Padang Aro (ANTARA) - BPBD Solok Selatan, Sumatera Barat, mengatakan pendangkalan menjadi penyebab sungai Batang Pagian di Kecamatan Sangir Balai Janggo sering meluap yang mengakibatkan banjir hampir setiap tahun.

"Dalam tiga tahun terakhir, setiap musim hujan, sungai tersebut pasti meluap dan mengakibatkan banjir," ujar Kalaksa BPBD Solok Selatan, Richi Amran, di Padang Aro, Senin (20/12). 

Pihaknya bersama masyarakat, TNI, dan Polri sudah melakukan identitifkasi penyebab banjir dengan melakukan susur sungai. Tim menemukan kedalaman sungai yang dangkal sehingga harus dikeruk, lebar sungai yang sudah tidak mampu lagi menahan debet air yang besar sehingga harus diperlebar. 

Pihaknya merekomendasikan agar dilakukan normalisasi sungai Batang Pagian.

Selain itu, tim juga menemukan adanya bendungan sementara yang dibuat oleh PTPN VI yang mengakibatkan lambatnya arus sungai. 

"Perusahaan (PTPN VI) bersedia untuk merelokasi bendungan sementara tersebut," katanya. 

Ia berharap kegiatan tersebut bisa dilaksanakan tahun depan, baik dengan menggunakan dana APBD maupun dana dari pusat.

Ia menambahkan pihaknya telah bersinergi dalam mengurang dampak bencana alam dengan dua perusahaan yang ada di Solok Selatan, yakni Supreme Energy dan PTPN VI. 

Sebagai contoh di Batang Pangian, Kecamatan Sangir Balai Janggo, pihak perusahaan PTPN VI telah melakukan rehabilitasi aliran sungai dan memperlebar aliran sungai serta membersihkan sisa material potongan kayu. 

"Sebelum aksi ini, baik itu di Sungai Mudiak Lawe Sungai Pagu maupun di Sungai Pangian. Dilakukan survei dan mitigasi di hulu sungai," katanya.

Ke depannya, bersama Supreme Energy dan PTPN VI akan dimaksimalkan upaya penghijauan dengan menanam pohon produktif di sepanjang aliran sungai di sekitar lokasi perusahaan. 

"Masyarakat silahkan mengambil hasilnya jika sudah menghasilkan namun juga butuh perawatan supaya maksimal," katanya.

Kemudian, di Nagari Padang Air Dingin, Kecamatan Sangir Jujuan juga bakal dibentuk tim jaga hutan. "Kami juga sudah memfasilitasi membentuk dua nagari/desa tangguh bencana (Destana) dan Kampung Siaga Bencana (KSB) sebagai upaya awal dan mitigasi," ujarnya.

Pihaknya mengharapkan semua perusahaan berperan aktif dalam mendukung ekonomi masyarakat. Juga terkait isu kebencanaan dan lingkungan hidup. "Semua berpotensi meningkatkan perekonomian masyarakat," katanya..

Sepanjang 2020 BPBD setempat telah menerima 53 laporan bencana dan dampak sudah tertangani, seperti memperbaiki pengaman tebing sungai dan normalisasi sungai. "Kami berharap masyarakat terhindar ke depannya dari ancaman bencana," katanya. (*)

Pewarta : Joko Nugroho
Editor : Mario Sofia Nasution
Copyright © ANTARA 2024