Jakarta, (ANTARA) - Potensi industri perkapalan nasional masih belum dimaksimalkan karena terbatasnya sumber daya manusia dan minimnya industri komponen pendukungnya.
"Potensi di sektor perhubungan laut Indonesia kurang mendapat dukungan dari industri galangan kapal nasional. Selama ini, perusahaan galangan kapal di Indonesia sulit berproduksi karena minimnya industri komponen," kata Ketua Umum Indonesian National Shipowners' Association (INSA), Carmelita Hartoto, di Jakarta, Senin.
Perairan Indonesia, menurut Carmelita, terdiri dari perairan teritorial seluas 300.000 kilometer persegi, perairan pedalaman dan kepulauan seluas 2,8 juta kilometer persegi, Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 2,7 juta kilometer persegi, serta lebih dari 17.500 pulau menyimpan kekayaan yang luar biasa.
"Sejumlah perusahaan pelayaran asing diharapkan bermitra dengan perusahaan lokal untuk membangun industri komponen kapal maupun industri galangan kapal. Keseimbangan kapasitas galangan dengan kuantitas armada kapal yang telah beredar masih belum sebanding," paparnya.
Saat ini, lanjut Carmelita, 75 persen dari 11.000 unit kapal niaga nasional berusia di atas 20 tahun.
"Tuanya usia kapal merupakan kendala yang harus diselesaikan karena hal tersebut menyangkut masalah keselamatan dan tingginya biaya angkut jika dibandingkan menggunakan kapal dengan usia muda," ujarnya.
Carmelita menambahkan, untuk melakukan revitalisasi, pelaku usaha pelayaran nasional membutuhkan investasi sebesar US$16,5 miliar.
"Selain kapal niaga nasional, diperlukan pengadaan kapal tongkang pengangkutan batu bara senilai 510 juta dolar AS untuk 150 unit. Diharapkan investasi pada galangan kapal akan meningkat karena potensi pasarnya masih sangat besar," tuturnya. (*/sun)