Lubuk Basung (ANTARA) - “Kalau indak pandai manyambuang alpukat, mesti pandai manyambuang silaturahmi” (kalau tak pandai menyambung alpukat, mesti pandai menyambung silaturahmi). Kalimat itu disampaikan oleh Dr. P.K. Dewi Hayati dosen Fakultas Pertanian Universitas Andalas yang disambut dengan gelak tawa para peserta pelatihan menyambung alpukat di jorong Lukok, Nagari Sariak, Kecamatan Sungai Pua, Kabupaten Agam, Kamis, (3/8). 

Para ibu-ibu yang tergabung dalam KWT (Kelompok Wanita Tani) Mandiri terlihat kesulitan menyambungkan entres alpukat ke batang bawah yang lunak dan licin. “Tangan ko dek labiah tabiaso mancabuik wortel buk” (tangan ini lebih terbiasa mencabut umbi wortel) ujar mereka yang terlihat bersemangat melakukan praktek penyambungan. 

Kegiatan pelatihan penyambungan alpukat bertujuan untuk mengajarkan pengetahuan dan keterampilan menyambung (grafting) pada tanaman alpukat yang merupakan tanaman pekarangan yang ditemui di pekarangan atau kebun di Nagari Sariak. 

Keterampilan ini sangat bermanfaat jika masyarakat memiliki tanaman alpukat dengan kualitas buah bagus dan ingin memperbanyaknya. Tanaman hasil sambung akan memiliki kualitas bagus sama dengan induknya, berbeda jika tanaman alpukat ataupun tanaman buah lainnya diperbanyak menggunakan biji. 

Apalagi jika tanaman alpukat bagus tersebut juga berasal dari Nagari Sariak, Kabupaten Agam, sebab tanaman sudah memiliki adaptasi yang baik, demikian dijelaskan oleh Dr. Dewi yang menjadi DPL KKN di Nagari Sariak. 

Entres atau batang atas alpukat yang digunakan, berasal dari beberapa varietas unggul dataran tinggi yang dikoleksi oleh Balai Penelitian Buah Tropika (Balitbu) Solok seperti varietas Pameling, Wina dan Mega Gagauan dan beberapa varietas unggul lokal seperti varietas 661 dari Pasaman Barat. 

Entres ini disambungkan pada batang bawah yang masih muda berumur sekitar 2 bulan. Tingkat keberhasilan alpukat tinggi jika batang bawah yang digunakan masih lunak/tidak berkayu. 

Sungkup plastik yang melindungi hasil sambung dapat dilepas jika entres sudah memunculkan daun. Ikatan selanjutnya dapat dibuka jika bibit sudah berkembang baik dan terlihat ikatan sambungan sudah kuat. 

Setakat ini kegiatan pelatihan sudah dilakukan pada tiga kelompok tani yaitu kelompok tani (poktan) Sariak Sarumpun di jorong Sariak Ateh, poktan Badunsanak di jorong Pandam dan KWT Mandiri di jorong Lukok. 

Kegiatan pelatihan terakhir akan dilaksanakan sebelum masa KKN berakhir untuk anggota KWT Bougenville di jorong Pasa Kubang jelas Juhan Farid, mahasiswa KKN yang menjadi pj bagi kegiatan penyambungan alpukat ini. 

Alpukat hasil sambung yang berhasil, rencananya akan diserahkan kepada masyarakat yang mengikuti pelatihan sambung kembali setelah kegiatan KKN berakhir. Kelompok masyarakat di Agam belajar menyambung Alpukat. (ANTARA/ist) Kegiatan pelatihan sambung alpukat ini merupakan bagian dari kegiatan pengabdian masyarakat LPPM Unand yang dikolaborasikan dengan kegiatan KKN. 

Wali Jorong Lukok, Joni Ismail sangat menyambut baik kegiatan pelatihan penyambungan alpukat ini. Pelatihan penyambungan alpukat merupakan salah satu kegiatan di bidang pertanian. 

Beberapa kegiatan lainnya menurut Rifdha Hayati, tim KKN dari bidang pertanian, adalah peningkatan nilai tambah komoditas hortikultura seperti pembuatan dodol tomat dan wortel, pembuatan berbagai pupuk organik berbahan dasar potensi lokal dan demplot pertanaman sayuran menggunakan pupuk dan pestisida organik.

Feni Novita, SP, penyuluh pertanian dari BPP Sungai Pua yang selalu hadir dalam kegiatan pendampingan yang dilakukan tim KKN Unand menyambut baik semua kegiatan, khususnya bidang pertanian. Masyarakat nagari Sariak menurutnya adalah masyarakat yang penghasilan utamanya sangat tergantung pada sentra pertanian hortikultura dataran tinggi. 

Ia berharap tim pengabdian masyarakat dan mahasiswa KKN Unand dapat memberikan transfer ilmu maupun keterampilan yang membantu petani mengatasi berbagai permasalahan di bidang pertanian. *

Pewarta : Ririn Thalita & Dewi Hayati
Editor : Siri Antoni
Copyright © ANTARA 2024