Batusangkar (ANTARA) - Para petani di Jorong Kapuak Koto Panjang Ponco, Nagari Barulak, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat keluhkan saluran irigasi yang tidak kunjung diperbaiki sehingga berdampak pada lahan persawahan mereka.
"Akibatnya tidak adanya saluran irigasi ke areal persawahan membuat sawah kami terancam kekeringan terutama di musim panas ini," kata Zulhijah salah seorang petani di Nagari Barulak, Kamis.
Ia mengatakan rusaknya saluran irigasi tersebut telah berlangsung lebih kurang satu tahun lamanya yang diakibatkan oleh air sungai yang deras hingga menghantam saluran irigasi hingga terputus.
Banyaknya material dan biaya yang dibutuhkan untuk memperbaikinya menjadi salah satu kendala lamanya perbaikan saluran irigasi tersebut.
"Ada dua titik saluran irigasi yang terputus akibat dihantam arus sungai beberapa bulan lalu sehingga biaya yang dibutuhkan cukup besar," katanya.
Ia mengaku akibat terputusnya saluran irigasi tersebut membuat belasan hektare lahan persawahan di daerah itu hanya mengharapkan air dari limpahan irigasi dan sawah orang lain.
Bahkan tidak jarang pula sebagian warga yang mengobah sawah mereka menjadi tanaman lain seperti tanaman jagung, buncis, dan cabai, terutama warga yang berbatasan langsung dengan daerah Kabupaten Limapuluh Kota.
Ia mengharapkan pemerintah Nagari ataupun Pemerintah Kabupaten setempat segera memperbaiki hingga warga tidak lagi kesulitan mendapatkan air terutama disaat musim kemarau.
"Kami berharap irigasi ini segera diperbaiki, karena sangat menyulitkan bagi kami bila musim kemarau," katanya.
Sementara petani lainnya Iswan, mengaku untuk mengalirkan air ke arah persawahan. Ia dan petani lainnya menggunakan sistem giliran, satu giliran dibagi dua sampai tiga orang per malamnya.
"Cara giliran dinilai lebih adil serta menghindarkan terjadinya perselisian antara sesama," ujarnya.
"Akibatnya tidak adanya saluran irigasi ke areal persawahan membuat sawah kami terancam kekeringan terutama di musim panas ini," kata Zulhijah salah seorang petani di Nagari Barulak, Kamis.
Ia mengatakan rusaknya saluran irigasi tersebut telah berlangsung lebih kurang satu tahun lamanya yang diakibatkan oleh air sungai yang deras hingga menghantam saluran irigasi hingga terputus.
Banyaknya material dan biaya yang dibutuhkan untuk memperbaikinya menjadi salah satu kendala lamanya perbaikan saluran irigasi tersebut.
"Ada dua titik saluran irigasi yang terputus akibat dihantam arus sungai beberapa bulan lalu sehingga biaya yang dibutuhkan cukup besar," katanya.
Ia mengaku akibat terputusnya saluran irigasi tersebut membuat belasan hektare lahan persawahan di daerah itu hanya mengharapkan air dari limpahan irigasi dan sawah orang lain.
Bahkan tidak jarang pula sebagian warga yang mengobah sawah mereka menjadi tanaman lain seperti tanaman jagung, buncis, dan cabai, terutama warga yang berbatasan langsung dengan daerah Kabupaten Limapuluh Kota.
Ia mengharapkan pemerintah Nagari ataupun Pemerintah Kabupaten setempat segera memperbaiki hingga warga tidak lagi kesulitan mendapatkan air terutama disaat musim kemarau.
"Kami berharap irigasi ini segera diperbaiki, karena sangat menyulitkan bagi kami bila musim kemarau," katanya.
Sementara petani lainnya Iswan, mengaku untuk mengalirkan air ke arah persawahan. Ia dan petani lainnya menggunakan sistem giliran, satu giliran dibagi dua sampai tiga orang per malamnya.
"Cara giliran dinilai lebih adil serta menghindarkan terjadinya perselisian antara sesama," ujarnya.