Lubukbasung (ANTARA) -
Rabu (13/6) sekitar pukul 23.50 WIB, Afrinaldi (41) mencari istri ke dalam kamar untuk meminta segera mengungsi dari rumahnya di Sarojo, Jorong Pantas, Nagari Tanjung Sani, Kecamatan Lubuk Basung, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Sesampai di kamar, istrinya atas nama Lisa (36) tidak berada di dalam kamar dan bapak tiga orang anak itu mencoba memangil Lisa beberapa kali untuk meminta agar cepat membawa anak keluar rumah.
Ternyata, istrinya berada di dapur dan mereka bergegas keluar rumah membawa anaknya yang dibantu tetangga mencari lokasi aman untuk menyelamatkan diri dari reruntuhan material tanah longsor dalam kondisi curah hujan cukup tinggi disertai lampu PLN kondisi padam.
Sekitar 20 meter perjalanan, material longsor langsung memghantam bangunan SMPN 4 Tanjung Raya tidak jauh dari rumahnya.
Saat itu, nelayan tangkap di Danau Maninjau tersebut tidak melihat karena kondisi gelap dan hanya mendengar bunyi gemuruh.
Apabila tidak segera keluar rumah, maka ia beserta istri, tiga orang anak dan satu tetangganya rata sama tanah.
Ia terus berjalan mencari lokasi lebih aman dari material tanah longsor tanpa membawa bekal selimut maupun baju ganti.
Sesampai di lokasi yang diangap sudah aman, ia beristirahat di rumah semi permanen dekat rumanya dan menganti pakaian untuk ketiga anaknya yang paling besar usia 10 tahun, kedua enam tahun dan ketiga empat tahun pemberian dari tetangganya.
Di lokasi itu, longsor juga terjadi menimbun badan jalan dan termasuk longsor kedua menimbum bangun sekolah.
Ia beserta istri, anak dan warga lain mencari lokasi lebih aman dari material tanah longsor, sehingga ia mengungsi ke rumah kakaknya dengan jarak sekitar satu kilometer dari titik longsor.
Sebelum kejadian, curah hujan cukup tinggi melanda daerah itu dari Kamis (13/7) sore sampai malam. Dengan kondisi hujan, Afrinaldi ketiduran usai melakukan Shalat Isha dan ia bangun sekitar pukul 20.30 WIB.
Curah hujan semakin tinggi dan ia meningkatkan kewaspadaan dengan tidak tidur. Pada pukul 22.00 WIB, tetangga atas nama Desi menghubungi istri melalui telpon genggam untuk menyampaikan niatnya untuk menumpang tidur ke rumahnya, akibat Desi ketakutan dan istrinya langsung membentangkan tikar.
Dengan kondisi hujan makin lebat, ia meminta kepada istri dan Desi untuk tidak tidur. Perasaannya semakin tidak enak setelah ada bunyi gemuruh dari perbukitan dengan jarak hanya 500 meter dari rumahnya dan mereka langsung meninggalkan rumah.
Dua korban ditemukan meninggal dunia
Keesokan harinya, Jumat (14/7) pagi, ia mencoba melihat rumahnya dan rumah yang baru dibeli 11 bulan silam, rata dengan tanah dan termasuk seluruh perabotan, surat berharga, pakaian, alat tangkap, perahu dan lainnya tidak bisa diselamatkan.
Material tanah longsor merusak puluhan rumah warga dan satu unit SMP 4 Tanjung Raya.
Tiba-tiba, salah seorang warga menanyakan kondisi pasangan suami istri atas nama Radi (54) dan Rina (50) kepada salah seorang anaknya.
Anak korban atas nama Nia, tidak mengetahui kondisi dimana posisi kedua orang tuanya, karena Nia tidak satu rumah dengan orang tuanya setelah ia telah memiliki rumah.
Setelah itu, warga mencoba untuk mencari kedua korban dan menemukan Radi berada di luar rumah korban dalam kondisi meninggal dunia, Jumat (14/7) sekitar pukul 06.30 WIB.
Sedangkan jasad Rina ditemukan sekitar satu meter di belakang rumahnya dekat mobil minibus milik korban, Sabtu (15/7) sekitar pukul 13.20 WIB.
Tim gabung dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Satpol PP Damkar, Dinas Perhubungan, Dinas Sosial, TNI, Polri, PMI, Baznas Agam, Pemerintah kecamatan, pemerintah nagari dan lainnya berdatangan ke lokasi memberikan pertolongan.
Bantuan makanan dan kebutuhan harian berdatangan yang dipasok oleh Tim Gabungan Pemkab Agam kepada korban.
Ia berharap Pemkab Agam segera membantu pembangunan rumah layak huni, karena rumahnya dan warga lain dengan kondisi rusak berat dan ada sebagian rusak sedang.
Sementara Mantan Wali Nagari Tanjung Sani Maizon mengatakan pemerintah fokus untuk memperbaiki jaringan listrik pascalongsor dan listrik kembali hidup pada Sabtu (22/7).
Setelah itu, membuka jalan yang tertimbun material tanah longsor dengan menggunakan enam alat berat dari Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Agam, PUTR Sumbar, Balai Wilayah Sungai Sumatera V dan UPT Balai Pelaksana Jalan Nasional.
Material tanah longsor menimbun badan jalan itu bisa dibersihkan pada Rabu (19/7) sore dan saat ini tinggal finising.
Operator Alat Berat Balai Pelaksana Jalan Nasional Doni menambahkan pembersihan material menimbun badan jalan itu membutuhkan waktu selama lima hari dari Sabtu (15/7) sampai Rabu (19/7).
Saat ini, pembersihan material fokus di sekitar SMPN 4 Tanjung Raya dan ini sesuai arahan dari koordinator lapangan Pemkab Agam.
Bupati Agam Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana
Bupati Agam Andri Warman menetapkan status tanggap darurat bencana alam banjir dan longsor di Kecamatan Tanjung Raya selama 15 hari dimulai sari 13-27 Juli 2023.
Tanggap darurat ini juga menyusul dua warganya yang ditemukan dalam keadaan tertimbun longsor.
Dua warga itu atas nama Radi dan Rina warga Jorong Pantas, Nagari Tanjung Sani, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam. Mereka berhasil ditemukan oleh tim gabungan pemerintah Kabupaten Agam dalam keadaan meninggal dunia.
Sekretaris Daerah Agam, Edi Busti mengatakan membenarkan penemuan jenazah tersebut. Menurutnya kedua jenazah tersebut sudah berhasil dievakuasi.
Setelah dilakukan pencarian lanjutan, korban kedua ditemukan pukul 13.20 WIB. Mereka berdua pasutri. Jadi pencarian terhadap pasutri ini sudah selesai.
Lebih lanjut, kata Edi Busti, Rina saat ditemukan dalam keadaan terhimpit oleh sebuah springbed miliknya. Sebelumnya, ia mengatakan saat kejadian longsor ada lima orang dalam rumah itu.
Tiga orang berhasil selamat saat terjadi longsor. Sedangkan pasutri ini tidak dalam tertolong akibat rumah korban rusak tertimbun tanah longsor.
Selama tangap darurat, Pemerintah Kabupaten Agam beserta relawan dan lainnya melakukan pembersihan material tanah longsor menimbun badan jalan.
Pembersihan itu selesai pada Rabu (19/7), menggunakan enam alat berat dan alat berat sekarang fokus membuang material tanah longsor di SMPN 4 Tanjung Raya.
Selain itu, membuka dapur umum untuk korban tanah longsor dan memasak sebanyak 1.000 bungkus setiap kali makan.
Nasi bungkus itu didistribusikan kepada korban menggunakan perahu karet mengingat jalan ke lokasi belum bisa dilalui dan dapur umum ditutup pada Sabtu (22/7).
Saat ini, pendistribusian bantuan bahan kebutuhan pokok masih berlanjut dari pokso induk di Muko-muko ke korban. Bantuan itu berasal dari beberapa kabupaten kota di Sumbar, BUMD, BUMN, perantau dan masyarakat.
Curah hujan cukup tinggi mengakibatkan 39 rumah rusak berat, 24 rusak sedang dan 99 rusak ringan.
Tanah longsor juga merusak SMPN 4 Tanjung Raya, fasilitas umum lainnya dan menimbun badan jalan 38 titik.
Longsor tersebut tejadi di Jorong Alai, Muko-Muko Nagari Koto Malintang. Setelah itu, Sigiran, Pantas, Muko Jalan, Galapuang, Sungai Tampang Nagari Tanjung Sani.
Kedepan, bakal dilakukan renovasi rumah yang rusak dan tim masih melakukan pendataan di lapangan.