Padang (ANTARA) - Saya beruntung. Kota sejuk Sungai Penuh terjelangi juga. Kota yang sejuknya sebelas dua belas dengan Bukittinggi. Di siang hari, suhunya sekitar 25 °C. Pagi lebih dingin, sekitar 20 derajat. Malam tentu jauh lebih dingin. Berguna benar jaket dan sweater di Sungai Penuh, baik di waktu pagi, siang ataupun malam. Tidak serupa di Padang jaket diperlukan dikala demam dan hujan deras saja.
Dulu, Sungai Penuh adalah ibu kota Kabupaten Kerinci. Sejak 8 Oktober 2009 tidak lagi, seiring disahkannya pemekaran Kabupaten Kerinci menjadi 2 wilayah administratif: Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh. Setelah pemekaran, Sungai Penuh menjadi pusat pemerintahan Kota.
Ibu kota Kabupaten Kerinci pindah ke Siulak, sebelum Kayu Aro arah ke Solok Selatan. Tapi itu masih di atas kertas. Faktanya, sampai sekarang, Bupati, Wakil Bupati dan sebagian kepala Organisasi Perangkat Daerah masih di berkantor di Sungai Penuh. Tapi, terhitung Juni 2022 nanti, semuanya harus pindah ke Siulak dan semua aset yang ditinggalkan diserahkan ke Pemerintahan Kota.
Sungai Penuh kota kecil. Kota yang dipimpin duet Ahmadi Zubir dan Alvia Santoni itu, luasnya hanya 39.150 hektare . Seluas 23.177,6 hektare (59,2 persen ) masuk ke dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, area yang tidak bisa diapa-apakan. Hanya 40,8 persen atau 15.972,4 hektare saja lahan efektif yang dapat digunakan.
Berdasarkan sensus tahun 2020, penduduk Kota Sungai Penuh berjumlah 97.190 jiwa dengan kepadatan 248/km². Penduduknya tersebar di 8 kecamatan, 4 kelurahan dan 65 desa yang tersepit di antara pinggang Bukit Barisan dan kaki Gunung Kerinci.
Julukan "sekepal tanah dari surga" untuk Kerinci (termasuk di dalamnya Sungai Penuh) tidaklah salah. Alamnya indah dan tanahnya ditakdirkan subur. "Tongkat kayu dan batu jadi tanaman". Penggalan lirik lagu Koes Plus itu tepat benar menggambarkan Kerinci dan Sungai Penuh. Kualitas kopi dan kulit manisnya jangan ditanya berkelas dan bernama.
Penglihatan saya, wujud syukur atas nikmat alam indah dan tanah yang subur belum tergambar benar di wajah kota Sungai Penuh hari ini. Kota masih terkesan gersang dan belum terurus dengan baik. Fasilitas umum masih belum layak. Mungkin karena Wali Kota dan Wakilnya baru sekitar 6 bulan memegang tali kendali pemerintahan. Kekuasaan masih sedang dikonsolidasikan. Saya maklum itu.
Setelah 6 bulan (dilantik 25 Juni 2021), saatnya Wako dan Wawako mulai mencicil realisasi visi, misi dan program unggulan mereka. Saya usul cicilan dimulai dengan membenahi trotoar kota. Usulan ini sudah saya sampaikan langsung kepada Wali Kota Ahamdi Zubir, Senin 6/12/2021.
Saya menjadikan Kota Padang sebagai contoh. Kata saya, "Wali Kota Padang Mahyeldi memulai pembenahan kota dengan membenahi trotoar. Trotoar yang sudah ada diperancaknya yang kecil dilebarkan, yang berlubang dan tidak datar diperbaikinya. Trotoar baru dibangun di ruas-ruas jalan yang sebelumnya belum ada. Semuanya mengakomodasi kebutuhan para penyandang disabilitas. Dan, hampir di semua trotoar yang dibangun dan dibenahi itu dipasangi kursi-kursi cantik buat warga melepas penat setelah lama berjalan menyusuri trotoar".
Saya juga sampaikan bahwa selama periode pemerintahannya (lebih kurang 6 tahun), Mahyeldi membangun sekitar 50 km trotoar rancak. Yang dilakukan Mahyeldi sebenarnya sederhana saja, tidak rumit-rumit amat dan berbiaya tidak mahal. Tapi itu membekas di kepala masyarakat. Tidak hanya masyarakat kota Padang, tapi juga masyarakat Sumatera Barat secara umum. Faktor trotoar sangat berperan penting terpilihnya Mahyeldi sebagai Gubernur Sumatera Barat. Menurut saya begitu.
Trotoar ramah disabilitas dengan kursi-kursi cantik di atasnya, sangat dibutuhkan warga kota Sungai Penuh. Lebih dari kebutuhan warga kota Padang. Saya yakin benar itu. Udara Sungai Penuh yang sejuk memungkinkan warga tempatan dan pendatang menggunakan trotoar sepanjang hari: untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain atau sekadar duduk-duduk santai di bawah matahari kota yang teduh.
Sembari membenahi trotoar, Pemerintah Sungai Penuh mulai menanam bunga-bunga di tengah dan sudut kota. Bunga Tebubaya sangat cocok ditanam di pusat dan pinggir kota. Menanamnya tentu dengan penataan sedemikian rupa. Taman-taman kota mulai pula dibenahi, di bawah arahan konsultan tata kota yang berpengalaman. Di setiap kecamatan (jumlahnya 8) dibangun taman kota yang representatif, serupa taman layak anak. Itu jumlah minimal. Kalau bisa, setiap kelurahan dan desa punya 1 taman bagus. Berarti jumlahnya 69 taman.
Pemerintah juga dapat atau mesti mengimbau semua pemilik rumah dan toko menanam aneka bunga di depan bangunan mereka masing-masing. Kalau uang cukup, Pemerintah bisa menganggarkan pembelian bibit bunga untuk warganya. Kalau tidak, warga bisa secara swadaya menyediakannya.
Jika dimulai dari sekarang, pada pertengahan atau akhir tahun 2023, Sungai Penuh sudah penuh bunga Tebubaya dan bunga-bunga lainnya sudah menghiasi kota. Warga tempatan dan pendatang sudah bisa dan terbiasa duduk-duduk di kursi-kursi cantik di bawah rindangnya Tebubaya ditemani secangkir kopi Kerinci yang hangat.
Dan, insyaallah, di tahun 2024 di sebagian besar kepala warga kota Sungai Penuh (kalau dilarang menyebut semuanya) sudah ada yang terbenam (embedded): bahwa Wali Kota Ahmadi Zubir dan Wakilnya Alvia Santoni adalah pemimpin kota yang mewujudkan Sungai Penuh sebagai kota penuh bunga. Kota yang layak untuk dihuni dan layak pula dipromosikan sebagai kota yang pantas dikunjungi. Pilkada 2024 jadi kaji menurun saja. Begitu benar saya membayangkannya.
Penulis merupakan Legal Governance Specialist
Dulu, Sungai Penuh adalah ibu kota Kabupaten Kerinci. Sejak 8 Oktober 2009 tidak lagi, seiring disahkannya pemekaran Kabupaten Kerinci menjadi 2 wilayah administratif: Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh. Setelah pemekaran, Sungai Penuh menjadi pusat pemerintahan Kota.
Ibu kota Kabupaten Kerinci pindah ke Siulak, sebelum Kayu Aro arah ke Solok Selatan. Tapi itu masih di atas kertas. Faktanya, sampai sekarang, Bupati, Wakil Bupati dan sebagian kepala Organisasi Perangkat Daerah masih di berkantor di Sungai Penuh. Tapi, terhitung Juni 2022 nanti, semuanya harus pindah ke Siulak dan semua aset yang ditinggalkan diserahkan ke Pemerintahan Kota.
Sungai Penuh kota kecil. Kota yang dipimpin duet Ahmadi Zubir dan Alvia Santoni itu, luasnya hanya 39.150 hektare . Seluas 23.177,6 hektare (59,2 persen ) masuk ke dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, area yang tidak bisa diapa-apakan. Hanya 40,8 persen atau 15.972,4 hektare saja lahan efektif yang dapat digunakan.
Berdasarkan sensus tahun 2020, penduduk Kota Sungai Penuh berjumlah 97.190 jiwa dengan kepadatan 248/km². Penduduknya tersebar di 8 kecamatan, 4 kelurahan dan 65 desa yang tersepit di antara pinggang Bukit Barisan dan kaki Gunung Kerinci.
Julukan "sekepal tanah dari surga" untuk Kerinci (termasuk di dalamnya Sungai Penuh) tidaklah salah. Alamnya indah dan tanahnya ditakdirkan subur. "Tongkat kayu dan batu jadi tanaman". Penggalan lirik lagu Koes Plus itu tepat benar menggambarkan Kerinci dan Sungai Penuh. Kualitas kopi dan kulit manisnya jangan ditanya berkelas dan bernama.
Penglihatan saya, wujud syukur atas nikmat alam indah dan tanah yang subur belum tergambar benar di wajah kota Sungai Penuh hari ini. Kota masih terkesan gersang dan belum terurus dengan baik. Fasilitas umum masih belum layak. Mungkin karena Wali Kota dan Wakilnya baru sekitar 6 bulan memegang tali kendali pemerintahan. Kekuasaan masih sedang dikonsolidasikan. Saya maklum itu.
Setelah 6 bulan (dilantik 25 Juni 2021), saatnya Wako dan Wawako mulai mencicil realisasi visi, misi dan program unggulan mereka. Saya usul cicilan dimulai dengan membenahi trotoar kota. Usulan ini sudah saya sampaikan langsung kepada Wali Kota Ahamdi Zubir, Senin 6/12/2021.
Saya menjadikan Kota Padang sebagai contoh. Kata saya, "Wali Kota Padang Mahyeldi memulai pembenahan kota dengan membenahi trotoar. Trotoar yang sudah ada diperancaknya yang kecil dilebarkan, yang berlubang dan tidak datar diperbaikinya. Trotoar baru dibangun di ruas-ruas jalan yang sebelumnya belum ada. Semuanya mengakomodasi kebutuhan para penyandang disabilitas. Dan, hampir di semua trotoar yang dibangun dan dibenahi itu dipasangi kursi-kursi cantik buat warga melepas penat setelah lama berjalan menyusuri trotoar".
Saya juga sampaikan bahwa selama periode pemerintahannya (lebih kurang 6 tahun), Mahyeldi membangun sekitar 50 km trotoar rancak. Yang dilakukan Mahyeldi sebenarnya sederhana saja, tidak rumit-rumit amat dan berbiaya tidak mahal. Tapi itu membekas di kepala masyarakat. Tidak hanya masyarakat kota Padang, tapi juga masyarakat Sumatera Barat secara umum. Faktor trotoar sangat berperan penting terpilihnya Mahyeldi sebagai Gubernur Sumatera Barat. Menurut saya begitu.
Trotoar ramah disabilitas dengan kursi-kursi cantik di atasnya, sangat dibutuhkan warga kota Sungai Penuh. Lebih dari kebutuhan warga kota Padang. Saya yakin benar itu. Udara Sungai Penuh yang sejuk memungkinkan warga tempatan dan pendatang menggunakan trotoar sepanjang hari: untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain atau sekadar duduk-duduk santai di bawah matahari kota yang teduh.
Sembari membenahi trotoar, Pemerintah Sungai Penuh mulai menanam bunga-bunga di tengah dan sudut kota. Bunga Tebubaya sangat cocok ditanam di pusat dan pinggir kota. Menanamnya tentu dengan penataan sedemikian rupa. Taman-taman kota mulai pula dibenahi, di bawah arahan konsultan tata kota yang berpengalaman. Di setiap kecamatan (jumlahnya 8) dibangun taman kota yang representatif, serupa taman layak anak. Itu jumlah minimal. Kalau bisa, setiap kelurahan dan desa punya 1 taman bagus. Berarti jumlahnya 69 taman.
Pemerintah juga dapat atau mesti mengimbau semua pemilik rumah dan toko menanam aneka bunga di depan bangunan mereka masing-masing. Kalau uang cukup, Pemerintah bisa menganggarkan pembelian bibit bunga untuk warganya. Kalau tidak, warga bisa secara swadaya menyediakannya.
Jika dimulai dari sekarang, pada pertengahan atau akhir tahun 2023, Sungai Penuh sudah penuh bunga Tebubaya dan bunga-bunga lainnya sudah menghiasi kota. Warga tempatan dan pendatang sudah bisa dan terbiasa duduk-duduk di kursi-kursi cantik di bawah rindangnya Tebubaya ditemani secangkir kopi Kerinci yang hangat.
Dan, insyaallah, di tahun 2024 di sebagian besar kepala warga kota Sungai Penuh (kalau dilarang menyebut semuanya) sudah ada yang terbenam (embedded): bahwa Wali Kota Ahmadi Zubir dan Wakilnya Alvia Santoni adalah pemimpin kota yang mewujudkan Sungai Penuh sebagai kota penuh bunga. Kota yang layak untuk dihuni dan layak pula dipromosikan sebagai kota yang pantas dikunjungi. Pilkada 2024 jadi kaji menurun saja. Begitu benar saya membayangkannya.
Penulis merupakan Legal Governance Specialist