Jakarta, (ANTARA) - Petenis peringkat delapan dunia Andrey Rublev menyebut larangan Wimbledon terhadap petenis Rusia dan Belarus "sepenuhnya diskriminasi," sementara federasi tenis Belarus mengatakan keputusan itu hanya akan "menghasut kebencian."

"Alasan yang mereka (Wimbledon) berikan kepada kami tidak masuk akal, itu tidak logis," kata Rublev di sela acara ATP Beograd, dikutip dari AFP, Jumat.

"Apa yang terjadi sekarang adalah sepenuhnya diskriminasi terhadap kami."

Wimbledon, Rabu, melarang semua petenis Rusia dan Belarus untuk ambil bagian dalam turnamen Grand Slam tersebut tahun ini sebagai tanggapan atas invasi Ukraina.

Keputusan itu membuat Rublev serta rekan senegaranya peringkat dua dunia Daniil Medvedev dan peringkat keempat putri Aryna Sabalenka dari Belarus absen dalam turnamen yang akan digelar pada 27 Juni-10 Juli itu.

"Melarang petenis Rusia atau Belarus... tidak akan mengubah apa pun," ujar Rublev, yang mengatakan mengalihkan dana hadiah Wimbledon, yang tahun lalu berjumlah 35 juta poundsterling (Rp655 miliar), akan memiliki efek yang lebih positif.

"Memberikan semua hadiah uang untuk bantuan kemanusiaan, kepada keluarga yang menderita, kepada anak-anak yang menderita, saya pikir itu akan berdampak sesuatu."

"Tenis akan, dalam hal ini, menjadi olahraga pertama dan satu-satunya yang menyumbangkan uang sebanyak itu dan itu adalah Wimbledon sehingga mereka akan mendapat semua pujian."

Federasi Tenis Belarus (BTF) menyebut pejabat pemerintah Inggris "tidak kompeten dan tidak tahu."

"BTF dengan tegas mengutuk keputusan yang diambil oleh penyelenggara Wimbledon untuk menskors pemain tenis Belarus dan Rusia," kata BTF dalam sebuah pernyataan.

"Tindakan destruktif seperti itu sama sekali tidak berkontribusi pada penyelesaian konflik, tetapi hanya menghasut kebencian dan intoleransi secara nasional."

Badan tenis tersebut menambahkan bahwa saat ini kepemimpinan BTF tengah berkonsultasi dengan firma hukum internasional terkait hukum olahraga.

"Strategi sedang dikembangkan yang ditujukan untuk melindungi, pertama-tama, pemain tenis Belarus di seluruh dunia, dan tenis di dunia. Republik Belarus secara keseluruhan."

Pelopor tenis AS Billie Jean King, pendiri WTA pada 1973, mengatakan dia "tidak dapat mendukung" keputusan Wimbledon.

"Salah satu prinsip dasar pendirian WTA adalah bahwa petenis putri di mana pun di dunia, jika dia cukup bagus, akan memiliki tempat untuk berkompetisi," kata juara Wimbledon enam kali itu.

"Saya mendukung itu pada 1973 dan saya mendukung itu hari ini. Saya tidak dapat mendukung larangan atlet individu dari turnamen apa pun, hanya karena kebangsaan mereka," ujarnya menambahkan.

Pewarta : Arindra Meodia
Editor : Mukhlisun
Copyright © ANTARA 2024