Padang (ANTARA) - Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu usaha yang didirikan oleh masyarakat bentuk penggerak perekonomian khususnya kalangan menengah ke bawah. 

Umumnya produk hasil UMKM belum dilakukan pengujian karena keterbatasan sarana yang dimiliki oleh masyarakat sehingga produk yang dijual tidak memiliki keterangan nilai gizi yang dikandung oleh produk tersebut. Komposisi yang ditampilkan pada produk memuat nilai gizi suatu produk per kemasan produk tersebut.  

Seiring perkembangan teknologi, pengolahan produk telah banyak berkembang secara pesat. Berbagai teknik atau cara pengolahan produk telah dikembangkan seperti penggorengan dengan sedikit minyak, penggorengan tanpa minyak, dan sebagainya. 

Untuk menambah kualitas produk telah banyak ditambahkan bahan pengawet agar  produk yang dihasilkan lebih tahan lama, penggunaan pewarna tambahan sehingga produk memiliki tampilan lebih menarik, dan sebagainya. Melalui perkembangan tersebut perlu dilakukannya uji atau analisis kandungan produk yang dihasilkan oleh UMKM.

Pengukuran nilai gizi atau kandungan produk bisa menjadi salah satu komponen yang akan ditampilkan dalam kemasan. Pada proses pelabelan makanan haruslah memuat keterangan berupa informasi nilai gizi produk, nama produk, berat bersih, sertifikasi baik itu lisensi halal maupun dari kementrian kesehatan, alamat produsen, tanggal produksi dan masa kadaluwarsa produk.

Pelabelan pada produk merupakan bentuk komunikasi secara tidak langsung antara konsumen dan produsen dan perlindungan terhadap konsumen.
Pencantuman komposisi produk akan memberikan banyak informasi bagi konsumen karena dengan melihat komposisi konsumen bisa menentukan apakah produk tersebut bagus atau tidak untuk dibeli dan juga berkaitan dengan kesehatan konsumen. 

Ada kalanya konsumen alergi terhadap bahan tertentu yang digunakan dalam suatu produk, dengan pemberian informasi kandungan produk konsumen bisa lebih selektif dalam membeli produk. Sertifikasi juga berpengaruh penting bagi sebuah produk sebagai contoh sertifikasi halal menjadi jaminan bagi konsumen untuk kehalalan produk tersebut. 

Menghadapi persaingan bisnis, sebuah UMKM dirasa perlu menampilkan kandungan gizi produk berupa Angka Kecukupan Gizi (AKG) seperti jumlah energi, kadar protein, lemak, karbohidrat, serat, air, vitamin dan mineral.

Informasi ini akan sangat berguna bagi konsumen terutama mereka yang menjaga pola makan atau tidak bisa mengkonsumsi beberapa zat dengan kadar tertentu.

Pemunculan persentase AKG pada produk merupakan salah satu cara untuk meningkatkan mutu produk dan memperluas pasar.
Nilai gizi ini akan dipengaruhi oleh bahan-bahan yang digunakan serta metoda yang dipakai selama proses pembuatan produk. 

Metoda penggorengan akan memberikan tambahan lemak pada produk makanan, untuk mencapai lemak ideal pada suatu produk seorang produsen harus bisa mengurangi lemak tersebut bisa dengan cara pengurangan kadar minyak pada produk sebelum dikemas. Penggunaan metoda pengolahan yang berbeda akan mempengaruhi kandungan atau nilai gizi produk.
 
Jika masyarakat mengetahui kandungan suatu produk tentunya akan lebih menarik minat konsumen untuk melakukan pembelian produk. Analisa kandungan gizi produk juga menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran pelaku usaha terutama UMKM dalam memperhatikan kebersihan produk.

Misalnya dalam proses pengeringan produk yang masih secara tradisional atau sederhana menggunakan cahaya matahari langsung yang dijadikan salah satu tahap dalam proses produksi. Hal ini tentunya dikhawatirkan akan memberikan dampak buruk pada produk seperti produk terkontaminasi oleh bakteri yang baik berasal dari udara selama proses pengeringan. 

Seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan membuat masyarakat menjadi lebih selektif dalam memilih produk.  Produk yang memiliki  informasi yang tercantum secara lengkap jauh akan lebih diminati oleh masyarakat ketimbang suatu produk tanpa keterangan yang tidak lengkap.

Informasi nilai gizi produk bisa menjadi acuan bagi konsumen dalam menghitung asupan harian gizi bagi mereka. Meskipun hal itu belum diwajibkan, namun hal ini akan meningkatkan nilai jual suatu produk dibandingkan produk lain dan produk hasil pengolahan UMKM menjadi mampu bersaing dengan produk lain seperti produk yang berasal dari luar negeri atau produk dari perusahaan-perusahaan besar.

Penampilan nilai gizi produk bisa dijadikan sebagai salah satu bentuk perluasan pasar penjualan produk yang awalnya hanya di pasar tradisional ke pasar modern seperti supermarket, pasar online dan luar negeri. Seperti yang telah dilakukan oleh UMKM Bilih 7 Muaro. 

Produk yang dihasilkan UMKM ini secara berangsur telah menampilkan informasi kandungan gizi pada kemasan produknya. Produk UMKM bilih 7 Muaro telah memenuhi persyaratan untuk masuk pasar modern. *


*Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas

Pewarta : Dr. Delvi Yanti, STP, MP*
Editor : Miko Elfisha
Copyright © ANTARA 2024