Solok (ANTARA) - Semenjak hadirnya Program Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) hingga saat ini telah banyak dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Indonesia, terutama bagi M Yasir (45) yang merupakan peserta mandiri JKN-KIS Kelas II di Nagari Muara Paneh, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.
Yasir menceritakan, salah satu manfaat JKN-KIS yang dirasakannya ketika ia mengalami penyakit hernia dan harus melakukan operasi.
"Awal mulanya, saya merasakan tegang di bagian perut, terutama pada bagian perut bawah-samping. Dititik itu lama kelamaan muncul benjolan yang membuat tidak nyaman," ungkapnya baru-baru ini di Solok.
Lanjutnya, Yasir mengatakan, karena merasakan sakit itulah ia memutuskan untuk berobat di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) tempatnya terdaftar. Setelah menjalani pemeriksaan, hasil dari diagnosa medis menyatakan bahwa ia mengalami penyakit hernia dan harus melakukan operasi.
Ia menjelaskan, selama proses pengobatan, pelaksanaan administrasi oleh pihak rumah sakit dilaksanakan dengan mudah tanpa adanya kesulitan. Hal ini juga termasuk pada administrasi biaya operasi.
"Alhamdulillah, operasi saya pun berjalan lancar dan tidak ada kendala. Juga selama di rumah sakit pun saya dilayani dengan sangat baik, cepat dan cekatan oleh perawat dan dokter," jelasnya.
Tambahnya, Yasir yang kesehariannya bekerja sebagai pedagang ini pun memberikan apresiasi kepada pemerintah yang telah banyak membantu dirinya dan keluarganya dalam pelayanan kesehatan.
"Saya berterima kasih kepada pemerintah dan BPJS Kesehatan yang telah menjalankan program JKN-KIS. Dengan memiliki JKN-KIS ini biaya pelayanan kesehatan akan terjamin, karena ini benar-benar sangat membantu bagi kami yang kurang mampu," ucapnya.
Kemudian, Yasir mengharapkan, bahwa program JKN-KIS ini tetap terus ada. Baginya tidak masalah mendaftar sebagai peserta mandiri dan harus membayar pribadi karena iurannya masih terjangkau bagi masyarakat dibanding premi perusahaan asuransi swasta. Hal ini karena kalau tidak ada JKN-KIS, ia merasa kesulitan mencari uang untuk biaya berobat dan biaya operasi.
"Jika tidak ada JKN-KIS, diperkirakan biaya untuk operasinya waktu itu mencapai Rp 10 juta lebih. Itu pun belum termasuk untuk biaya membeli obat, rawat inap, dan biaya kontrol pasca operasi," ujarnya.
Selain untuk operasi penyakit hernia, Yasir pun juga memanfaatkan program JKN-KIS untuk kontrol mata di rumah sakit. Ia mengatakan, bahwa sehat itu mahal harganya dan tidak tahu kapan akan datangnya sebuah penyakit.
"Di masa perekonomian yang sulit ini akibat pandemi COVID-19, bahkan untuk biaya hidup pun sulit, apa lagi untuk biaya berobat. Namun semenjak adanya program JKN-KIS, kami tidak merasa cemas untuk berobat ke rumah sakit. Terima kasih JKN-KIS yang selalu ada dalam membantu untuk berobat," kata Yasir.
Yasir menceritakan, salah satu manfaat JKN-KIS yang dirasakannya ketika ia mengalami penyakit hernia dan harus melakukan operasi.
"Awal mulanya, saya merasakan tegang di bagian perut, terutama pada bagian perut bawah-samping. Dititik itu lama kelamaan muncul benjolan yang membuat tidak nyaman," ungkapnya baru-baru ini di Solok.
Lanjutnya, Yasir mengatakan, karena merasakan sakit itulah ia memutuskan untuk berobat di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) tempatnya terdaftar. Setelah menjalani pemeriksaan, hasil dari diagnosa medis menyatakan bahwa ia mengalami penyakit hernia dan harus melakukan operasi.
Ia menjelaskan, selama proses pengobatan, pelaksanaan administrasi oleh pihak rumah sakit dilaksanakan dengan mudah tanpa adanya kesulitan. Hal ini juga termasuk pada administrasi biaya operasi.
"Alhamdulillah, operasi saya pun berjalan lancar dan tidak ada kendala. Juga selama di rumah sakit pun saya dilayani dengan sangat baik, cepat dan cekatan oleh perawat dan dokter," jelasnya.
Tambahnya, Yasir yang kesehariannya bekerja sebagai pedagang ini pun memberikan apresiasi kepada pemerintah yang telah banyak membantu dirinya dan keluarganya dalam pelayanan kesehatan.
"Saya berterima kasih kepada pemerintah dan BPJS Kesehatan yang telah menjalankan program JKN-KIS. Dengan memiliki JKN-KIS ini biaya pelayanan kesehatan akan terjamin, karena ini benar-benar sangat membantu bagi kami yang kurang mampu," ucapnya.
Kemudian, Yasir mengharapkan, bahwa program JKN-KIS ini tetap terus ada. Baginya tidak masalah mendaftar sebagai peserta mandiri dan harus membayar pribadi karena iurannya masih terjangkau bagi masyarakat dibanding premi perusahaan asuransi swasta. Hal ini karena kalau tidak ada JKN-KIS, ia merasa kesulitan mencari uang untuk biaya berobat dan biaya operasi.
"Jika tidak ada JKN-KIS, diperkirakan biaya untuk operasinya waktu itu mencapai Rp 10 juta lebih. Itu pun belum termasuk untuk biaya membeli obat, rawat inap, dan biaya kontrol pasca operasi," ujarnya.
Selain untuk operasi penyakit hernia, Yasir pun juga memanfaatkan program JKN-KIS untuk kontrol mata di rumah sakit. Ia mengatakan, bahwa sehat itu mahal harganya dan tidak tahu kapan akan datangnya sebuah penyakit.
"Di masa perekonomian yang sulit ini akibat pandemi COVID-19, bahkan untuk biaya hidup pun sulit, apa lagi untuk biaya berobat. Namun semenjak adanya program JKN-KIS, kami tidak merasa cemas untuk berobat ke rumah sakit. Terima kasih JKN-KIS yang selalu ada dalam membantu untuk berobat," kata Yasir.