Yogyakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta meminta pedagang kaki lima di Malioboro, khususnya pedagang kuliner, untuk mencantumkan harga makanan yang dijual secara jelas dan tidak menjebak konsumen.
"Yang dipahami wisatawan atau konsumen saat membeli makanan adalah makanan dalam satu paket lengkap. Misalnya membeli pecel lele, tentu yang diharapkan sudah komplit dengan nasi, lalapan, dan sambal," kata Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi di Yogyakarta, Minggu.
Oleh karenanya, lanjut Heroe, harga yang dicantumkan dalam menu makanan yang dijual oleh Pedagang Kaki Lima (PKL) di kawasan Malioboro sudah seharusnya dibuat dalam satu paket menu makanan lengkap.
"Pedagang tetap bisa menawarkan ke pembeli jika menginginkan tambahan lele atau lauk lain, tambahan lalapan, sambal, atau nasi, tentu diberi harga sendiri," katanya.
Menurut dia, masukan tersebut ditujukan sebagai upaya untuk meningkatkan dan memperbaiki pelayanan kepada wisatawan atau konsumen di kawasan Malioboro terlebih usai viralnya aduan wisatawan terhadap harga pecel lele yang dinilai cukup mahal dan tidak wajar.
Bagi wisatawan yang memperoleh pengalaman tidak menyenangkan selama berwisata di kawasan Malioboro bisa langsung menyampaikan aduan ke Jogoboro atau petugas keamanan di kawasan tersebut.
"Petugas Jogoboro berjaga 24 jam di Malioboro. Mereka bisa membantu jika ada permasalahan, termasuk jika ada PKL yang memberikan harga tidak wajar," katanya.
Nantinya, kata dia, di tiap gerbang yang berada di tiap zona di kawasan Malioboro akan ditempel informasi mengenai layanan pengaduan. "Petugas di gate juga bisa melayani jika ada pengaduan," katanya.
Heroe pun memberikan apresiasi kepada pedagang yang mengurungkan niat untuk menggugat pengunggah kasus pecel lele yang viral di media sosial tersebut.
"Wisatawan yang datang tidak memahami apakah mereka makan di Malioboro atau Jalan Perwakilan. Mereka hanya tahu jika mereka sedang berada di kawasan Malioboro," katanya.
Atas kasus yang sempat viral tersebut, Heroe berharap seluruh komunitas di kawasan Malioboro menjadikannya sebagai sebuah introspeksi dan pelajaran berharga untuk meningkatkan pelayanan kepada wisatawan. "Bagaimana melayani dan berkomunikasi yang baik dengan wisatawan," katanya.
Sedangkan bagi pedagang yang ditengarai menjual makanan dengan harga tidak wajar yaitu di Jalan Perwakilan, Heroe menyebut masih melakukan pengecekan dan verifikasi terhadap temuan-temuan di lapangan. "Di jalan tersebut ada tujuh warung penjual pecel lele. Empat toko dan tiga lesehan. Masih kami crosscheck," katanya.
"Yang dipahami wisatawan atau konsumen saat membeli makanan adalah makanan dalam satu paket lengkap. Misalnya membeli pecel lele, tentu yang diharapkan sudah komplit dengan nasi, lalapan, dan sambal," kata Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi di Yogyakarta, Minggu.
Oleh karenanya, lanjut Heroe, harga yang dicantumkan dalam menu makanan yang dijual oleh Pedagang Kaki Lima (PKL) di kawasan Malioboro sudah seharusnya dibuat dalam satu paket menu makanan lengkap.
"Pedagang tetap bisa menawarkan ke pembeli jika menginginkan tambahan lele atau lauk lain, tambahan lalapan, sambal, atau nasi, tentu diberi harga sendiri," katanya.
Menurut dia, masukan tersebut ditujukan sebagai upaya untuk meningkatkan dan memperbaiki pelayanan kepada wisatawan atau konsumen di kawasan Malioboro terlebih usai viralnya aduan wisatawan terhadap harga pecel lele yang dinilai cukup mahal dan tidak wajar.
Bagi wisatawan yang memperoleh pengalaman tidak menyenangkan selama berwisata di kawasan Malioboro bisa langsung menyampaikan aduan ke Jogoboro atau petugas keamanan di kawasan tersebut.
"Petugas Jogoboro berjaga 24 jam di Malioboro. Mereka bisa membantu jika ada permasalahan, termasuk jika ada PKL yang memberikan harga tidak wajar," katanya.
Nantinya, kata dia, di tiap gerbang yang berada di tiap zona di kawasan Malioboro akan ditempel informasi mengenai layanan pengaduan. "Petugas di gate juga bisa melayani jika ada pengaduan," katanya.
Heroe pun memberikan apresiasi kepada pedagang yang mengurungkan niat untuk menggugat pengunggah kasus pecel lele yang viral di media sosial tersebut.
"Wisatawan yang datang tidak memahami apakah mereka makan di Malioboro atau Jalan Perwakilan. Mereka hanya tahu jika mereka sedang berada di kawasan Malioboro," katanya.
Atas kasus yang sempat viral tersebut, Heroe berharap seluruh komunitas di kawasan Malioboro menjadikannya sebagai sebuah introspeksi dan pelajaran berharga untuk meningkatkan pelayanan kepada wisatawan. "Bagaimana melayani dan berkomunikasi yang baik dengan wisatawan," katanya.
Sedangkan bagi pedagang yang ditengarai menjual makanan dengan harga tidak wajar yaitu di Jalan Perwakilan, Heroe menyebut masih melakukan pengecekan dan verifikasi terhadap temuan-temuan di lapangan. "Di jalan tersebut ada tujuh warung penjual pecel lele. Empat toko dan tiga lesehan. Masih kami crosscheck," katanya.