Padang (ANTARA) - Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) telah menjadi andil dalam perkembangan perekonomian nasional dan memiliki daya juang untuk bertahan dalam situasi sulit seperti di kala terjadi krisis moneter pada 1998.

Begitu pula memasuki triwulan II pada tahun 2020, termasuk situasi yang berat dihadapi bagi pelaku UMKM akibat terpaan pandemi COVID-19 yang melanda. Dinamikanya jelas berbeda dengan situasi krisis ekonomi pada 22 tahun lalu tersebut.

Terpaan akibat COVID-19 juga dirasakan bagi pelaku UMKM di Sumatera Barat, meski ada yang masih bertahan, tetapi banyak pula terdampak yang seakan tak berdaya.

Faktornya daya beli masyarakat lesu karena aktivitas dan berbagai kegiatan dalam bentuk iven-iven mendatangkan orang dalam bentuk fisik hampir tidak ada digelar,  jika pun ada dibatasi dengan menaati protokol kesehatan. Begitu juga Kunjungan wisatawan lokal, nusantara dan mancanegara turun drastis.

Dengan keprihatinan dan keadaan ini, muncul kebijakan dari pemerintah untuk mencari langkah-langkah antisipatif agar keterpurukan tidak begitu dalam dirasakan pelaku UMKM di Tanah Air.

Salah satu kebijakan itu adalah restrukturisasi kredit dan ada pula bantuan bagi pelaku UMKM untuk bisa bertahan. Bantuan atau stimulus juga diberikan bagi pekerja yang gaji dibawa Rp5 juta serta banyak kebijakan lainnya.

Bentuk energi positif lain untuk menggerakkan denyut nadi UMKM ada pula seperti dilakukan BI Perwakilan Sumatera Barat dalam meringankan beban pelaku UMKM di masa pandemi COVID-19 ini.

Meskipun upaya dan perhatian BI Perwakilan Sumbar memberi daya ungkit UMKM sudah berlangsung sejak lama sebelum pandemi corona virus melanda.

BI Perwakilan Sumbar membina beragam pelaku UMKM yang miliki produk khas Minang agar bisa eksis dan punya peluang pasar secara nasional maupun global.

Hal ini sudah ditunjukkan dan buktinya banyak pelaku UMKM yang mau berubah serta usaha yang dilakoni berkembang, bahkan akses terbuka sehingga ada yang sudah bisa merambah pasar nusantara dan dunia internasional.

Ketika terpaan COVID-19, BI tidak tinggal diam dan tiada henti bagaimana supaya denyut nadi UMKM Sumbar tetap masih terasa.

Upaya dan peran yang dilakukan BI Perwakilan Sumbar cukup beragam melalui kolaboratif dengan berbagai pihak. Sasaran bukan hanya tertuju untuk 80-an UMKM selama ini dibinaannya, namun juga terhadap pelaku usaha mikro secara umum yang terdampak.

Berdasarkan hasil kajian dari Bank Indonesia Perwakilan Sumbar, seperti disampaikan Kepala Bank Indonesia Sumbar Wahyu Purnama ketika diwawancara dikantornya menyebutkan UMKM yang paling terdampak pademi COVID-19 adalah yang bergerak di bidang oleh-oleh, ekspor dan fesyen.

Sedangkan yang bertahan seperti pedagang sembilan kebutuhan pokok (Sembako) dan pelaku UMKM yang mau melakukan perubahan atau menangkap peluang dengan kondisi yang dihadapi melalui kreatifitas dan inovasi.

Ia menyebutkan, pelaku UMKM yang bergerak kuliner, ada yang melakukan diversifikasi produk ke yang tahan lama seperti membuat produk bumbu dan rendang.

Upaya ini yang dilakukan BI Sumbar untuk mendorong pelaku UMKM di Sumbar, terkhusus yang telah menjadi binaan. Meski tidak bisa langsung, tetapi melalui iven virtual yang diadakan dengan melibatkan pelaku-pelaku usaha mikro tersebut.

Tidak hanya sampai disitu, BI Sumbar memberi daya ungkit terhadap pelaku usaha mikro agar punya aktivitas ekonomi di saat pandemi. Misalnya di Kota Solok melalui program sosial budidaya lele dalam ember untuk 333 unit untuk pelaku usaha mikro, yang berkerjasama dengan yayasan atau lembaga non profit di kota itu.

"Kami membantu pelaku usaha mikro di Kota Solok agar masyarakat tetap ada usaha produktif melalui program budidaya lele dalam ember. Ada ember besar didalamnya ditebar bibit lele dan diatasnya ada di tanaman sayur kangkung. Alhamdulillah 90 persen berhasil, bisa dipakai untuk kebutuhan sendiri dan bagi yang bisa mengembangkan dapat mereka jual," ungkapnya.

Kemudian seperti klaster susu sapi murni atau susu perah di Kota Padang Panjang, sebut Wahyu, selama ini mereka memproduksi susu segar untuk pelajar, karena tidak sekolah mereka tak bisa jual susu. 

Namun selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), ungkap Wahyu pelaku UMKM susu segar beralih membuat keju mozarella dan ternyata bisa laku, artinya tetap bisa sapinya berproduksi dengan beralih ke produk turunan lain. Selama mau mengubah strategi bisnis mereka pelaku UMKM masih bisa bertahan dan bangkit.

"Saat memasuki era new normal sekarang ternyata susu segar sudah bisa dijual lagi seperti memenuhi permintaan untuk kesehatan seperti ke rumah-rumah sakit, di antaranya ke Semen Padang Hospital, karena orang sekarang membutuhkan gizi yang cukup, sehingga dengan berubah strategi mereka bisa bertahan,"katanya.

Kepala BI Perwakilan Sumbar Wahyu Purnama memakai produk tenun.


Integrasi Pasar-Gojek

BI bersama pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di Sumatera Barat, ternyata tidak tinggal diam selama masa COVID-19, bagaimana UMKM tetap bertahan, gagasan jitu lainnya melalui integrasi pasar dengan gojek.

Wahyu mengatakan, sembilan pasar di Kota Padang dihubungkan dengan Gojek. Sebab, waktu berlaku PSBB penumpang gojek tidak ada, karena orang banyak berada di rumah, termasuk pegawai work form home.

Namun, dengan dihubungkan sama pasar-pasar, pusat kuliner sehingga mereka (Pegojek) masih bisa beraktivitas.

"Pada masa PSBB hingga sekarang kan gojek itu lebih banyak mengantarkan makanan atau berbelanja ke pasar. Jadi alhamdulillah dan lumayan mereka terbantu dengan program mengintegrasikan dengan sembilan pasar itu," katanya.

Selain itu, Toko Tani Indonesia Center (TTIC) dihubungan juga dengan gojek dan dengan bajojo.id --salah satu e-commerce, karena masyarakat sudah terbiasa belanja online sekarang.

"Bisa bayangkan, berapa banyak mereka gojek masih bisa bertahan. Mereka itu usaha mikro, dan dari data diperoleh ojek untuk antar makanan di Sumbar meningkat 80 persen pada Mei 2020 atau waktu PSBB. Dibandingkan di provinsi tentang malah turun," ungkap Wahyu. 

Tenun Balai Panjang, Kota Payakumbuh


Tenun Minang Jadi Icon

Produk tenun di Sumbar sudah sejak lama dikembangkan secara turun temurun sejak sekitar awal abad 19. Beragam jenis dan nama tenun yang bisa ditemui, Tenun Kubang, Tenun Unggan, Tenun Pandai Siket, Tenun Silungkang, Tenun Lintau, dan Tenun Balai Panjang serta lainnya.

Namun perjalanan usaha UMKM ini tentu menghadapi pasang surut, termasuk persaingan dengan banyak produk tenun daerah lain bermunculan dewasa ini.

Dalam menghadapi persaingan dan ingin menjadi pilihan pasar tentu suatu keharusan untuk bertransformasi dan beradaptasi agar bisa bangkit dan berkembang, serta bila ingin terus memiliki pasar yang luas.

Sebab, tidak ada pelaku UMKM yang tak ingin usahanya terus maju dan makin luas pasar produknya.

Namun yang agak susah itu, kata Kepala BI Wahyu Purnama adalah bagi pelaku UMKM yang tidak mau untuk berubah, seperti contoh Sulaman Naras, dan kondisi sekarang siapa yang mau membelinya.

Kendati demikian BI Sumbar tetap terus berupaya mendorong pelaku UMKM di klaster tenun agar mau berubah. Salah satu bentuk membantu yang dilakukan disaat situasi sulit seperti pandemi COVID-19 melalui cara menyemangati agar bisa bangkit dengan bertranspormasi, dan pihaknya turut membeli produk kerajinan tenun.

"Bank Indonesia beli dan bank-bank beli, bahkan sampai ke BI kantor pusat membeli. Namun mereka para perajin tenun disarankan untuk terus kreatif karena pasar produknya premium atau menengah ke atas," katanya.

Kemudian dalam upaya untuk pengembangan UMKM klaster tenun dan membantu pariwisata Sumatera Barat, maka BI Sumbar sudah menggagas pada 30 November 2020, dijadwalkan untuk mencanangkan transpormasi Tenun Minang.

"Tujuannya agar bisa Tenun Minang betul-betul jadi icon dengan mengubah dalam bentuk disain dan benang, sehingga hasil tidak panas lagi. Kalau Tenun Silungkang masih panas dan kusut, maka selama perajin tidak berubah tentu sulit perkembangan. Kini yang sudah mau berubah perajin tenun di Kubang Payakumbuh, dan hasil tenunnya sudah bisa beragam motif dan tak panas bila dipakai," ungkapnya.

Justru itu, pada penghujung November 2020, BI mengajak Bupati Sijunjung, Wali Kota Sawahlunto, Kota Padang, Payakumbuh, dan Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Limapuluh Kota, mencanangkan transpormasi Tenun Minang dengan penandatangan kesepakatan, juga bersama gubernur.

Upaya tersebut, sebagai bentuk komitmen dan peduli kepala daerah semua yang penghasil tenun itu untuk membuat kesepakatan bersama-sama untuk mendukung, karena ribuan UMKM yang ada didalamnya.

"Sekarang pasar sudah kembali terbuka lagi, tapi kita bukan hanya bicara bangkit dari pandemi COVID-19. Tapi ke depan orang datang ke Sumbar, tidak kerupuk-kerupuk terus yang dicari tetapi ada Tenun Minang dan Songket. Selama ini yang dicari ke Sumbar bagi wisatawan songket, tapi terlalu premium benar, mahal dan relatif tidak banyak berubah," katanya.

Padahal sekarang orang butuh songket, maka harus kreatif, baik motif maupun benangnya, tambah Wahyu. Karena itu pihaknya tiada henti berusaha mendorong untuk bisa berubah. Hal ini bentuk dukungan pengembangan UMKM, ekonomi kreatif dan pariwisata Sumatera Barat ke depan.

"Ujung-ujung di masa datang Tenun Minang ikut menjadi andil dalam pengembangan perekonomian Sumatera Barat dan mendukung pariwisata. Sehingga nanti wisatawan Malaysia yang hampir 60 persen wisatawan asing yang berkunjung ke Sumbar, produk ini yang menjadi sasaran sehingga bisa memperbaiki defisit Sumbar karena ekspor susah," katanya.

Salah seorang pelaku usaha Tenun Balai Panjang, Kota Payakumbuh Efendi (43)  menyebutkan saat terjadi pandemi COVID-19, berdampak terhadap penjualan/pesanan sangat menurun sampai 60 persen. Bahkan pas waktu awal virus corona di Indonedia, tambahnya, tidak ada penjualan sehingga terpaksa sebagian perajin  diistirahatkan.

Sebagai binaan BI Perwakilan Sumbar, kini perajin tenun Balai Panjang dibekali dalam bentuk pelatihan manajemen usaha dan masih berjalan hingga akhir tahun ini.

Selain itu, juga diberi bantuan tambahan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM dan jaguar) dan ada pula diikutkan dalam promosi produk oleh BI.

"Pembinaan dari BI Perwakilan Sumbar mulai tahun 2020. Kita pelatihan masih berjalan hingga akhir Desember nanti. Insyaallah semuanya pasti bermaanfaat untuk kemajuan usaha di sentra tenun Balai Panjang, Kota Payakumbuh di masa mendatang," ungkapnya.

Kelompok tenun Balai Panjang mulai berproduksi disentra tenun pada tahun 2017, yang sebelumnya perajin memproduksi tenun di rumah masing-masing, tambahnya.

Jumlah perajin keseluruhan ada sebanyak 30 orang dan yang beraktifitas di sentra ada 15 orang karena berkaitan dengan kapasitas sentra, sisanya di rumah masing-masing.

Menyinggung pemasara, ia mengatakan, masih terbesar tingkat lokal yaitu utk kebutuhan pakaian daerah pada dinas-dinas. Sedangkan keluar daerah juga ada baik secara offline maupun online.

"Kita juga ada desainer yg mempromosikan tenun Balai Panjang Payakumbuh yaitu ibuk Tuty Adib dari Solo sehingga secara rutin kita juga membuat tenun untuk pesanan caustemer beliau,"ungkapnya.

Produksi kelompok sentra Tenun Balai Panjang dalam sebulan kurang lebih 200 pcs, dalam bentuk bahan baju pria, wanita berbahan gamis dan sarimbit.

"Soal harga sama dengan tenun-tenun daerah lain di Sumbar,  tapi untuk desain-disain tertentu punya harga sendiri dengan kisaran Rp300 - Rp1 juta," ungkapnya.

Petani Kopi Solok Radjo


Kopi Tembus Pasar Ekspor

UMKM bukan hanya agar dapat bertahan, atau adaptif dengan perkembangan, namun demi meningkatkan kualitas, semakin efesien, tetap kompetitif, serta dapat memperluas pasar.

Namun, tentu tetap membutuhkan dorongan dan dukungan terhadap pelaku UMKM agar bisa mendapatkan akses pasar internasional tersebut.

Kini salah satu komoditas spesifik Sumbar, yakni Kopi Solok Radjo sudah ekspor ke sejumlah negara.

Kepala BI Perwakilan Sumbar Wahyu Purnama mengatakan, Kopi Solok Radjo terus melakukan perluasan lahan dan pemetaan untuk perluasan lahannya.

Sebagai binaan dari BI, tambahnya, selama pandemi COVID-19 tetap berjalan meski dalam bentuk virtual dibantu dalam pemasaran sampai ke Singapure.

Selain itu, sebagai upaya agar produk Koperasi Produsen Serba Usaha (KPSU) itu tetap bisa ekspor dan dilibatkan pameran yang diselenggarakan kantor BI pusat, tentu terbatas pada UMKM binaan dan tidak bisa umum, tambah Wahyu.

Sementara salah seorang pengurus inti KPSU Solok Radjo Teuku Firmansyah menyebutkan selama pandemi ini dari sisi penjualan pada semester 1 masih bisa terpenuhi permintaan, dan semester II agak menurun termasuk tujuan ekspor.

Tujuan ekspor produk Kopi Solok Radjo dalam bentuk Green Beans (GB) di antaranya ke Amerika Serikat, Australia, Jepang dan Taiwan dan beberapa negara lainnya yang dalam penjajakan.

Ia menyebutkan, seiring permintaan berkurang, harga GB juga turun, kini berkisar antara Rp 90 ribu sampai Rp 100 ribu per kg (kulitas I).

Teuku mengatakan untuk pasar lokal tentu Sumbar, dan pasar nasional yang terbesar ke Jakarta, Yogyakarta dan Bali. Namun, pasaran sebagian ada pulau jawa dan ke Tarakan, Papua sudah pernah.

Dalam tahun ini, tambah alumnus UNP Padang itu, juga dihubungkan dengan buyer luar negeri melalui iven secara virtual oleh Bank Indonesia.

Sebagai binaan BI Perwakilan Sumbar, pada 2020 sudah empat kali diikutkan dalam iven virtual, termasuk membuka akses pasar luar negeri.

Ia mengatakan, menjadi binaan BI sudah  sejak tahun 2016 melalui Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) bantuan dalam bentuk kompetensi atau kapabilitas sumberdaya manusia pengurus KPSU.

Tahun pertama itu dibawa pengurus studi tiru ke Brastagi, Sumatera Utara, untuk dapat pengetahuan bagaimana budidaya yang baik, trik pendekatan pemberdayaan.

"Semacam training of training (ToT) untuk bekal bagi pengurus dan selanjutnya ditrasnfer ilmu ke para petani di tahun ke kedua," ujarnya.

Jadi, pada 2017 KPSU mendapatkan bantuan lepas dari BI sebanyak lima unit pengeringan kopi atau seperti rumah kaca ukuran 4x16 meter per segi,
dibangun di dua Kecamatan Lembah Gumanti sebanyak tiga unit, dan Kecamatan Danau Kembar dua unit.

Selanjutnya pada 2018 diikutkan oleh BI Perwakilan Sumbar pameran-pameran ke Jakarta, ada sekitar 3 kali dalam setahun itu.

Sedangkan pada 2019, KPSU Solok Radjo diikutkan dalam program Local Ekonomi Development (LED), diajarkan manajemen koperasi, finansial dan penataan organisasi. Sedangkan pada 2020, membekali para petani dan aspek membuka peluang pasar.

"Kami sangat bersyukur dengan BI langsung membantu kelompok. Kami yang orang muda-muda sudah berpikir sama, bahwa berinvestasi waktu dan tenaga saat muda," ujarnya.

Teuku mengatakan, koperasi Solok Radjo telah menjadi rumah bagi kopi terbaik dataran tinggi Solok dan Kerinci. Didirikan pada 2014 oleh sekelompok petani kopi Arabika di Solok dengan tujuan mewujudkan potensi sosial dan ekonomi di setiap rantai pasokan untuk membangun kembali hutan dan perkebunan kopi rakyat di wilayah Solok dan Kerinci.

Saat ini kurang lebih 890 petani tergabung dalam program Koperasi Solak Radjo. Melakukan rangkaian kegiatan yang dihimpun oleh seluruh petani
kopi. Hingga tahun 2019 Koperasi Solok Radjo berhasil menghidupkan kembali antusiasme masyarakat sekitar untuk memelihara tanaman kopinya dan melestarikan hutan.

Meski secara permodalan, capaian Koperasi saat ini terbilang kecil, namun sudah mencapai semangat dan optimisme ke depan.

Sesuai dengan slogan kopi untuk rakyat dan bumi, koperasi dan anggotanya telah menjadikan pertanahan dan kehutanan berkelanjutan sebagai fokus utama dari kegiatan penanaman kopi mereka.

KPSU yang berkantor Kampuang Baru, Jl. Lingkar Aie Dingin, Jorong Data, Nagari Aie Dingin, Kabupaten Solok, Sumatera Barat  kini sudah memetakan penanam baru sekitar 180 hektare, lahan yang sudah ada 300 hektare.

Dalam sisi pengembangan produk, direncanakan pada November 2020, diluncurkan dalam bentuk bubuk atau rostery ukuran 1kg dan 3kg, guna memenuhi pasar tradisional dan dapat sebagai oleh-oleh, katanya.

Selain itu, tengah dimulai program perkebunan terintegrasi (kebun, budidaya, prosesing, sampai merandang dan cafe untuk mencicipi) nanti akan tersedia.

"Kami sedang menyiapkan program kebun terintegrasi dari hulu hingga hilir. Juga bisa menjadi destinasi wisata minat khusus dan penelitian nantinya," ujarnya.

Orang bijak selalu mengajarkan bisnis bahwa tidak ada orang sukses tanpa melewati batu rintangan. Dari kegagalanlah orang menjadi lebih sukses. Begitu juga dengan pelaku UMKM akan semakin maju dari kegagalan yang dilaluinya.


Pewarta : Siri Antoni
Editor : Ikhwan Wahyudi
Copyright © ANTARA 2024