Simpang Empat (ANTARA) - Korban pengungsi di Simpang Timbo Abu Kecamatan Talamau, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat yang masih bertahan di tenda mengharapkan dibangunkan hunian sementara dari pemerintah.
"Rumah saya hancur dan saya sudah berada di tenda pengungsian ini sejak hari pertama gempa 25 Februari 2022. Saya masih bertahan karena tidak tau mau pulang kemana. Lebaran pun kami hampir dipastikan di tempat pengungsian ini," kata salah seorang pengungsi Yosmaneli (35), Kamis.
Ia mengatakan dengan kondisi rumah yang hancur, ia bersama anaknya terpaksa melaksanakan ibadah puasa di tenda pengungsian seadanya.
"Bagaimana lagi, kita masih bertahan di tenda dengan seadanya. Kemungkinan berlebaran di pengungsian juga," katanya.
Menurutnya saat ini kebutuhan sembako masih terpenuhi dari bantuan berbagai pihak. Dengan menu seadanya mulai dari air teh, goreng telur, dan samba lado mereka melaksanakan makan sahur dan berbuka puasa di tenda pengungsian.
"Kami berharap pemerintah dapat segera membangunkan hunian sementara atau hunian tetap sehingga kami bisa pulang lagi," harapnya.
Pengungsi lainnya Nursiah (54) juga mengatakan belum mendapatkan hunian sementara dari pihak manapun sehingga ia terpaksa masih bertahan di tenda pengungsian.
"Saya berempat beranak hingga saat ini masih bertahan di tenda pengungsian. Kami berharap ada pihak yang membantu membangunkan hunian sementara," harapnya.
Salah seorang koordinator tenda pengungsian, Joel mengatakan saat ini ada sekitar 40 kepala keluarga atau 150 jiwa warga yang masih bertahan di tenda pengungsian Simpang Timbo Abu.
"Mereka bertahan karena rumah mereka hancur dan saat ini belum memperoleh bantuan hunian sementara," katanya.***3***
"Rumah saya hancur dan saya sudah berada di tenda pengungsian ini sejak hari pertama gempa 25 Februari 2022. Saya masih bertahan karena tidak tau mau pulang kemana. Lebaran pun kami hampir dipastikan di tempat pengungsian ini," kata salah seorang pengungsi Yosmaneli (35), Kamis.
Ia mengatakan dengan kondisi rumah yang hancur, ia bersama anaknya terpaksa melaksanakan ibadah puasa di tenda pengungsian seadanya.
"Bagaimana lagi, kita masih bertahan di tenda dengan seadanya. Kemungkinan berlebaran di pengungsian juga," katanya.
Menurutnya saat ini kebutuhan sembako masih terpenuhi dari bantuan berbagai pihak. Dengan menu seadanya mulai dari air teh, goreng telur, dan samba lado mereka melaksanakan makan sahur dan berbuka puasa di tenda pengungsian.
"Kami berharap pemerintah dapat segera membangunkan hunian sementara atau hunian tetap sehingga kami bisa pulang lagi," harapnya.
Pengungsi lainnya Nursiah (54) juga mengatakan belum mendapatkan hunian sementara dari pihak manapun sehingga ia terpaksa masih bertahan di tenda pengungsian.
"Saya berempat beranak hingga saat ini masih bertahan di tenda pengungsian. Kami berharap ada pihak yang membantu membangunkan hunian sementara," harapnya.
Salah seorang koordinator tenda pengungsian, Joel mengatakan saat ini ada sekitar 40 kepala keluarga atau 150 jiwa warga yang masih bertahan di tenda pengungsian Simpang Timbo Abu.
"Mereka bertahan karena rumah mereka hancur dan saat ini belum memperoleh bantuan hunian sementara," katanya.***3***