Pariaman (ANTARA) - Produksi jagung di Kota Pariaman, Sumatera Barat pada 2022 mencapai 1.100 ton yang kondisi tersebut terjadi penurunan sebesar 800 ton dari produksi 2021 yang bisa mencapai 1.900 ton.
"Waktu COVID-19 (2020-2021) kami mengarahkan masyarakat menanam jagung karena selain harganya tinggi, tanaman padi saat itu sedang diserang hama wereng," kata Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kota Pariaman Dasril di Pariaman, Jumat.
Ia mengatakan karena pandemi COVID-19 dan kondisi tanaman padi tersebut pemerintah setempat mendorong bahkan memberikan bantuan bibit kepada petani di Pariaman sebagai upaya ketahanan pangan dan peningkatan ekonomi masyarakat.
Ia menyampaikan dengan upaya yang dilakukan produksi jagung di Pariaman pada 2021 bisa meningkat. Namun ketika hawa wereng pada tanaman padi sudah mulai menghilang maka petani kembali menanam padi.
"Selain itu semangat warga untuk menanam jagung juga agak turun karena harga jagung juga turun," katanya.
Selain itu, lanjutnya pemerintahan desa lebih cenderung mengarahkan program ketahanan pangannya berupa pemeliharaan ternak dan perikanan. Pihaknya pun juga tidak menganggarkan di APBD untuk peningkatan produksi jagung karena bertumpu pada bantuan dari pemerintah pusat.
"Pada 2022 Pariaman mendapatkan bantuan bibit jagung dari pemerintah pusat untuk 150 hektare," ujarnya.
Dasril mengatakan pihaknya menyadari penurunan produksi jagung pada 2022 sehingga meminta bantuan bibit kepada pemerintah pusat dan provinsi untuk meningkatkan kembali produksi komoditas itu.
Oleh karena itu pada 2023 Pariaman mendapatkan bantuan bibit jagung untuk 500 hektare lahan yang diharapkan dapat membantu peningkatan produksi jagung di daerah itu.
Menurutnya bantuan dari pemerintah pusat yang disalurkan oleh pemerintah provinsi tersebut dapat membantu ketahanan pangan di daerah serta peningkatan ekonomi masyarakat.
"Kami telah rapat koordinasi dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa serta kepala desa, bahwa untuk meningkatkan ketahanan pangan salah satunya usaha budi daya tanaman jagung," tambahnya.
"Waktu COVID-19 (2020-2021) kami mengarahkan masyarakat menanam jagung karena selain harganya tinggi, tanaman padi saat itu sedang diserang hama wereng," kata Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kota Pariaman Dasril di Pariaman, Jumat.
Ia mengatakan karena pandemi COVID-19 dan kondisi tanaman padi tersebut pemerintah setempat mendorong bahkan memberikan bantuan bibit kepada petani di Pariaman sebagai upaya ketahanan pangan dan peningkatan ekonomi masyarakat.
Ia menyampaikan dengan upaya yang dilakukan produksi jagung di Pariaman pada 2021 bisa meningkat. Namun ketika hawa wereng pada tanaman padi sudah mulai menghilang maka petani kembali menanam padi.
"Selain itu semangat warga untuk menanam jagung juga agak turun karena harga jagung juga turun," katanya.
Selain itu, lanjutnya pemerintahan desa lebih cenderung mengarahkan program ketahanan pangannya berupa pemeliharaan ternak dan perikanan. Pihaknya pun juga tidak menganggarkan di APBD untuk peningkatan produksi jagung karena bertumpu pada bantuan dari pemerintah pusat.
"Pada 2022 Pariaman mendapatkan bantuan bibit jagung dari pemerintah pusat untuk 150 hektare," ujarnya.
Dasril mengatakan pihaknya menyadari penurunan produksi jagung pada 2022 sehingga meminta bantuan bibit kepada pemerintah pusat dan provinsi untuk meningkatkan kembali produksi komoditas itu.
Oleh karena itu pada 2023 Pariaman mendapatkan bantuan bibit jagung untuk 500 hektare lahan yang diharapkan dapat membantu peningkatan produksi jagung di daerah itu.
Menurutnya bantuan dari pemerintah pusat yang disalurkan oleh pemerintah provinsi tersebut dapat membantu ketahanan pangan di daerah serta peningkatan ekonomi masyarakat.
"Kami telah rapat koordinasi dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa serta kepala desa, bahwa untuk meningkatkan ketahanan pangan salah satunya usaha budi daya tanaman jagung," tambahnya.