Padang (ANTARA) - Alunan saluang khas Minang mengalun merdu pada Sabtu malam 14 November 2020 di Stadion Utama Sumatera Barat yang berlokasi di Sikabu, Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman.
Tak lama berselang lantunan pembacaan ayat suci Al Quran oleh Wardatun Nisa Hasan, Qori terbaik pada MTQ Nasional ke-27 dari Papua Barat membuat suasana malam itu kian syahdu.
Dihadiri Menteri Agama Fachrul Razi dan dibuka langsung oleh Presiden Jokowi secara virtual, pagelaran Musabah Tilawatil Quran Nasional ke-28 resmi ditabuh malam itu.
Pembukaan malam itu membawa sejumlah pihak melakukan kilas balik mengulang kisah sukses 37 tahun silam tepatnya pada 1983, kala itu Sumatera Barat juga terpilih sebagai tuan rumah MTQ nasional ke-13 yang lokasi pembukaannya berpusat di GOR Agus Salim Padang.
MTQ Nasional ke-28 diikuti 32 provinsi, dengan 1.476 peserta, 2.086 kafilah, dan melibatkan 135 dewan hakim, 26 panitera, tujuh pengawas dan 43 orang ofisial dari pusat selama 10 hari pada 12-21 November 2020 yang mengantarkan Sumbar menjadi juara umum.
Namun ada yang lebih istimewa pada malam itu, mengenakan tenun khas Minang berwarna ungu muda, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, Menteri Agama Fachrul Razi serta sejumlah tamu penting lainnya terlihat anggun, selain membawa misi membumikan keagungan Al Quran di Tanah Minang juga turut serta mengangkat harkat tenun Minang.
Ribuan mata memandang, hingga orang nomor satu di Indonesia melihat langsung keindahan balutan tenun Minang, hasil karya tangan cekatan dan kreatif anak nagari , identitas budaya yang ciamik telah naik kelas,setara dan tak kalah dari daerah lainnya.
Jika Sumatera Utara dikenal dengan ulos, Kalimantan Timur ada kain doyo, tenun ikat populer di Bali , tenun Toraja dari Flores dan Sumba maka di Sumatera Barat dikenal kain songket.
Beragam jenis tenun yang tersebar dari Sabang hingga Merauke dengan berbagai keunikan mencirikan kearifan lokal daerah menunjukan betapa kayanya Indonesia akan karya seni bermutu tinggi.
Sumatera Barat juga menjadi bagian dari keragaman tenun tersebut, beberapa daerah memiliki tenunan yang khas, mulai dari warna serta motif yang digunakan.
Tradisi menenun hampir menyebar di seluruh daerah mulai dari Tanah Datar, Agam, Limapuluh Kota, Payakumbuh, Silungkang, Sijunjung serta Tenun Muaro Labuah dan Solok.
Di Sawahlunto Anita Dona Asri perempuan muda asal Desa Lunto Timur Kecamatan Lembah Segar berhasil mengantarkan songket Minang mendunia.
Berkat kegigihannya Lulusan Universitas Negeri Padang memasarkan songket dengan bendera Dolas Songket terpilih mewakili Indonesia untuk bertolak ke Brusels, Belgia mengikui ajang European Development Days yang merupakan pameran kerajinan tingkat dunia pada ada 7-8 Juni 2017.
Pada 2-5 Agustus 2018 ia pun kembali berkesempatan berpameran di luar negeri pada ajang Festival Indonesia-Moscow 2018 yang digelar di Krasnaya Presnya Park Moscow.
Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Dona untuk menjadikan songket Minang kian dikenal sebagai mahakarya seni yang berharga.
Dona yang juga merupakan peserta program Wirusaha Bank Indonesia (Wubi) perwakilan Sumatera Barat berkomitmen untuk terus mengembangkan dan mempertahankan songket Silungkang sebagai bagian tradisi Minang.
Sementara di Kubang, Kabupaten Limapuluh Kota, Yulia Rahmi (43) menjadi generasi ketiga penerus usaha songket H Ridwan By yang dirintis kakeknya sejak 1960.
Usaha yang sempat mati suri itu dihidupkan kembali oleh ibunya saat memasuki masa pensiun selepas menjadi guru.
Atas inisiasi dari Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota semua pengusaha tenun kemudian dikumpulkan dan dimotivasi untuk kembali melanjutkan dan mengembangkan usaha.
"Alhamdulillah waktu itu ada tiga generasi yang memutuskan untuk melanjutkan kembali usaha tenun di Kubang, saat ini ada empat," katanya.
Resmi menerima tongkat estafet pengelolaan usaha dari orang tuanya pada 2015, Yulia tak menyangka usahanya dilirik oleh Bank Indonesia perwakilan Sumbar yang pada 2019 datang ke Kubang mencari pakaian seragam kantor.
Setelah bercerita panjang lebar, ternyata pihak BI Sumbar tertarik dengan usaha yang dikelolanya dan menawarkan untuk menjadi salah satu UKM binaan yang langsung diamini oleh Yulia.
Ia bersyukur hingga kini menjadi binaan dan sekaligus pelanggan hingga dipesan oleh Kantor BI pusat di Jakarta.
Sebelumnya Yulia yang sehari-hari berprofesi sebagai guru di SMKN 2 Payakumbuh memasarkan tenunnya secara langsung dan hanya memanfaatkan media sosial untuk membantu sosialisasi dan penjualan daring.
Namun setelah dilatih oleh Bank Indonesia ia sudah mulai membuat perencanaan pemasaran dalam skala lebih luas dan ia sudah mulai memasarkan tenun di bukalapak dan shopee.
Tak hanya itu ia juga didampingi bagaimana membuat laporan keuangan, menghitung keuntungan per bulan dan pengeluaran sehingga segala sesuatu lebih terukur.
Kemudian ia pun diarahkan untuk membuat motif baru sehingga produk tenunnya lebih variatif.
Terkait dengan pandangan memakai tenun membuat gerah ia menilai hal itu karena benangnya dua lapis, sedangkan untuk tenun produknya hanya satu lapis sehingga lebih sejuk dan lentur.
Yulia pun mampu memproduksi 30 hingga 35 helai tenun per minggu untuk motif standar dan 20-25 helai untuk motif yang tingkat kesulitannya tinggi.
Kini Tenun Kubang H Ridwan By mampu mempekerjakan 20 orang karyawan baik tetap hingga paroh waktu dengan jumlah penjualan mencapai 50 hingga 60 helai per bulan.
Namun saat pandemi tiba ia pun ikut merasakan dampak terutama pada Maret hanya terjual empat helai.
"Kini penjualan sudah mulai naik lagi, alhamdulillah walau belum normal seperti dulu," katanya.
Ia merasakan setelah menjadi binaan BI Sumbar menjadi lebih termotivasi untuk maju dan tidak takut terhadap perubahan dan hal baru dan harus menjadi lebih baik.
Pembuatan tenun Kubang H Ridwan BY. (Antara/Istimewa)
Pertumbuhan Ekonomi Baru
Berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik Sumatera Barat, semenjak 2013 atau tujuh tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Sumbar terus melambat.
Pada 2013 ekonomi Sumbar mampu tumbuh 6,08 dan berada di atas angka nasional yang hanya 5,56 persen persen.
Namun setelah itu kendati tetap berada di atas nasional,ekonomi Sumbar terus mengalami perlambatan yang tercatat pada 2014 5,88 persen, 2015 5,53 persen, 2016 5,27 persen, 2017 5,30 persen, 2018 5,16 persen dan 2019 5,02 persen.
Melihat kondisi itu, Kepala Bank Indonesia perwakilan Sumbar Wahyu Purnama menilai perlu ada upaya mengembangkan sumber pertumbuhan ekonomi baru yang selama ini bertumpu pada sektor pertanian.
Ia melihat sektor pariwisata potensial dikembangkan sebagai sumber ekonomi baru karena Sumbar memiliki kekayaan alam, budaya dan semangat wirausaha yang besar sebagai modal pengembangan sektor wisata.
"Melihat angka pertumbuhan ekonomi Sumbar yang selama ini mengandalkan ekspor, sektor pertanian dan lainnya, butuh penggerak baru yakni sektor pariwisata," kata Wahyu.
Menurutnya Sumatera Barat memiliki laut yang indah, danau, pergunungan, serta alam yang indah dan tinggal mengemas semuanya menjadi sebuah kekuatan baru agar menjadi objek wisata yang dikenal tidak hanya skala nasional namun juga internasional.
Pada 2016 Sumatera Barat juga meraih penghargaan dari The World Halal Tourism Award 2016 pada kategori World's Best Halal Destination atau tujuan wisata halal terbaik dan World's Best Halal Culinary Destination atau tujuan wisata kuliner halal terbaik.
Ia berpendapat jika sektor pariwisata sudah maju akan mendorong pertumbuhan Usaha Kecil Menengah dan Mikro seperti kuliner, fesyen dan lainnya.
Dan pengembangan sektor ini akan menjadi stimulan bagi sektor lain untuk tumbuh dan pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Grafik pertumbuhan ekonomi Sumbar (Antara/ BI Sumbar)
Transformasi Tenun Minang
Harus diakui pandemi COVID-19 yang terjadi sejak Maret 2020 telah berdampak pada semua sektor tidak hanya kesehatan namun juga ekonomi hingga pariwisata.
Jika pada triwulan I 2020 ekonomi Sumbar masih tumbuh 3,90 persen, di triwulan II terkontraksi menjadi minus 4,90 persen dan mulai membaik di triwulan tiga jadi minus 2,87 persen.
BI Sumbar sejak awal telah memiliki program pengembangan UKM dalam rangka memajukan ekonomi kreatif di Sumatera Barat.
Pengembangan UMKM BI Sumbar meliputi kategori industri kreatif, dan komoditas ekspor, ketahanan pangan dan komoditas unggulan.
BI Sumbar juga turut berperan aktif mengembangkan transformasi tenun Minang dalam rangka pengembangan UKM.
Kepala BI perwakilan Sumbar Wahyu Purnama melihat tenun Minang dapat menjadi komoditas unggulan untuk dijadikan ikon souvenir bagi wisatawan lokal dan mancanegara yang berkunjung ke Ranah Minang.
"Jadi oleh-oleh dari Sumbar tidak hanya makanan saja, tenun pun bisa jadi pilihan," katanya.
Dalam rangka mengembangkan tenun Minang pihaknya telah membina sejumlah UKM yang bergerak di bidang tenun dan songket melalui program wiausaha Bank Indonesia dan Industri Kreatif Syariah seperti Songket Chaniago, Lansek Manih, Dolas dan tenun Kubang Ridwan By.
Tak hanya itu BI juga memberikan bantuan alat tenun melalui program sosial kepada songket warna Pandai Sikek, dan Kelompok Tenun Balai Panjang Payakumbuh disertai dengan pendampingan secara berkala.
Tidak hanya sebatas wacana, BI Sumbar juga berbuat lebih konkret dengan mengimbau semua pegawai menggunakan songket setiap Selasa serta mengajak kalangan perbankan melakukan hal serupa yang sudah diikuti oleh OJK dan sejumlah instansi.
BI juga menampilkan songket Minang pada sejumlah even mulai dari ISEF 2019, KKI 2019 dan KKI 2020 secara virtual. Dalam pagelaran songket tersebut juga berkolaborasi dengan desainer nasional Itang Yunaz.
Pada 30 November 2020 direncanakan kegiatan pencanangan transformasi tenun Minang diikuti Gubernur Sumbar bersama Bupati Sijunjung, Wali Kota Sawahlunto, Wali Kota Payakumbuh, Wali Kota Padang Bupati Tanah Datar, Bupati Limapuluh Kota
Pada kesempatan itu akan dibuat kesepakatan bersama untuk berkolaborasi karena banyak UKM yang bergerak di bidang ini dan pasar sudah mulai terbuka untuk jangka panjang.
Pengembangan tenun Minang jika dilakukan secara kreatif dan serius akan dapat menjadi jati diri masyarakat Minang.
Dan mengembangkan tenun merupakan bagian penting bagi pengembangan UKM yang merupakan ekonomi kreatif beririsan dengan sektor pariwisata yang pada akhirnya akan ikut mendorong pertumbuhan ekonomi Sumbar.
Tak lama berselang lantunan pembacaan ayat suci Al Quran oleh Wardatun Nisa Hasan, Qori terbaik pada MTQ Nasional ke-27 dari Papua Barat membuat suasana malam itu kian syahdu.
Dihadiri Menteri Agama Fachrul Razi dan dibuka langsung oleh Presiden Jokowi secara virtual, pagelaran Musabah Tilawatil Quran Nasional ke-28 resmi ditabuh malam itu.
Pembukaan malam itu membawa sejumlah pihak melakukan kilas balik mengulang kisah sukses 37 tahun silam tepatnya pada 1983, kala itu Sumatera Barat juga terpilih sebagai tuan rumah MTQ nasional ke-13 yang lokasi pembukaannya berpusat di GOR Agus Salim Padang.
MTQ Nasional ke-28 diikuti 32 provinsi, dengan 1.476 peserta, 2.086 kafilah, dan melibatkan 135 dewan hakim, 26 panitera, tujuh pengawas dan 43 orang ofisial dari pusat selama 10 hari pada 12-21 November 2020 yang mengantarkan Sumbar menjadi juara umum.
Namun ada yang lebih istimewa pada malam itu, mengenakan tenun khas Minang berwarna ungu muda, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, Menteri Agama Fachrul Razi serta sejumlah tamu penting lainnya terlihat anggun, selain membawa misi membumikan keagungan Al Quran di Tanah Minang juga turut serta mengangkat harkat tenun Minang.
Ribuan mata memandang, hingga orang nomor satu di Indonesia melihat langsung keindahan balutan tenun Minang, hasil karya tangan cekatan dan kreatif anak nagari , identitas budaya yang ciamik telah naik kelas,setara dan tak kalah dari daerah lainnya.
Jika Sumatera Utara dikenal dengan ulos, Kalimantan Timur ada kain doyo, tenun ikat populer di Bali , tenun Toraja dari Flores dan Sumba maka di Sumatera Barat dikenal kain songket.
Beragam jenis tenun yang tersebar dari Sabang hingga Merauke dengan berbagai keunikan mencirikan kearifan lokal daerah menunjukan betapa kayanya Indonesia akan karya seni bermutu tinggi.
Sumatera Barat juga menjadi bagian dari keragaman tenun tersebut, beberapa daerah memiliki tenunan yang khas, mulai dari warna serta motif yang digunakan.
Tradisi menenun hampir menyebar di seluruh daerah mulai dari Tanah Datar, Agam, Limapuluh Kota, Payakumbuh, Silungkang, Sijunjung serta Tenun Muaro Labuah dan Solok.
Di Sawahlunto Anita Dona Asri perempuan muda asal Desa Lunto Timur Kecamatan Lembah Segar berhasil mengantarkan songket Minang mendunia.
Berkat kegigihannya Lulusan Universitas Negeri Padang memasarkan songket dengan bendera Dolas Songket terpilih mewakili Indonesia untuk bertolak ke Brusels, Belgia mengikui ajang European Development Days yang merupakan pameran kerajinan tingkat dunia pada ada 7-8 Juni 2017.
Pada 2-5 Agustus 2018 ia pun kembali berkesempatan berpameran di luar negeri pada ajang Festival Indonesia-Moscow 2018 yang digelar di Krasnaya Presnya Park Moscow.
Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Dona untuk menjadikan songket Minang kian dikenal sebagai mahakarya seni yang berharga.
Dona yang juga merupakan peserta program Wirusaha Bank Indonesia (Wubi) perwakilan Sumatera Barat berkomitmen untuk terus mengembangkan dan mempertahankan songket Silungkang sebagai bagian tradisi Minang.
Sementara di Kubang, Kabupaten Limapuluh Kota, Yulia Rahmi (43) menjadi generasi ketiga penerus usaha songket H Ridwan By yang dirintis kakeknya sejak 1960.
Usaha yang sempat mati suri itu dihidupkan kembali oleh ibunya saat memasuki masa pensiun selepas menjadi guru.
Atas inisiasi dari Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota semua pengusaha tenun kemudian dikumpulkan dan dimotivasi untuk kembali melanjutkan dan mengembangkan usaha.
"Alhamdulillah waktu itu ada tiga generasi yang memutuskan untuk melanjutkan kembali usaha tenun di Kubang, saat ini ada empat," katanya.
Resmi menerima tongkat estafet pengelolaan usaha dari orang tuanya pada 2015, Yulia tak menyangka usahanya dilirik oleh Bank Indonesia perwakilan Sumbar yang pada 2019 datang ke Kubang mencari pakaian seragam kantor.
Setelah bercerita panjang lebar, ternyata pihak BI Sumbar tertarik dengan usaha yang dikelolanya dan menawarkan untuk menjadi salah satu UKM binaan yang langsung diamini oleh Yulia.
Ia bersyukur hingga kini menjadi binaan dan sekaligus pelanggan hingga dipesan oleh Kantor BI pusat di Jakarta.
Sebelumnya Yulia yang sehari-hari berprofesi sebagai guru di SMKN 2 Payakumbuh memasarkan tenunnya secara langsung dan hanya memanfaatkan media sosial untuk membantu sosialisasi dan penjualan daring.
Namun setelah dilatih oleh Bank Indonesia ia sudah mulai membuat perencanaan pemasaran dalam skala lebih luas dan ia sudah mulai memasarkan tenun di bukalapak dan shopee.
Tak hanya itu ia juga didampingi bagaimana membuat laporan keuangan, menghitung keuntungan per bulan dan pengeluaran sehingga segala sesuatu lebih terukur.
Kemudian ia pun diarahkan untuk membuat motif baru sehingga produk tenunnya lebih variatif.
Terkait dengan pandangan memakai tenun membuat gerah ia menilai hal itu karena benangnya dua lapis, sedangkan untuk tenun produknya hanya satu lapis sehingga lebih sejuk dan lentur.
Yulia pun mampu memproduksi 30 hingga 35 helai tenun per minggu untuk motif standar dan 20-25 helai untuk motif yang tingkat kesulitannya tinggi.
Kini Tenun Kubang H Ridwan By mampu mempekerjakan 20 orang karyawan baik tetap hingga paroh waktu dengan jumlah penjualan mencapai 50 hingga 60 helai per bulan.
Namun saat pandemi tiba ia pun ikut merasakan dampak terutama pada Maret hanya terjual empat helai.
"Kini penjualan sudah mulai naik lagi, alhamdulillah walau belum normal seperti dulu," katanya.
Ia merasakan setelah menjadi binaan BI Sumbar menjadi lebih termotivasi untuk maju dan tidak takut terhadap perubahan dan hal baru dan harus menjadi lebih baik.
Pertumbuhan Ekonomi Baru
Berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik Sumatera Barat, semenjak 2013 atau tujuh tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Sumbar terus melambat.
Pada 2013 ekonomi Sumbar mampu tumbuh 6,08 dan berada di atas angka nasional yang hanya 5,56 persen persen.
Namun setelah itu kendati tetap berada di atas nasional,ekonomi Sumbar terus mengalami perlambatan yang tercatat pada 2014 5,88 persen, 2015 5,53 persen, 2016 5,27 persen, 2017 5,30 persen, 2018 5,16 persen dan 2019 5,02 persen.
Melihat kondisi itu, Kepala Bank Indonesia perwakilan Sumbar Wahyu Purnama menilai perlu ada upaya mengembangkan sumber pertumbuhan ekonomi baru yang selama ini bertumpu pada sektor pertanian.
Ia melihat sektor pariwisata potensial dikembangkan sebagai sumber ekonomi baru karena Sumbar memiliki kekayaan alam, budaya dan semangat wirausaha yang besar sebagai modal pengembangan sektor wisata.
"Melihat angka pertumbuhan ekonomi Sumbar yang selama ini mengandalkan ekspor, sektor pertanian dan lainnya, butuh penggerak baru yakni sektor pariwisata," kata Wahyu.
Menurutnya Sumatera Barat memiliki laut yang indah, danau, pergunungan, serta alam yang indah dan tinggal mengemas semuanya menjadi sebuah kekuatan baru agar menjadi objek wisata yang dikenal tidak hanya skala nasional namun juga internasional.
Pada 2016 Sumatera Barat juga meraih penghargaan dari The World Halal Tourism Award 2016 pada kategori World's Best Halal Destination atau tujuan wisata halal terbaik dan World's Best Halal Culinary Destination atau tujuan wisata kuliner halal terbaik.
Ia berpendapat jika sektor pariwisata sudah maju akan mendorong pertumbuhan Usaha Kecil Menengah dan Mikro seperti kuliner, fesyen dan lainnya.
Dan pengembangan sektor ini akan menjadi stimulan bagi sektor lain untuk tumbuh dan pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Transformasi Tenun Minang
Harus diakui pandemi COVID-19 yang terjadi sejak Maret 2020 telah berdampak pada semua sektor tidak hanya kesehatan namun juga ekonomi hingga pariwisata.
Jika pada triwulan I 2020 ekonomi Sumbar masih tumbuh 3,90 persen, di triwulan II terkontraksi menjadi minus 4,90 persen dan mulai membaik di triwulan tiga jadi minus 2,87 persen.
BI Sumbar sejak awal telah memiliki program pengembangan UKM dalam rangka memajukan ekonomi kreatif di Sumatera Barat.
Pengembangan UMKM BI Sumbar meliputi kategori industri kreatif, dan komoditas ekspor, ketahanan pangan dan komoditas unggulan.
BI Sumbar juga turut berperan aktif mengembangkan transformasi tenun Minang dalam rangka pengembangan UKM.
Kepala BI perwakilan Sumbar Wahyu Purnama melihat tenun Minang dapat menjadi komoditas unggulan untuk dijadikan ikon souvenir bagi wisatawan lokal dan mancanegara yang berkunjung ke Ranah Minang.
"Jadi oleh-oleh dari Sumbar tidak hanya makanan saja, tenun pun bisa jadi pilihan," katanya.
Dalam rangka mengembangkan tenun Minang pihaknya telah membina sejumlah UKM yang bergerak di bidang tenun dan songket melalui program wiausaha Bank Indonesia dan Industri Kreatif Syariah seperti Songket Chaniago, Lansek Manih, Dolas dan tenun Kubang Ridwan By.
Tak hanya itu BI juga memberikan bantuan alat tenun melalui program sosial kepada songket warna Pandai Sikek, dan Kelompok Tenun Balai Panjang Payakumbuh disertai dengan pendampingan secara berkala.
Tidak hanya sebatas wacana, BI Sumbar juga berbuat lebih konkret dengan mengimbau semua pegawai menggunakan songket setiap Selasa serta mengajak kalangan perbankan melakukan hal serupa yang sudah diikuti oleh OJK dan sejumlah instansi.
BI juga menampilkan songket Minang pada sejumlah even mulai dari ISEF 2019, KKI 2019 dan KKI 2020 secara virtual. Dalam pagelaran songket tersebut juga berkolaborasi dengan desainer nasional Itang Yunaz.
Pada 30 November 2020 direncanakan kegiatan pencanangan transformasi tenun Minang diikuti Gubernur Sumbar bersama Bupati Sijunjung, Wali Kota Sawahlunto, Wali Kota Payakumbuh, Wali Kota Padang Bupati Tanah Datar, Bupati Limapuluh Kota
Pada kesempatan itu akan dibuat kesepakatan bersama untuk berkolaborasi karena banyak UKM yang bergerak di bidang ini dan pasar sudah mulai terbuka untuk jangka panjang.
Pengembangan tenun Minang jika dilakukan secara kreatif dan serius akan dapat menjadi jati diri masyarakat Minang.
Dan mengembangkan tenun merupakan bagian penting bagi pengembangan UKM yang merupakan ekonomi kreatif beririsan dengan sektor pariwisata yang pada akhirnya akan ikut mendorong pertumbuhan ekonomi Sumbar.