Padang (ANTARA) - Pemerintah Kota Padang memperingati 12 tahun terjadinya gempa 30 September 2009 yang berkekuatan 7,9 sebagai upaya mengenang peristiwa tersebut dan meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana gempa.


"Meskipun di tengah pandemi COVID-19 yang masih mewabah, mari tetap waspada akan bencana gempa," kata Wali Kota Padang, Hendri Septa di Padang, Kamis sore.


Peringatan dilaksanakan di Tugu Gempa, Jalan Khairil Anwar, Belakang Tangsi, Kota Padang.


Ia menyampaikan melalui momentum peringatan 12 tahun Gempa 30 September 2009, mari kita meningkatkan  kesiapsiagaan dan kewaspadaan dalam menghadapi bencana menuju Padang Padang Kota Tangguh Bencana.


Kegiatan  dimulai dengan doa bersama yang dilanjutkan mengheningkan cipta  dilanjutkan penaburan bunga di depan Monumen Korban Gempa 30 September 2009. 


Hendri menyampaikan gempa yang menelan korban jiwa 383 warga Padang tersebut akan selalu diingat warga.


"Gempa tersebut juga  meluluhlantahkan bangunan milik warga hingga insfrastruktur pemerintah," kata dia.


Ia mengajak warga Padang merenung dan mendekatkan kepada  Allah  dan berdoa, semoga bencana seperti ini termasuk berbagai bencana lainnya tidak terjadi lagi.


Wali kota juga mengajak  generasi muda di Kota Padang untuk selalu menyiapkan diri agar cerdas bencana.


"Kota Padang adalah termasuk daerah yang rawan bencana seperti gempa, banjir dan lain-lainnya. Untuk itu para generasi muda di Kota Padang juga harus mawas diri dan mempersiapkan diri untuk selalu cerdas menyikapi segala bencana dari sebelum dan pasca terjadinya bencana," katanya.


Sebelumnya Pakar gempa dari Universitas Andalas (Unand) Padang, Dr Badrul Mustafa kembali mengingatkan warga Sumbar soal potensi gempa dari zona megathrust segmen Siberut yang masih belum mengeluarkan energi untuk dilepaskan.


"Pada 1797 pernah terjadi gempa besar 8,9 dari segmen Siberut dan saat ini sudah memasuki periode ulang 200 tahun dengan potensi energi yang belum dilepaskan sebesar dua per tiga," kata dia.


Ia menjelaskan Pulau Sumatera dilalui tumbukan lempeng Indoaustralia dengan Eurasia, lalu lempeng Indoaustraliamenunjam ke bawah dan akibat dorongan tersebut terakumulasi energi.


"Di Kepulauan Mentawai ada dua segmen yaitu Sipora-Pagai dan segmen Siberut," kata dia.


Ia memaparkan dari hasil penelitian LIPI diketahui waktu periode ulang gempa besar dari kedua segmen tersebut yang diidentifikasi dari pola tumbuh dan matinya karang di sekitar pulau.


"Ketika gempa terjadi pulau yang sebelumnya turun akibat dorongan lempeng bisa naik kembali," ujarnya.


Untuk segmen Sipora-Pagai sudah terjadi pengulangan gempa sebanyak empat kali yaitu 12 September 2007 dengan kekuatan 8,4, 13 September 2007 dengan skala 7,9 dan pada hari yang sama kembali terjadi dengan skala 7,2 dan 25 Oktober 2010 dengan kekuatan 7,2.


Sedangkan di segmen Siberut sudah pernah terjadi beberapa kali gempa yang cukup kuat yaitu pada 10 April 2005 atau beberapa hari setelah gempa Nias dengan kekuatan 6,7.


Lalu 30 September 2009 juga terjadi gempa dengan kekuatan 7,9 yang merupakan bagian dari segmen Siberut.


"Akan tetapi ini baru sepertiga energi yang dilepaskan dari segmen Siberut dan masih ada energi dua per tiga lagi sebagaimana pendapat ahli ITB Irwan Meilano," kata dia.


Oleh sebab itu yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kewaspadaan melalui mitigasi gempa dengan mempersiapkan diri sehingga seandainya terjadi jumlah korban dan kerusakan bangunan dapat diminimalkan.




 

Pewarta : Ikhwan Wahyudi
Editor : Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2024