Padang (ANTARA) - Hasil penelitian sejarah lokal Kubuang Tigobaleh, Solok, Sumatera Barat yang dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan Sumatera Barat akan dibedah melalui diskusi kelompok terpumpun untuk disempurnakan menjadi buku.
"Kami ingin memperoleh masukan, saran, ide dan bahkan kritikan dari tokoh ninik mamak dan pemangku adat untuk menyempurnakan penelitian menjadi buku," kata seorang peneliti dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas (Unand) Padang, MA Dalmenda di Padang, Selasa.
Menurut dia suatu budaya lahir dari keluhuran nilai, kemuliaan sikap, dan keagungan tradisi masyarakat yang berjalan secara berkelanjutan dan mengakar.
Dalam prosesnya, budaya lahir dari adanya interaksi bahkan terkadang terjadi akulturasi antara keyakinan religi, sosial, dan tradisi masyarakat," katanya.
Ia melihat saling keterkaitan tersebut melahirkan cara pandang, keyakinan, sikap dan ideologi yang heterogen dan dinamis menjadi kerangka yang digunakan untuk memahami budaya dalam komunitas tertentu termasuk komunitas masyarakat Kubuang Tigobaleh.
"Masyarakat Kubuang Tigobaleh adalah masyarakat beradab yang budaya di bangun atas dasar konsensus nilai-nilai kearifan lokal," ujarnya.
Penelitian ini dilakukan Dinas Kebudayaan bekerja sama dengan angota DPRD Provinsi Sumbar, Deswiperta dengan tim peneliti Direktur Pasca Sarjana Unand Prof Nusyirwan Effendi, Sejarawan Unand Dr Wannofry Samri, Akademisi Unand M.A.Dalmenda, M.Si tokoh masyarakat Deswipetra serta Penulis dan Pengamat Adat dan Budaya Minangkabau Buya Zuairi Abdullah
Proses penelitian melibatkan para akademisi, tokoh dan praktisi sesuai bidangnya serta melibatkan 75 mahasiswa sebagai enumerator turun ke lapangan pada 74 nagari di Kabupaten Solok dan Kota Solok.
“Jika sudah menjadi buku, hasil penelitian ini merupakan tongggak sejarah di Solok untuk memiliki referensi tentang Kubuang Tigobaleh," kata dia,
Ia berharap dengan mempelajari sejarah para generasi muda bisa mendapatkan banyak hal, salah satunya dengan pelajaran masa lampau yang dijadikan referensi.
Sebagai generasi muda dituntut senantiasar terus melestarikan sejarah sebagaimana pituah dari bapak pendiri bangsa Bung Karno yang kesohor dengan sebutan “Jas Merah” jangan sekali-kali melupakan sejarah, katanya.
"Kami ingin memperoleh masukan, saran, ide dan bahkan kritikan dari tokoh ninik mamak dan pemangku adat untuk menyempurnakan penelitian menjadi buku," kata seorang peneliti dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas (Unand) Padang, MA Dalmenda di Padang, Selasa.
Menurut dia suatu budaya lahir dari keluhuran nilai, kemuliaan sikap, dan keagungan tradisi masyarakat yang berjalan secara berkelanjutan dan mengakar.
Dalam prosesnya, budaya lahir dari adanya interaksi bahkan terkadang terjadi akulturasi antara keyakinan religi, sosial, dan tradisi masyarakat," katanya.
Ia melihat saling keterkaitan tersebut melahirkan cara pandang, keyakinan, sikap dan ideologi yang heterogen dan dinamis menjadi kerangka yang digunakan untuk memahami budaya dalam komunitas tertentu termasuk komunitas masyarakat Kubuang Tigobaleh.
"Masyarakat Kubuang Tigobaleh adalah masyarakat beradab yang budaya di bangun atas dasar konsensus nilai-nilai kearifan lokal," ujarnya.
Penelitian ini dilakukan Dinas Kebudayaan bekerja sama dengan angota DPRD Provinsi Sumbar, Deswiperta dengan tim peneliti Direktur Pasca Sarjana Unand Prof Nusyirwan Effendi, Sejarawan Unand Dr Wannofry Samri, Akademisi Unand M.A.Dalmenda, M.Si tokoh masyarakat Deswipetra serta Penulis dan Pengamat Adat dan Budaya Minangkabau Buya Zuairi Abdullah
Proses penelitian melibatkan para akademisi, tokoh dan praktisi sesuai bidangnya serta melibatkan 75 mahasiswa sebagai enumerator turun ke lapangan pada 74 nagari di Kabupaten Solok dan Kota Solok.
“Jika sudah menjadi buku, hasil penelitian ini merupakan tongggak sejarah di Solok untuk memiliki referensi tentang Kubuang Tigobaleh," kata dia,
Ia berharap dengan mempelajari sejarah para generasi muda bisa mendapatkan banyak hal, salah satunya dengan pelajaran masa lampau yang dijadikan referensi.
Sebagai generasi muda dituntut senantiasar terus melestarikan sejarah sebagaimana pituah dari bapak pendiri bangsa Bung Karno yang kesohor dengan sebutan “Jas Merah” jangan sekali-kali melupakan sejarah, katanya.