLN lain yang bertugas di PLN Unit Layanan Pelanggan (ULP) Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Bersama dengan tim, Ratna bekerja keras menghadirkan listrik untuk 180 keluarga di Desa Sombano dan Pulau Kapota yang lokasinya terisolir di antara gugusan pulau di Wakatobi.
"Meski tidak mudah, ketika melihat suatu daerah berhasil dilistriki, saya merasa senang, bangga, dan bersyukur. Karena masyarakat di daerah 3T juga bisa merasakan manfaat listrik seperti saya, utamanya anak-anak yang bisa belajar di malam hari karena mereka adalah generasi penerus bangsa," ungkapnya.
Tak mau ketinggalan, Sinarti, anggota Srikandi PLN yang bekerja di ULP Tanah Merah, Papua Selatan juga membagikan pengalamannya saat menjaga keandalan listrik di kawasan terisolir lainnya. Ia menceritakan kebanggaannya dapat menjaga keandalan pasokan listrik di daerah perbatasan saat malam pergantian tahun.
Wanita kelahiran Enrekang, Sulawesi Selatan tersebut mengatakan saat malam tahun baru lalu ia bersama timnya diberikan tugas menjaga keandalan listrik pada salah satu gereja di Kabupaten Boven Digoel yang berbatasan langsung dengan Negara Papua Nugini.
“Walaupun harus rela tidak pulang kampung, kehilangan momen berkumpul bersama keluarga. Saya merasa bangga dapat menjalankan tugas mulia ini. Menghadirkan listrik andal serta melihat wajah bahagia masyarakat membuat saya bersyukur, setidaknya hal kecil yang saya lakukan dapat bermanfaat,” pungkas Sinarti.*
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo mengatakan, perseroan sangat mengapresiasi para Srikandi PLN yang berdedikasi tinggi untuk melayani masyarakat. Dia melihat Srikandi PLN sebagai organisasi pegawai perempuan di PLN yang menjadi katalis penting dalam menunjang kinerja perusahaan.
“PLN merupakan korporasi yang sebagian besar diisi laki-laki, namun Srikandi PLN diberikan tanggung jawab dan hak yang sama sehingga para anggota Srikandi PLN bisa lebih produktif dalam menjalankan peran dalam karir, keluarga, dan sosial, meskipun punya peran ganda sebagai ibu dan perempuan pekerja,” tutur Darmawan.
Salah satu kisah perjuangan para Srikandi PLN di lapangan dituturkan oleh Manager PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Palopo, Sulawesi Selatan, Rathy Shinta Utami. Pada masa libur Idul Fitri 1445 H kemarin, dirinya dan tim sigap melakukan perbaikan untuk kerusakan jaringan listrik akibat bencana tanah longsor yang melanda Desa Lembang Kole Palian, Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan.
"Alhamdulillah, tidak ada korban jiwa pada kejadian tersebut, namun berdampak pada aset jaringan PLN. Longsor yang jaringan PLN menyebabkan gangguan listrik ke 1.467 pelanggan," ungkap Rathy.
Rathy mengisahkan, untuk menuju lokasi bencana, ia dan tim harus menempuh medan berat pegunungan di tengah cuaca yang sedang ekstrem. Setelah menghabiskan waktu 4 jam perjalanan, pihaknya langsung memperbaiki kerusakan agar masyarakat bisa kembali menikmati listrik malam itu juga.
"Menjelang sore hari, hujan pun turun dengan cukup deras, namun kami tetap berkomitmen untuk menuntaskan pekerjaan sehingga di malam hari seluruh pelanggan sudah dapat menikmati aliran listrik," tambah Rathy.
Pengalaman berbeda diungkapkan oleh Made Ratna, anggota Srikandi PLN lain yang bertugas di PLN Unit Layanan Pelanggan (ULP) Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Bersama dengan tim, Ratna bekerja keras menghadirkan listrik untuk 180 keluarga di Desa Sombano dan Pulau Kapota yang lokasinya terisolir di antara gugusan pulau di Wakatobi.
"Meski tidak mudah, ketika melihat suatu daerah berhasil dilistriki, saya merasa senang, bangga, dan bersyukur. Karena masyarakat di daerah 3T juga bisa merasakan manfaat listrik seperti saya, utamanya anak-anak yang bisa belajar di malam hari karena mereka adalah generasi penerus bangsa," ungkapnya.
Tak mau ketinggalan, Sinarti, anggota Srikandi PLN yang bekerja di ULP Tanah Merah, Papua Selatan juga membagikan pengalamannya saat menjaga keandalan listrik di kawasan terisolir lainnya. Ia menceritakan kebanggaannya dapat menjaga keandalan pasokan listrik di daerah perbatasan saat malam pergantian tahun.
Wanita kelahiran Enrekang, Sulawesi Selatan tersebut mengatakan saat malam tahun baru lalu ia bersama timnya diberikan tugas menjaga keandalan listrik pada salah satu gereja di Kabupaten Boven Digoel yang berbatasan langsung dengan Negara Papua Nugini.
“Walaupun harus rela tidak pulang kampung, kehilangan momen berkumpul bersama keluarga. Saya merasa bangga dapat menjalankan tugas mulia ini. Menghadirkan listrik andal serta melihat wajah bahagia masyarakat membuat saya bersyukur, setidaknya hal kecil yang saya lakukan dapat bermanfaat,” pungkas Sinarti.*