Padang (ANTARA) - Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Taman Budaya Sumatera Barat menggelar diskusi terkait Pameran Seni Rupa mahasiswa yang tergabung di Unit Kegiatan Seni (UKS) Universitas Andalas bertajuk Niskala Asa.
Salah seorang perupa yang merupakan peserta pameran, Anzar mengungkapkan, UKS Unand mencoba mencari isu-isu yang dekat dengan generasi milienial," kata Anzar saat diskusi di Galeri Taman Budaya Sumatera Barat di Padang, Sabtu.
Dengan isu-isu itu, kata Anzar, maka diangkat tema Niskala Asa yang diambil untuk mengungkapkan harapan-harapan yang diekspresikan oleh seniman dalam berbagai bentuk karya seni rupa, berbagai bentuk aliran, seperti surealis, realis, dan lain-lain, denga bermacam teknik.
Menurutnya, setiap orang hidup berusaha untuk menjaga dan memperjuangkan harapan, maka hal itulah yang ingin disampaikan para perupa dalam pameran.
Peserta diskusi dari komunitas Dangau Studio, Budi Irwandi, mengatakan untuk berkesenian itu, seniman harus punya keyakinan.
Jika memilih jalan seni, berarti harus berani mengambil risiko, termasuk beradaptasi dengan fenomena kesenian, misalnya sekarang orang pameran di kafe berbayar dan lain-lain.
Menjalani hidup berkesenian tidak lagi secara konvensional, seperti menikmati kesenian gratis untuk rakyat. Kalau kita yakin, kita bisa hidup dari berkesenian, kata Budi.
Sementara itu, akademisi dari Universitas Andalas Zurmailis, mengungkapkan, karya-karya yang dipamerkan berkecenderungan patologis, menunjukan sisi-sisi ungkapan jiwa yang gelisah.
"Figur-figur yang muncul dalam pameran ini menunjukan jiwa yang gelisah, seperti satu orang tanpa wajah, tanpa ekspresi, tergantung, dan objek-objek yang cenderung muram, apakah itu mencerminkan generasi sekarang, terkait kepribadian, rumah, kampus, pergaulan atau bagaimana," katanya.
Selain itu, Zurmailis menilai sekarang terjadi fenomena kekinian, yakni banyak bermunculan tawaran baru berkesenian yang terkapitalisasi, misalnya ajang kesenian, pameran atau live performance di kafe, untuk masuk berbayar, makanan dan parkir pun berbayar.
Apakah memang masyarakat sudah mampu untuk itu atau terjebak dengan tren, tanya dalam diskusi tersebut.
Pameran Saroman Fest dengan tema Niskala Asa yang digelar UKS Unand bekerjasama dengan Taman Budaya Sumbar hingga 20 November 2023 itu memamerkan 30 karya seni rupa dan instalasi. (*)
Salah seorang perupa yang merupakan peserta pameran, Anzar mengungkapkan, UKS Unand mencoba mencari isu-isu yang dekat dengan generasi milienial," kata Anzar saat diskusi di Galeri Taman Budaya Sumatera Barat di Padang, Sabtu.
Dengan isu-isu itu, kata Anzar, maka diangkat tema Niskala Asa yang diambil untuk mengungkapkan harapan-harapan yang diekspresikan oleh seniman dalam berbagai bentuk karya seni rupa, berbagai bentuk aliran, seperti surealis, realis, dan lain-lain, denga bermacam teknik.
Menurutnya, setiap orang hidup berusaha untuk menjaga dan memperjuangkan harapan, maka hal itulah yang ingin disampaikan para perupa dalam pameran.
Peserta diskusi dari komunitas Dangau Studio, Budi Irwandi, mengatakan untuk berkesenian itu, seniman harus punya keyakinan.
Jika memilih jalan seni, berarti harus berani mengambil risiko, termasuk beradaptasi dengan fenomena kesenian, misalnya sekarang orang pameran di kafe berbayar dan lain-lain.
Menjalani hidup berkesenian tidak lagi secara konvensional, seperti menikmati kesenian gratis untuk rakyat. Kalau kita yakin, kita bisa hidup dari berkesenian, kata Budi.
Sementara itu, akademisi dari Universitas Andalas Zurmailis, mengungkapkan, karya-karya yang dipamerkan berkecenderungan patologis, menunjukan sisi-sisi ungkapan jiwa yang gelisah.
"Figur-figur yang muncul dalam pameran ini menunjukan jiwa yang gelisah, seperti satu orang tanpa wajah, tanpa ekspresi, tergantung, dan objek-objek yang cenderung muram, apakah itu mencerminkan generasi sekarang, terkait kepribadian, rumah, kampus, pergaulan atau bagaimana," katanya.
Selain itu, Zurmailis menilai sekarang terjadi fenomena kekinian, yakni banyak bermunculan tawaran baru berkesenian yang terkapitalisasi, misalnya ajang kesenian, pameran atau live performance di kafe, untuk masuk berbayar, makanan dan parkir pun berbayar.
Apakah memang masyarakat sudah mampu untuk itu atau terjebak dengan tren, tanya dalam diskusi tersebut.
Pameran Saroman Fest dengan tema Niskala Asa yang digelar UKS Unand bekerjasama dengan Taman Budaya Sumbar hingga 20 November 2023 itu memamerkan 30 karya seni rupa dan instalasi. (*)