New York, (ANTARA) - Harga minyak kembali jatuh di akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB) setelah penurunan tajam oleh Arab Saudi atas harga kontrak minyak mentah untuk kawasan Asia menghidupkan kembali kekhawatiran atas prospek permintaan.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November melemah 39 sen, menjadi menetap di 72,22 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Oktober berakhir turun 40 sen menjadi 68,89 dolar AS per barel.

Kelompok perusahaan minyak milik negara Saudi Aramco memberi tahu pelanggan dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu (5/9) bahwa mereka akan memotong harga jual resmi (OSP) Oktober untuk semua kadar minyak mentah yang dijual ke Asia, wilayah pembelian terbesarnya, setidaknya 1 dolar AS per barel.

Pemotongan harga itu lebih besar dari yang diperkirakan, berdasarkan jajak pendapat Reuters dari para penyuling minyak Asia.

"Ketika raksasa Saudi memangkas harga jualnya ke Asia untuk Oktober, menandakan bahwa hubungan penawaran-permintaan sedikit bergeser, para pedagang tidak bisa tidak mengikuti jalan itu hari ini," kata Bjornar Tonhaugen, kepala pasar minyak di Rystad Energy.

Pasokan minyak global meningkat karena Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, meningkatkan produksi sebesar 400.000 barel per hari (bph) setiap bulan antara Agustus dan Desember.

"Mengingat OPEC+ melanjutkan rencananya untuk meningkatkan produksi bulanan, meskipun data lemah dari China dan AS meningkatkan kekhawatiran perlambatan serta Arab Saudi mencari pangsa pasar di kawasan itu, minyak kemungkinan akan tetap di bawah tekanan," kata Jeffrey Halley, analis pasar senior untuk Asia Pasifik di broker OANDA.

Penurunan harga minyak mentah berjangka menambah kemerosotan pada hari Jumat (3/9) setelah laporan pekerjaan AS yang lebih lemah dari perkiraan menunjukkan pemulihan ekonomi tidak merata, yang dapat berarti permintaan bahan bakar lebih lambat selama kembangkitan kembali dari pandemi.

Namun, penurunan harga minyak dibatasi oleh kekhawatiran bahwa pasokan AS akan tetap terbatas setelah Badai Ida.

Pemerintah AS melepaskan minyak mentah dari cadangan minyak strategisnya karena produksi di Pesisir Teluk AS sedang berupaya untuk pulih.

Sekitar 1,5 juta barel per hari produksi minyak di Teluk Meksiko masih ditutup setelah Badai Ida, Biro Keselamatan dan Penegakan Lingkungan mengatakan pada hari Senin (6/9). Produksi gas alam 1,8 miliar kaki kubik per hari lainnya juga ditutup.

Badai Ida juga menyebabkan perusahaan-perusahaan energi AS memangkas jumlah rig minyak dan gas alam yang beroperasi untuk pertama kalinya dalam lima minggu, data dari Baker Hughes menunjukkan pada hari Jumat (3/9). Jumlah rig minyak pekan lalu mencatat penurunan terbesar sejak Juni 2020.

Pewarta : Apep Suhendar
Editor : Mukhlisun
Copyright © ANTARA 2024