Padang (ANTARA) - Sebanyak 100 murid SDN 05 dan SDN 06 Padang Pasir, Kota Padang yang lokasi sekolahnya berada di zona merah atau rawan tsunami mengikuti simulasi penyelamatan diri saat gempa dan tsunami sebagai upaya memberikan pemahaman bagaimana menghadapi bencana jika terjadi.
"Simulasi gempa dan tsunami tersebut merupakan upaya untuk mengingatkan kembali bahwa Kota Padang rawan gempa dan tsunami sehingga ketika bencana terjadi pelajar menjadi lebih siap," kata Ketua Riset Kolaborasi Indonesia Dr Risda Amini di Padang, Sabtu.
Ia menyampaikan kegiatan simulasi gempa dan tsunami ini merupakan kegiatan pengabdian masyarakat kolaborasi dari tiga perguruan tinggi negeri yaitu Universitas Negeri Padang, Universitas Andalas dan Universitas Negeri Malang.
Menurut dia dengan simulasi ini diharapkan siswa betul-betul memahami apa yang harus dilakukan saat gempa terjadi.
"Apalagi Padang merupakan daerah rawan gempa dan jika pelajar memahami langkah penyelamatan maka akan meminimalkan korban jiwa," kata dia.
Ia menilai para pelajar akan punya pemahaman yang baik dan tidak takut apalagi panik saat gempa terjadi bahkan bisa memberi tahu kepada keluarga.
Pihaknya menargetkan akan menggelar simulasi pada 50 sekolah di Sumbar yang berada di zona merah mulai dari Pasaman Barat, Padang Pariaman, Padang, Pesisir Selatan hingga Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Simulasi gempa dan tsunami dipandu oleh pakar gempa Dr Badrul Mustafa. Saat pengarahan ia mengingatkan para pelajar untuk tidak panik saat gempa terjadi dan segera berlindung di bawah meja.
"Kalau kita panik maka kecerdasan berkurang 50 persen sehingga bingung mau berbuat apa, oleh sebab itu saat gempa terjadi tetap tenang dan segera berlindung di bawah meja," katanya.
Setelah pengarahan dilakukan simulasi penyelamatan diri dari ancaman tsunami, para siswa dibekali helm sebagai pelindung kepala. Setelah gempa terjadi para siswa segera berlindung di bawah meja.
Kemudian setelah situasi dirasa aman para siswa segera berkumpul di halaman sekolah untuk bersiap menuju tempat evakuasi sementara dari ancaman tsunami.
Karena lokasi SDN 05 dan SDN 06 Padang Pasir hanya berjarak sekitar dua kilometer dari garis pantai, tempat evakuasi terdekat di kawasan itu adalah gedung escape building yang berada di kompleks Kantor Gubernur Sumbar.
Para siswa pun diarahkan menuju gedung berlantai lima tersebut untuk segera berlindung dari bahaya tsunami.
Pelajar SDN 05 dan SDN 06 Padang Pasir Padang berada di tempat evakuasi sementara di escape buiding Kantor Gubernur Sumbar pada simulasi yang digelar di Padang, Sabtu. (Antara/Ikhwan Wahyudi)
Sementara Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Unand Yostrizal, Phd mengatakan kegiatan ini merupakan kolaborasi dari tiga perguruan tinggi.
"Kami dari Unand fokus pada aspek simulasi gempa dan tsunami serta membuat pemetaan jalur evaluasi tercepat menuju tempat evakuasi sementara," kata dia.
Ia menilai setelah gempa akan banyak orang yang juga melakukan evakuasi sehingga perlu dihitung tingkat kepadatan pergerakan orang di jalan.
Kemudian ia menilai simulasi ini penting untuk dilakukan secara rutin apalagi setelah dua tahun pandemi sempat terhenti karena pelajar banyak yang mengikuti sekolah daring.
Sementara Kepala SDN 05 Padang Pasir Padang Suri Gustina menyambut baik dilaksanakannya simulasi ini.
"Apalagi sekolah kami berada di daerah rawan dan murid selalu berganti dari tahun ke tahun," kata dia.
Ia menyampaikan selama ini sudah membuat prosedur saat gempa terjadi yaitu pelajar segera dievakuasi ke tempat evakuasi sementara.
"Dengan demikian para orang tua tidak perlu lagi khawatir dan mencari anaknya ke sekolah, ini kesepakatan yang sudah kami buat bersama, para guru pun tak perlu khawatir dengan anaknya karena evakuasi menjadi tanggung jawab sekolah masing-masing," katanya.
Sementara salah seorang Murid SDN 05 Padang Pasir Raka mengaku senang dengan simulasi gempa dan tsunami tersebut.
"Jadi pas ada gempa kita tidak perlu panik lagi, langsung ke berlindung ke bawah meja, kemudian keluar menuju tempat evakuasi," katanya.
"Simulasi gempa dan tsunami tersebut merupakan upaya untuk mengingatkan kembali bahwa Kota Padang rawan gempa dan tsunami sehingga ketika bencana terjadi pelajar menjadi lebih siap," kata Ketua Riset Kolaborasi Indonesia Dr Risda Amini di Padang, Sabtu.
Ia menyampaikan kegiatan simulasi gempa dan tsunami ini merupakan kegiatan pengabdian masyarakat kolaborasi dari tiga perguruan tinggi negeri yaitu Universitas Negeri Padang, Universitas Andalas dan Universitas Negeri Malang.
Menurut dia dengan simulasi ini diharapkan siswa betul-betul memahami apa yang harus dilakukan saat gempa terjadi.
"Apalagi Padang merupakan daerah rawan gempa dan jika pelajar memahami langkah penyelamatan maka akan meminimalkan korban jiwa," kata dia.
Ia menilai para pelajar akan punya pemahaman yang baik dan tidak takut apalagi panik saat gempa terjadi bahkan bisa memberi tahu kepada keluarga.
Pihaknya menargetkan akan menggelar simulasi pada 50 sekolah di Sumbar yang berada di zona merah mulai dari Pasaman Barat, Padang Pariaman, Padang, Pesisir Selatan hingga Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Simulasi gempa dan tsunami dipandu oleh pakar gempa Dr Badrul Mustafa. Saat pengarahan ia mengingatkan para pelajar untuk tidak panik saat gempa terjadi dan segera berlindung di bawah meja.
"Kalau kita panik maka kecerdasan berkurang 50 persen sehingga bingung mau berbuat apa, oleh sebab itu saat gempa terjadi tetap tenang dan segera berlindung di bawah meja," katanya.
Setelah pengarahan dilakukan simulasi penyelamatan diri dari ancaman tsunami, para siswa dibekali helm sebagai pelindung kepala. Setelah gempa terjadi para siswa segera berlindung di bawah meja.
Kemudian setelah situasi dirasa aman para siswa segera berkumpul di halaman sekolah untuk bersiap menuju tempat evakuasi sementara dari ancaman tsunami.
Karena lokasi SDN 05 dan SDN 06 Padang Pasir hanya berjarak sekitar dua kilometer dari garis pantai, tempat evakuasi terdekat di kawasan itu adalah gedung escape building yang berada di kompleks Kantor Gubernur Sumbar.
Para siswa pun diarahkan menuju gedung berlantai lima tersebut untuk segera berlindung dari bahaya tsunami.
Sementara Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Unand Yostrizal, Phd mengatakan kegiatan ini merupakan kolaborasi dari tiga perguruan tinggi.
"Kami dari Unand fokus pada aspek simulasi gempa dan tsunami serta membuat pemetaan jalur evaluasi tercepat menuju tempat evakuasi sementara," kata dia.
Ia menilai setelah gempa akan banyak orang yang juga melakukan evakuasi sehingga perlu dihitung tingkat kepadatan pergerakan orang di jalan.
Kemudian ia menilai simulasi ini penting untuk dilakukan secara rutin apalagi setelah dua tahun pandemi sempat terhenti karena pelajar banyak yang mengikuti sekolah daring.
Sementara Kepala SDN 05 Padang Pasir Padang Suri Gustina menyambut baik dilaksanakannya simulasi ini.
"Apalagi sekolah kami berada di daerah rawan dan murid selalu berganti dari tahun ke tahun," kata dia.
Ia menyampaikan selama ini sudah membuat prosedur saat gempa terjadi yaitu pelajar segera dievakuasi ke tempat evakuasi sementara.
"Dengan demikian para orang tua tidak perlu lagi khawatir dan mencari anaknya ke sekolah, ini kesepakatan yang sudah kami buat bersama, para guru pun tak perlu khawatir dengan anaknya karena evakuasi menjadi tanggung jawab sekolah masing-masing," katanya.
Sementara salah seorang Murid SDN 05 Padang Pasir Raka mengaku senang dengan simulasi gempa dan tsunami tersebut.
"Jadi pas ada gempa kita tidak perlu panik lagi, langsung ke berlindung ke bawah meja, kemudian keluar menuju tempat evakuasi," katanya.