Padang (ANTARA) - Pemerintah Sumatera Barat menyarankan Kelompok Tani Kopi Bantjah mendaftarkan kelompoknya ke Dewan Kopi Indonesia guna mendukung pengembangan budi daya kopi tersebut.
"Dengan mendaftarkannya, maka kelompok tani kopi ini bisa mengikuti berbagai kegiatan terkait tentang kopi termasuk pengembangan ke depannya," kata Kepala Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumbar Febrina Tri Susila Putri di Padang, Jumat.
Febrina mencontohkan beberapa manfaat yang diperoleh kelompok tani jika bergabung dalam Dewan Kopi Indonesia, seperti pembekalan pengetahuan tentang roasting kopi.
Ia mengatakan, apabila proses roasting tidak dilakukan dengan tepat, hasil kopi yang diproses kurang maksimal, malah dapat mengeluarkan zat karsinogen yang berbahaya bagi kesehatan.
"Zat karsinogen ini racun. Kesalahan dalam roasting seperti lama panas yang berlebihan dengan suhu terlalu tinggi dapat menyebabkan keluarnya zat karsinogen," ujar dia menjelaskan.
Oleh karena itu, penting bagi kelompok tani pembudidaya kopi untuk bergabung ke Dewan Kopi Indonesia guna mendapatkan berbagai pengetahuan tentang tanaman tersebut.
Selain itu, ia juga menyarankan agar kelompok Kopi Bantjah menggandeng kaum milenial dalam membudidayakan kopi.
Berdasarkan catatan Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Sumbar, tercatat sekitar 57 persen penduduk Sumbar menggantungkan hidup di sektor pertanian.
Dari jumlah itu, hanya seperempat kaum milenal yang masuk ke bidang pertanian. "Jadi, ini tantangan kita semua bagaimana mengajak kaum milenial melek dengan pertanian," ucap Febrina.
Menurut dia, jika kaum milenial tidak melek dengan pertanian maka hal itu bisa berdampak pada keberlanjutan sektor pertanian di Sumbar.
Apalagi, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tertinggi di Sumbar masih bertumpu pada pertanian dengan sumbangan 21,2 persen.
Sementara itu, pendamping Kopi Bantjah dari Solok Radjo, Alfadriansyah mengatakan, Kopi Bantjah sudah dikenal di Sumbar, bahkan beberapa waktu lalu kopi tersebut meraih juara dua pada kompetisi kopi tingkat provinsi.
Oleh karena itu, ia menyakini budi daya Kopi Bantjah yang dibantu langsung oleh PT Semen Padang dapat menggerakkan ekonomi masyarakat terutama kelompok tani.
Apalagi saat ini harga kopi robusta dalam bentuk biji kopi mentah atau green bean naik drastis. Pada 2020 harga kopi itu per kilogramnya berkisar Rp18 ribu hingga Rp20 ribu. Namun, kini naik menjadi Rp45 ribu per kilogram.
"Dengan mendaftarkannya, maka kelompok tani kopi ini bisa mengikuti berbagai kegiatan terkait tentang kopi termasuk pengembangan ke depannya," kata Kepala Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumbar Febrina Tri Susila Putri di Padang, Jumat.
Febrina mencontohkan beberapa manfaat yang diperoleh kelompok tani jika bergabung dalam Dewan Kopi Indonesia, seperti pembekalan pengetahuan tentang roasting kopi.
Ia mengatakan, apabila proses roasting tidak dilakukan dengan tepat, hasil kopi yang diproses kurang maksimal, malah dapat mengeluarkan zat karsinogen yang berbahaya bagi kesehatan.
"Zat karsinogen ini racun. Kesalahan dalam roasting seperti lama panas yang berlebihan dengan suhu terlalu tinggi dapat menyebabkan keluarnya zat karsinogen," ujar dia menjelaskan.
Oleh karena itu, penting bagi kelompok tani pembudidaya kopi untuk bergabung ke Dewan Kopi Indonesia guna mendapatkan berbagai pengetahuan tentang tanaman tersebut.
Selain itu, ia juga menyarankan agar kelompok Kopi Bantjah menggandeng kaum milenial dalam membudidayakan kopi.
Berdasarkan catatan Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Sumbar, tercatat sekitar 57 persen penduduk Sumbar menggantungkan hidup di sektor pertanian.
Dari jumlah itu, hanya seperempat kaum milenal yang masuk ke bidang pertanian. "Jadi, ini tantangan kita semua bagaimana mengajak kaum milenial melek dengan pertanian," ucap Febrina.
Menurut dia, jika kaum milenial tidak melek dengan pertanian maka hal itu bisa berdampak pada keberlanjutan sektor pertanian di Sumbar.
Apalagi, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tertinggi di Sumbar masih bertumpu pada pertanian dengan sumbangan 21,2 persen.
Sementara itu, pendamping Kopi Bantjah dari Solok Radjo, Alfadriansyah mengatakan, Kopi Bantjah sudah dikenal di Sumbar, bahkan beberapa waktu lalu kopi tersebut meraih juara dua pada kompetisi kopi tingkat provinsi.
Oleh karena itu, ia menyakini budi daya Kopi Bantjah yang dibantu langsung oleh PT Semen Padang dapat menggerakkan ekonomi masyarakat terutama kelompok tani.
Apalagi saat ini harga kopi robusta dalam bentuk biji kopi mentah atau green bean naik drastis. Pada 2020 harga kopi itu per kilogramnya berkisar Rp18 ribu hingga Rp20 ribu. Namun, kini naik menjadi Rp45 ribu per kilogram.