Padang (ANTARA) - Universitas Negeri Padang khususnya Pusat Penelitian Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PPKLH UNP) menyelenggarakan webinar series kedua bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Sumatera Barat dengan mengangkat tema “Menyongsong Bonus Demografi Dalam Mewujudkan Indonesia Emas Pasca Pandemi”.
Berkaitan dengan tema tersebut, Rektor UNP Prof. Ganefri, Ph.D pada Selasa (20/10) mengatakan bahwa puncak bonus demografi ini akan terjadi tahun 2030 sampai tahun 2040 yang artinya kita masih punya waktu untuk memanfaatkan secara maksimal bonus demografi ini untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
“Walaupun di tengah pandemi kita tidak boleh kalah dengan kondisi yang ada, kita harus berusaha untuk bisa hidup normal, hidup berdampingan dengan virus Corona tetapi tidak boleh bersentuhan,” sebutnya.
Oleh sebab itu tambahnya, semua aktivitas yang sudah direncanakan untuk mendorong berbagai inovasi yang kita lakukan dalam menyiapkan lulusan-lulusan yang siap bersaing kedepan terutama dalam memanfaatkan bonus demografi ini menjadi tanggung jawab bersama.
Ia menyampaikan jika bonus demografi ini tidak bisa kita manfaatkan maka akan menjadi boomerang kalau kita tidak bisa menyiapkan SDA yang berkualitas karena ini akan mencetak penangguran, serta lapangan kerja tidak bisa disiapkan.
“Kuncinya adalah bagaimana kita bisa meningkatkan akses pada masyarakat untuk mendapatkan pendidikan dan meningkatkan kualitas dalam penyelenggaraan pendidikan dan menghasilkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan dari dunia usaha dan dunia kerja,” uangkapnya dalam webinar yang diikuti oleh lebih dari 900 peserta.
Ia mengingatkan bahwa bonus demografi ini bukan hanya menjadi tanggung jawab dunia pendidikan tapi semua institusi harus bersama mendorong dan mendongkrak serta bagaimana memanfaatkan bonus demografi ini nanti yang akan mencapai puncaknya pada tahun 2030-2040 yang menurut prediksi hampir 200 juta penduduk berada pada usia produktif.
“Angka tersebut begitu besar kalau tidak bisa kita manfaatkan ini akan menjadi boomerang dan menjadi persoalan bagi negara kita kedepan,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala BKKBN Ir. Hj, Etna Estelita, M.Si. mengatakan bahwa tema yang diagas oleh UNP sungguh memberikan peringatakan sekaligus peluang kemungkinan bonus demografi yang akan kita raih tidak akan lama lagi di Indonesia.
“Sebenarnya starting point Indonesia mendapatkan bonus demografi dimulai tahun 2015 ketika usia non produktif sedikit daripada produktif artinya jumlah usia penduduk umur 15-64 tahun lebih banyak dari usia antara 0-14 tahun dan diatas 65 tahun hanya sayangnya kondisi ini belum sepenuhnya dipersiapkan dengan baik dalam menyongsong bonus demografi,” sebutnya.
Hal ini dibuktikan dengan beberapa fenomena seperti angka pengangguran yang tak kunjung turun, maraknya peredaran narkoba, minuman keras yang dilakukan oleh para remaja sehingga mengurangi produktifitas mereka, tambahnya.
Kemudian masuknya tenaga kerja asing di berbagai sektor sehingga mengurangi kuota tenaga kerja domestik, dan terakhir struktur anggaran baik APBN, APBD yang masih minim menyiapkan tenaga kerja terampil dan profesional.
“Melalui seminar ini kami mencoba mengulas tentang bonus demografi dan beberapa tantangan yang akan dihadapi serta alternatif kebijakan yang diusulkan dalam menyongsong bonus demografi agar dapat memberikan keuntungan bagi negara,” katanya.
Berkaitan dengan tema tersebut, Rektor UNP Prof. Ganefri, Ph.D pada Selasa (20/10) mengatakan bahwa puncak bonus demografi ini akan terjadi tahun 2030 sampai tahun 2040 yang artinya kita masih punya waktu untuk memanfaatkan secara maksimal bonus demografi ini untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
“Walaupun di tengah pandemi kita tidak boleh kalah dengan kondisi yang ada, kita harus berusaha untuk bisa hidup normal, hidup berdampingan dengan virus Corona tetapi tidak boleh bersentuhan,” sebutnya.
Oleh sebab itu tambahnya, semua aktivitas yang sudah direncanakan untuk mendorong berbagai inovasi yang kita lakukan dalam menyiapkan lulusan-lulusan yang siap bersaing kedepan terutama dalam memanfaatkan bonus demografi ini menjadi tanggung jawab bersama.
Ia menyampaikan jika bonus demografi ini tidak bisa kita manfaatkan maka akan menjadi boomerang kalau kita tidak bisa menyiapkan SDA yang berkualitas karena ini akan mencetak penangguran, serta lapangan kerja tidak bisa disiapkan.
“Kuncinya adalah bagaimana kita bisa meningkatkan akses pada masyarakat untuk mendapatkan pendidikan dan meningkatkan kualitas dalam penyelenggaraan pendidikan dan menghasilkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan dari dunia usaha dan dunia kerja,” uangkapnya dalam webinar yang diikuti oleh lebih dari 900 peserta.
Ia mengingatkan bahwa bonus demografi ini bukan hanya menjadi tanggung jawab dunia pendidikan tapi semua institusi harus bersama mendorong dan mendongkrak serta bagaimana memanfaatkan bonus demografi ini nanti yang akan mencapai puncaknya pada tahun 2030-2040 yang menurut prediksi hampir 200 juta penduduk berada pada usia produktif.
“Angka tersebut begitu besar kalau tidak bisa kita manfaatkan ini akan menjadi boomerang dan menjadi persoalan bagi negara kita kedepan,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala BKKBN Ir. Hj, Etna Estelita, M.Si. mengatakan bahwa tema yang diagas oleh UNP sungguh memberikan peringatakan sekaligus peluang kemungkinan bonus demografi yang akan kita raih tidak akan lama lagi di Indonesia.
“Sebenarnya starting point Indonesia mendapatkan bonus demografi dimulai tahun 2015 ketika usia non produktif sedikit daripada produktif artinya jumlah usia penduduk umur 15-64 tahun lebih banyak dari usia antara 0-14 tahun dan diatas 65 tahun hanya sayangnya kondisi ini belum sepenuhnya dipersiapkan dengan baik dalam menyongsong bonus demografi,” sebutnya.
Hal ini dibuktikan dengan beberapa fenomena seperti angka pengangguran yang tak kunjung turun, maraknya peredaran narkoba, minuman keras yang dilakukan oleh para remaja sehingga mengurangi produktifitas mereka, tambahnya.
Kemudian masuknya tenaga kerja asing di berbagai sektor sehingga mengurangi kuota tenaga kerja domestik, dan terakhir struktur anggaran baik APBN, APBD yang masih minim menyiapkan tenaga kerja terampil dan profesional.
“Melalui seminar ini kami mencoba mengulas tentang bonus demografi dan beberapa tantangan yang akan dihadapi serta alternatif kebijakan yang diusulkan dalam menyongsong bonus demografi agar dapat memberikan keuntungan bagi negara,” katanya.