Padang (ANTARA) - Universitas Negeri Padang (UNP) mengerahkan Tim Konseling Trauma BK Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) yang terdiri dari dosen dan mahasiswa ke Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Pasaman Barat untuk beri konseling trauma.
Kabag Humas UNP Novri Elvida di Padang, Selasa, mengatakan tujuan konseling trauma ini adalah untuk menghilangkan trauma pada masyarakat korban gempa khususnya pada anak-anak.
Ia mengatakan tim konseling trauma ini turun ke lapangan setelah 2 minggu pasca gempa, karena dalam waktu itulah yang efektif untuk melakukan konseling trauma, tepatnya di daerah Kampuang Auo dan Jorong I.
Kegiatan ini dibagi atas beberapa tim, tim satu dari Mahasiswa Program Studi S1 Konseling Trauma Anak-anak bertugas menghilangkan trauma yang ada pada anak-anak korban pasca gempa.
Teknik yang dilakukan yaitu Play Therapy Konseling (mewarnai, menyusun puzzle dan finger painting) yang mana melalui warna dapat diketahui apakah anak tersebut mengalami trauma.
Zikra dari tim konseling trauma menyampaikan ada salah seorang anak mewarnai gambar dengan warna yang dominan cokelat yang mana alasan anak tersebut dia masih ingat dengan bencana galodo yang berwarna coklat.
Disamping itu anak-anak yang mewarnai dengan tidak rapi maka dapat dikatakan bahwa anak tersebut memiliki sedikit trauma.
Sambil mewarnai, tim konseling trauma juga menanyakan hal-hal kecil kepada anak-anak korban gempa.
Selanjutnya menyusun puzzle yang bertujuan untuk melihat apakah anak-anak korban gempa masih mampu berpikir dengan fokus atau tidak.
Berikutnya, Finger Painting yaitu anak-anak diminta untuk mencari warna sesuai dengan cita-cita yang ingin dicapainya, melalui warna dapat dilihat bentuk keinginan dari anak-anak tersebut.
Untuk tim dua yaitu Tim Konseling Trauma Remaja terdiri dari dosen dan mahasiswa S2, S3, dan Pendidikan Profesi Konselor, dilokasi gempa ini tidak terlalu banyak remaja karena dominan sudah menikah sehingga termasuk pada konseling dewasa.
Konseling ini menggunakan teknik Hypnotheraphy dan IPLT (teknik yang dikembangkan oleh Dosen BK FIP UNP Ifdil, Ph.D, Kons. bersama timnya.
Menurut Zikra, masyarakat disana hanya memiliki sedikit trauma akan bencana gempa, tetapi yang mereka khawatirkan yaitu bagaimana melangsungkan kehidupan normal sebelumnya.
Semangat dalam diri masyarakat tersebut sudah hilang karena memikirkan kelangsungan hidup normal tadi, karena mereka tidak mempunyai biaya untuk membangun rumah, melanjutkan sekolah anak-anaknya, serta untuk kehidupan selanjutnya.
Hingga sekarang masyarakat hanya mengharapkan bantuan-bantuan yang dikirimkan ke lokasi, masyarakat korban gempa juga membutuhkan dana untuk membangun rumah mereka.
Kabag Humas UNP Novri Elvida di Padang, Selasa, mengatakan tujuan konseling trauma ini adalah untuk menghilangkan trauma pada masyarakat korban gempa khususnya pada anak-anak.
Ia mengatakan tim konseling trauma ini turun ke lapangan setelah 2 minggu pasca gempa, karena dalam waktu itulah yang efektif untuk melakukan konseling trauma, tepatnya di daerah Kampuang Auo dan Jorong I.
Kegiatan ini dibagi atas beberapa tim, tim satu dari Mahasiswa Program Studi S1 Konseling Trauma Anak-anak bertugas menghilangkan trauma yang ada pada anak-anak korban pasca gempa.
Teknik yang dilakukan yaitu Play Therapy Konseling (mewarnai, menyusun puzzle dan finger painting) yang mana melalui warna dapat diketahui apakah anak tersebut mengalami trauma.
Zikra dari tim konseling trauma menyampaikan ada salah seorang anak mewarnai gambar dengan warna yang dominan cokelat yang mana alasan anak tersebut dia masih ingat dengan bencana galodo yang berwarna coklat.
Disamping itu anak-anak yang mewarnai dengan tidak rapi maka dapat dikatakan bahwa anak tersebut memiliki sedikit trauma.
Sambil mewarnai, tim konseling trauma juga menanyakan hal-hal kecil kepada anak-anak korban gempa.
Selanjutnya menyusun puzzle yang bertujuan untuk melihat apakah anak-anak korban gempa masih mampu berpikir dengan fokus atau tidak.
Berikutnya, Finger Painting yaitu anak-anak diminta untuk mencari warna sesuai dengan cita-cita yang ingin dicapainya, melalui warna dapat dilihat bentuk keinginan dari anak-anak tersebut.
Untuk tim dua yaitu Tim Konseling Trauma Remaja terdiri dari dosen dan mahasiswa S2, S3, dan Pendidikan Profesi Konselor, dilokasi gempa ini tidak terlalu banyak remaja karena dominan sudah menikah sehingga termasuk pada konseling dewasa.
Konseling ini menggunakan teknik Hypnotheraphy dan IPLT (teknik yang dikembangkan oleh Dosen BK FIP UNP Ifdil, Ph.D, Kons. bersama timnya.
Menurut Zikra, masyarakat disana hanya memiliki sedikit trauma akan bencana gempa, tetapi yang mereka khawatirkan yaitu bagaimana melangsungkan kehidupan normal sebelumnya.
Semangat dalam diri masyarakat tersebut sudah hilang karena memikirkan kelangsungan hidup normal tadi, karena mereka tidak mempunyai biaya untuk membangun rumah, melanjutkan sekolah anak-anaknya, serta untuk kehidupan selanjutnya.
Hingga sekarang masyarakat hanya mengharapkan bantuan-bantuan yang dikirimkan ke lokasi, masyarakat korban gempa juga membutuhkan dana untuk membangun rumah mereka.