Padang (ANTARA) - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Barat menyatakan, prediksi bencana ekologis di provinsi itu sejak lima tahun lalu terbukti dengan terjadinya banjir dan longsor di sejumlah kabupaten dan kota.
Direktuf Eksekutif Walhi Sumbar Khalid Saifullah di Padang, Jumat, mengatakan, Walhi sejak 2007 telah melakukan pengkajian terhadap akan adanya potensi bencana ekologis di provinsi itu dan kini terbukti dengan banjir bandang dan juga tanah longsor yang semakin sering terjadi dalam beberapa bulan terakhir.
"Kita sejak 2007 sudah menyampaikan akan potensi bencana ekologis ini berdasarkan pantauan dan temuan-temuan di lapangan terhadap banyaknya pembalakan liar, pembukaan lahan perkebunan, maupun adanya lahan pertambangan yang tidak memperhatikan aspek lingkungan dan daya dukungnya," katanya.
Dia menambahkan, potensi bencana ekologis tersebut jika tidak segera diantisipasi oleh pemerintah maupun penegak hukum dan kesadaran masyarakat, tidak tertutup kemungkinan setiap bulannya akan ada longsor, banjir, dan bencana alam lainnya.
Terkait bencana alam tersebut, Walhi Sumbar juga menjelaskan, meski telah ada ada kesepakatan atau dokumen tentang pengaturan daerah aliran sungai yang ditandatangani oleh pemerintah daerah, namun menurutnya saat ini masih sebatas dokumen tertulis, sementara pengendalian serta pengawasannya belum dilaksanakan secara maksimal oleh pihak terkait.
Hal tersebut dijelaskan Walhi terkait terjadinya bencana alam, di beberapa kabupatan dan kota di provinsi itu dalam beberapa hari terakhir, seperti yang terjadi di Kecamatan Sungai Pagu dan Koto Parik Gadang Diateh (KPGD) Kabupaten Solok Selatan Selasa (30/10) tengah malam, kemudian di Kabupaten Sijunung dan Kabupaten Pasaman pada 1 November 2012, dan sebelumnya kejadian yang sama juga terjadi di Kota Padang pada bulan Juni dan Agustus 2012.
Seperti di Solok Selatan, sebanyak 3.770 jiwa dari 827 kepala keluarga (KK) terkena dampak banjir, meski tidak terdapat korban jiwa namun kerugian materil diperkirakan miliaran rupiah.
Bencana alam serupa di Kabupaten Solok Selatan tercatat terjadi beberapa kali dalam lima tahun terakhir, dimana pernah banjir serupa melanda pada tahun 2008 dan 2010.
Demikian juga yang terjadi di Sijunjung dengan banjir bandang akibat meluapnya sungai Batang Sampu.
Sementara di Kabupaten Pasaman juga terjadi banjir bandang serta tanah longsor yang menimpa tiga nagari yakni Tanjung Betung, Kubu Baru, dan Rambahan.
Sehubungan dengan itu, menurut Walhi perlu perhatian khusus dan tindakan sesegera mungkin dari pemerintah Sumbar guna mengurangi dampak bencana yang lebih luas.
"Setiap tahun pembalakan liar oleh oknum tertentu menjadikan potensi bencana ekologis, demikian juga dengan makin maraknya daerah pertambangan tanpa memperhatikan dampak lingkungan di Sumbar semakin meningkat," jelasnya. (*/eko/wij)