Solok (ANTARA) - Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia (RI) yang ke 77 tahun 2022 bakal diadakan di puncak Gunung Talang oleh pemerintah Kabupaten (Pemkab) Solok dan pecinta alam merupakan bentuk rasa cinta terhadap negeri.

Koordinator Lapangan Pencinta Alam, Wardesco Pono Batuah di Solok, Sabtu mengatakan perayaan HUT ke-77 RI di Gunung Talang bukan lah hal yang baru. Hampir setiap tahunnya sebelum pandemi juga diadakan. 

Bahkan, dengan diadakannya perayaan di atas gunung tersebut, diharapkan semakin tumbuhnya rasa persatuan, dan kesatuan dalam menjaga NKRI, termasuk momen untuk bangkit dari pandemi COVID-19.

“Namun, karena pandemi sempat terhenti. Nah pada 17 Agustus tahun ini (2022) menjadi momen bagi kita semua untuk bangkit. Bahkan estimasinya atau animo masyarakat yang tinggi bisa mencapai ribuan bahkan 20 ribuan. Tapi ingat ini hanya estimasi. Karena data yang real itu setelah pendakian, karena kan untuk masuk ke atas diregistrasi dahulu, baru jelas datanya,” ujarnya.

Dijelaskannya, tingginya animo para pendaki disebabkan beberapa hal diantaranya, Gunung Talang terkenal dengan keindahan serta terkenal juga dengan jalur pendakian yang berbeda dengan gunung lainnya.

Selain itu, dengan ditutupnya beberapa pendakian di Sumatera Barat menjadikan Gunung Talang sebagai lokasi pilihan.
Lalu ditambah ikutnya Bupati Solok Epyardi Asda untuk memeriahkan HUT ke-77 di puncak Gunung Talang.

“Jadi perlu diketahui kelompok pencita alam, atau para pendaki, Gunung Talang ini tidak hanta dijadikan tempat mereka berpetualang tetapi juga ikut memeriahkan HUT RI. Mereka akan mengibarkan bendera merah putih, untuk mengenang jasa para pahlawan pejuang kemerdekaan,”ujarnya Wardesco.

Ia juga mengimbau, jangan sampai ada pernyataan-pernyataan kalau perayaan HUT ke-77 RI di Gunung Talang dapat merusak alam. 

“Jadi jangan sampai lukai hati para pegiat alam, karena tujuannya tidak permah merusak alam, justru karena cinta terhadap alam maka mereka dekat dengan alam dan harus punya etika,”kata Wardesco.

Selain itu, ia sebagai koordinator juga menyebarkan informasi terhadap aturan-aturan yang harus dijalankan oleh para peserta yang ikut pendakian di Gunung Talang.

Diantaranya, supaya sopan dalam bicara ketika berada di alam. Harus melapor ke posko masuk pendakian untuk pedaftaran. Tidak membuang sampah sembarangan.

Selanjutnya, setiap peserta wajib membawa sampah sisa makanannya dari atas puncak ke bawah.

Peserta diimbau untuk membawa bendera merah putih untuk memeriahkan HUT ke-77 untuk dikibarkan di puncak Gunung Talang. Peserta dilarang melakukan perusakan alam Gunung Talang. Peserta harus mengikuti informasi dan aturan-aturan dari korlap pendakian.

Wardesco mengungkapkan, kondisi di Gunung Talang cukup nyaman bagi para pendaki. Hal ini karena adanya tempat perisitirahatan yang cukup luas dan memadai.

“Karena di puncak Gunung Talang terbentang daratan yang cukup luas dan tidak akan merusak tatanan hutan itu sendiri. Daratan itu terbentuk pasca meletusnya Gunung Talang pada tahun 2005 silam, dari letusan gunung tersebut mengeluarkan lava panas dan longsoran. Ini menyebabkan kawasan menjadi gersang dan pepohonan menjadi mati, dan semburan lava serta lonsor tanah membentuk sebuah daratan yang luas seperti lapangan bola kaki,” ujarnya.

Ia menyampaikan, menjadi penggiat alam itu tidak bisa diungkapkan tapi bisa dirasakan. Gunung itu seperti ibu, dia adalah tempat pelarian terbaik di saat diri sedang membutuhkan semangat baru.

“Jadi, jangan mengambil apapun selain gambar, jangan meninggalkan apapun selain jejak, dan jangan membunuh apapun selain waktu. Mendaki gunung mengajarkan kita untuk memahami dan belajar merendahkan angkuh.Pengalaman itu bukan pada puncaknya akan tetapi pada perjalanannya. Ini adalah filosofi bagi para penggiat alam,” ucapnya.

Pewarta : Laila Syafarud
Editor : Miko Elfisha
Copyright © ANTARA 2024