Padang (ANTARA) - Pandemi Covid-19 yang masih terus terjadi  di Indonesia semenjak Maret 2020 telah berdampak negatif terhadap dunia usaha seperti banyaknya pengusaha yang gulung tikar, tidak terkecuali pengusaha bidang peternakan

Salah satu dampak negatif akibat pandemi Covid-19 bagi pengusaha ternak yakni mahalnya harga pakan atau bahkan terbatasnya persediaan pakan di pasaran.

Hal ini juga terjadi di antara peternak yang tergabung di dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati Mini Kecamatan Pauh yang bergerak di bidang usaha  ternak puyuh.

Akibat pandemi ini banyak peternak yang gulung tikar terutama peternak puyuh, karena selama ini peternak bergantung pada penggunaan pakan komersil. 

Semenjak pandemi harga pakan komersil ini selalu naik sehingga tidak seimbang lagi dengan harga jual telur yang cenderung tetap bahkan menurun.

Hal inilah yang membuat pendapatan peternak menjadi menurun dan kemudian ada yang menutup usahanya. Imbasnya gairah untuk beternak menjadi menurun.

Untuk meningkatkan gairah peternak puyuh agar dapat bangkit lagi kami dari tim penyuluhan program kemitraan masyarakat membantu usaha berkembang LPPM Unand yang diketuai oleh Prof. Mirnawati telah beberapa kali melakukan penyuluhan dan bimbingan. Antara lain pengenalan bahan pakan lokal untuk unggas seperti pemanfaatan kulit umbi dan daun ubi kayu sebagai bahan pakan  puyuh.  

Selain itu juga melakukan pelatihan pengembangan budidaya maggot sebagai bahan pakan sumber protein hewani yang dapat menggantikan tepung ikan. 

Dengan bekal yang telah diberikan tersebut diharapkan peternak puyuh KWT Melati Mini  dapat memformulasi ransum puyuhnya sendiri, sehingga tidak tergantung lagi pada ransum komersil. 

Untuk itu pada kegiatan ini tim PkM yang merupakan Tim penyuluh Tim Program Kemitraan Masyarakat Membantu Usaha Berkembang LPPM Unand melakukan pelatihan dan penyuluhan terkait formulasi ransum dengan penggunaan bahan lokal.

Tim ini  diketuai oleh Prof. Mirnawati. MS dengan anggota Dr. Yurniwati, SE, Drs. Zuhri Syam dan Dr. Arief, MS 

Harapannya KWT Melati Mini dapat menyusun atau membuat formulasi pakan puyuh sendiri sehingga tidak tergantung pada pakan komersil yang harganya cukup mahal.

Adapun tahapan  kegiatan yang  yang diberikan adalah tentang  dasar  penyusunan  pakan  untuk  ternak      unggas yang meliputi bahan pakan, cara menentukan kebutuhan zat makanan, dan dasar penyusunan pakan. 

Dari sisi bahan pakan maka kualitas ditentukan oleh beberapa faktor antara lain, kandungan gizi, daya cerna dan tingkat kesukaan dari bahan.  Tim Penyuluhan Program Kemitraan Masyarakat Membantu Usaha Berkembang LPPM UNAND tengah memberikan penyuluhan. (ANTARA/ist) Selain itu juga perlu perlu batasan penggunaan bahan tersebut  dalam suatu formula ransum sbb: bahan sumber protein 10-30%, bahan sumber energi 60-75%, bahan sumber mineral (dan vitamin) 1-7%, dan feed additive 0-3%.  

Dalam menentukan kebutuhan puyuh kita dapat berpedoman kepada literature yang sudah ada seperti NRC 1994 dimana kebutuhan protein untuk puyuh petelur 20% dengan energy metabolis 2800 kkal/kg.  

Setelah diketahui kualitas bahan pakan yang akan digunakan dan kebutuhan puyuh yang akan kita pelihara maka selanjutnya kita dapat menyusun ransum untuk ternak puyuh.

Upaya ini dapat menekan biaya ransum  dan dapat meningkatkan pendapatan. Selain itu harapan kami dapat menghantarkan para peternak menjadi terampil dalam menyusun formula pakan atau menjadi seorang formulator pakan yang handal, minimal bagi perkembangan usaha puyuh  miliknya sendiri. 



*Prof. Mirnawati. MS dengan anggota Dr. Yurniwati, SE, Drs. Zuhri Syam dan Dr. Arief, MS

Pewarta : Tim Penyuluhan Program Kemitraan Masyarakat Memban
Editor : Miko Elfisha
Copyright © ANTARA 2024