Bukittinggi, (ANTARA) - Wali Kota Bukittinggi Erman Safar menginstruksikan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) beserta dinas terkait lainnya untuk melakukan gotong royong (goro) membersihkan jalan Perintis Kemerdekaan dari sisa galian pekerjaan drainase.
Instruksi goro ini merupakan respons atas keluhan masyarakat terkait material berupa tanah sisa galian dari pekerjaan drainase yang tengah berlangsung di tengah kota dan dinilai mengganggu lingkungan warga setempat.
"Masyarakat mengeluhkan di lokasi proyek pekerjaan drainase itu material debu berterbangan jika cuaca sedang cerah, selain itu jalan menjadi licin jika diguyur hujan sehingga berdampak terhadap kesehatan serta kenyamanan masyarakat dan pengguna jalan," kata Wali Kota Erman Safar di Bukittinggi, Minggu.
Ia menyebut, masyarakat merasakan kekecewaan terhadap proses pengerjaan Proyek Drainase Primer yang telah berjalan sekitar dua bulan.
Meski demikian, ia mengatakan Pemerintah Kota Bukittinggi perlu langsung ambil peran mengatasi masalah ini.
"Tiap proyek konstruksi wajib perhatikan sistem manajemen keselamatan kerja konstruksi, baik dari aspek teknis pekerjaannya, maupun untuk keselamatan, kenyamanan masyarakat sekitar dan pengguna jalan," kata dia.
Menurutnya, walaupun kontraktor dinilai lalai, Pemkot harus tetap mengambil peran dan turun ke lapangan memberi solusi langsung atas ketidaknyamanan masyarakat.
"Sebagaimana banyak dikeluhkan masyarakat, pekerjaan Drainase Primer di sepanjang jalan dari SMP N 1 hingga Rumah Potong berdampak ketidaknyamanan lingkungan, antara lain debu material yang berterbangan," ujarnya.
Setidaknya 50 orang personil Dinas PUPR dengan diperkuat dua unit armada mobil Pemadam Kebakaran, Skid Loader, dan juga dua unit Mobil Penyemprotan Taman Dinas Lingkungan Hidup, berada di lokasi untuk melakukan pembersihan.
Kondisi lokasi terpantau telah berangsur bersih dari material sisa pekerjaan pada Minggu siang.
Proyek Drainase saat ini aktif dilakukan di Kota Bukittinggi, selain memberikan ketidaknyamanan warga, juga terdapat dua orang korban meninggal dunia saat pekerjaan proyek rehabilitasi saluran air di daerah Bukik Cangang beberapa waktu lalu.*
Instruksi goro ini merupakan respons atas keluhan masyarakat terkait material berupa tanah sisa galian dari pekerjaan drainase yang tengah berlangsung di tengah kota dan dinilai mengganggu lingkungan warga setempat.
"Masyarakat mengeluhkan di lokasi proyek pekerjaan drainase itu material debu berterbangan jika cuaca sedang cerah, selain itu jalan menjadi licin jika diguyur hujan sehingga berdampak terhadap kesehatan serta kenyamanan masyarakat dan pengguna jalan," kata Wali Kota Erman Safar di Bukittinggi, Minggu.
Ia menyebut, masyarakat merasakan kekecewaan terhadap proses pengerjaan Proyek Drainase Primer yang telah berjalan sekitar dua bulan.
Meski demikian, ia mengatakan Pemerintah Kota Bukittinggi perlu langsung ambil peran mengatasi masalah ini.
"Tiap proyek konstruksi wajib perhatikan sistem manajemen keselamatan kerja konstruksi, baik dari aspek teknis pekerjaannya, maupun untuk keselamatan, kenyamanan masyarakat sekitar dan pengguna jalan," kata dia.
Menurutnya, walaupun kontraktor dinilai lalai, Pemkot harus tetap mengambil peran dan turun ke lapangan memberi solusi langsung atas ketidaknyamanan masyarakat.
"Sebagaimana banyak dikeluhkan masyarakat, pekerjaan Drainase Primer di sepanjang jalan dari SMP N 1 hingga Rumah Potong berdampak ketidaknyamanan lingkungan, antara lain debu material yang berterbangan," ujarnya.
Setidaknya 50 orang personil Dinas PUPR dengan diperkuat dua unit armada mobil Pemadam Kebakaran, Skid Loader, dan juga dua unit Mobil Penyemprotan Taman Dinas Lingkungan Hidup, berada di lokasi untuk melakukan pembersihan.
Kondisi lokasi terpantau telah berangsur bersih dari material sisa pekerjaan pada Minggu siang.
Proyek Drainase saat ini aktif dilakukan di Kota Bukittinggi, selain memberikan ketidaknyamanan warga, juga terdapat dua orang korban meninggal dunia saat pekerjaan proyek rehabilitasi saluran air di daerah Bukik Cangang beberapa waktu lalu.*