Batusangkar (ANTARA) - Bupati Tanah Datar, Sumatera Barat, Eka Putra merasa bangga Ketua DPR RI, Puan Maharani menggunakan tutup kepala tingkuluak balenggek saat membacakan teks proklamasi kemerdekaan RI, Selasa.
"Khusus tutup kepala yang digunakan Puan Maharani itu adalah tingkuluak balenggek pakaian adat khas Lintau Tanah Datar," kata Eka usai mengikuti detik-detik proklamasi di Gedung Indo Jolito Batusangkar, Selasa.
Ia juga mengapresiasi ketua DPR telah memakai pakaian adat Tanah Datar karena Puan Maharani juga berasal dari Tanah Datar.
"Mbak Puan itu berdarah Minang, ayahnya berasal dari Nagari Sabu, Tanah Datar, bisa jadi itu adalah bentuk ikatan emosional beliau dengan Tanah Datar, wajar beliau memakai pakaian Tanah Datar," katanya.
Disisi lain dengan dipakainya tingkuluak balenggek oleh Puan Maharani juga membantu mempromosikan dan memperkenalkan pakaian adat Tanah Datar.
"Terimakasih dan semoga hal ini membuat pakaian adat yang ada di Sumatera Barat khususnya Kabupaten Tanah Datar bisa dilestarikan dan semakin dikenal," katanya.
Sebelumnya Ketua DPR RI, Puan Maharani mengatakan tugas sebagai pembaca Teks Proklamasi dalam Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI, memiliki makna tersendiri bagi dirinya.
"Tugas ini dipercayakan kepada saya terkait posisi selaku Ketua DPR RI. Namun saya termasuk orang yang tidak percaya begitu saja akan sebuah kebetulan belaka, bahwa kakek saya saat itu yang didaulat membacakan Teks Poklamasi dan 76 tahun kemudian cucu perempuannya yang didaulat untuk membacakan teks yang sama," kata Puan dalam keterangannya di Jakarta.
Menurut dia, tugas membaca Teks Proklamasi yang 76 tahun lalu dibacakan Bung Karno memiliki makna tersendiri baginya sebagai cucu Sang Proklamator.
Dia mengaku bisa merasakan bagaimana suasana tidak menentu akibat Perang Dunia II saat Soekarno-Hatta memproklamirkan Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.
"Hari ini, suasana tidak menentu yang sama dirasakan dunia akibat ‘perang’ melawan COVID-19 dan varian Delta," ujarnya.
Karena itu, Puan mencoba merenungi pesan di balik tugas yang diberikan kepada dirinya sebagai pembaca Teks Proklamasi pada Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI dalam rangka HUT ke-76 RI ini.
"Apa makna dari tugas ini, itu yang terus coba saya renungi, pesan dan misi apa yang saya emban..?. Satu hal yang saya resapi sejak hari saya dilantik sebagai Ketua DPR RI bahwa saya harus terus menjaga dan memperjuangkan cita-cita kemerdekaan yang diinginkan para 'founding fathers' kita dan pejuang-pejuang terdahulu," katanya.
Menurut dia, Indonesia yang merdeka harus berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi dan berkepribadian dalam budaya bangsanya.
Puan mejelaskan proklamasi adalah bukti bahwa kemerdekaan bisa diraih kalau bangsa Indonesia bersatu dan mempunyai cita-cita bersama.
“Bahwa kalau bangsa kita bergotong royong, apa pun bisa kita wujudkan. Proklamasi itu awal dari proses membangun republik ini menjadi Indonesia Maju dan Hebat," ujarnya.
"Khusus tutup kepala yang digunakan Puan Maharani itu adalah tingkuluak balenggek pakaian adat khas Lintau Tanah Datar," kata Eka usai mengikuti detik-detik proklamasi di Gedung Indo Jolito Batusangkar, Selasa.
Ia juga mengapresiasi ketua DPR telah memakai pakaian adat Tanah Datar karena Puan Maharani juga berasal dari Tanah Datar.
"Mbak Puan itu berdarah Minang, ayahnya berasal dari Nagari Sabu, Tanah Datar, bisa jadi itu adalah bentuk ikatan emosional beliau dengan Tanah Datar, wajar beliau memakai pakaian Tanah Datar," katanya.
Disisi lain dengan dipakainya tingkuluak balenggek oleh Puan Maharani juga membantu mempromosikan dan memperkenalkan pakaian adat Tanah Datar.
"Terimakasih dan semoga hal ini membuat pakaian adat yang ada di Sumatera Barat khususnya Kabupaten Tanah Datar bisa dilestarikan dan semakin dikenal," katanya.
Sebelumnya Ketua DPR RI, Puan Maharani mengatakan tugas sebagai pembaca Teks Proklamasi dalam Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI, memiliki makna tersendiri bagi dirinya.
"Tugas ini dipercayakan kepada saya terkait posisi selaku Ketua DPR RI. Namun saya termasuk orang yang tidak percaya begitu saja akan sebuah kebetulan belaka, bahwa kakek saya saat itu yang didaulat membacakan Teks Poklamasi dan 76 tahun kemudian cucu perempuannya yang didaulat untuk membacakan teks yang sama," kata Puan dalam keterangannya di Jakarta.
Menurut dia, tugas membaca Teks Proklamasi yang 76 tahun lalu dibacakan Bung Karno memiliki makna tersendiri baginya sebagai cucu Sang Proklamator.
Dia mengaku bisa merasakan bagaimana suasana tidak menentu akibat Perang Dunia II saat Soekarno-Hatta memproklamirkan Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.
"Hari ini, suasana tidak menentu yang sama dirasakan dunia akibat ‘perang’ melawan COVID-19 dan varian Delta," ujarnya.
Karena itu, Puan mencoba merenungi pesan di balik tugas yang diberikan kepada dirinya sebagai pembaca Teks Proklamasi pada Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI dalam rangka HUT ke-76 RI ini.
"Apa makna dari tugas ini, itu yang terus coba saya renungi, pesan dan misi apa yang saya emban..?. Satu hal yang saya resapi sejak hari saya dilantik sebagai Ketua DPR RI bahwa saya harus terus menjaga dan memperjuangkan cita-cita kemerdekaan yang diinginkan para 'founding fathers' kita dan pejuang-pejuang terdahulu," katanya.
Menurut dia, Indonesia yang merdeka harus berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi dan berkepribadian dalam budaya bangsanya.
Puan mejelaskan proklamasi adalah bukti bahwa kemerdekaan bisa diraih kalau bangsa Indonesia bersatu dan mempunyai cita-cita bersama.
“Bahwa kalau bangsa kita bergotong royong, apa pun bisa kita wujudkan. Proklamasi itu awal dari proses membangun republik ini menjadi Indonesia Maju dan Hebat," ujarnya.