Padang (ANTARA) - Di tengah pandemi COVID-19, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Rumah Dagang yang dikelola Forum Nagari Kelurahan Padang Besi, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang berhasil membudidayakan puyuh petelur.
"Di awal pandemi kami sempat mengalami kesulitan menjual telur ke pasar, karena selain harga murah dan daya beli masyarakat menurun, pengunjung pasar pun berkurang karena wabah COVID-19," jelas Bendahara Forum Nagari Kelurahan Padang Besi, Darni Ayub di Padang, Kamis.
Namun begitu, pihaknya kemudian memilih menjajakan ke warung-warung sekitar Kecamatan Lubuk Kilangan sehingga usaha puyuh petelur Forum Nagari Kelurahan Padang Besi itu akhirnya kembali bangkit.
"Biasanya kami jual puyuh ke Pasar Bandar Buat. Kalau sekarang, kami jual ke beberapa warung-warung di Lubuk Kilangan. Alhamdulillah laku keras," tambah dia.
Darni menyebutkan saat ini jumlah puyuh di Rumah Dagang sekitar 850 ekor. Sekitar 55 persen dari jumlah tersebut sudah memasuki masa afkir, sehingga produksi telur rata-rata hanya sekitar 350 butir per hari.
Dalam waktu dekat ini, pihaknya akan menambah sekitar 800 ekor puyuh sebagai pengganti dari puyuh yang sudah afkir.
"Masa puncak produksi puyuh itu dari umur empat sampai sembilan bulan dengan tingkat produksinya lebih dari 85 persen. Kalau puyuh 1.000 ekor, maka jumlah telurnya dikisaran 850 butir per hari. Kalau sekarang sudah masa afkir, jadi merosot. Namun begitu, hasil produksinya masih bisa menutupi biaya kebutuhan pakan," terangnya.
Mengenai manajemen keuangan, Darni menjelaskan laporan keuangan selalu ditulis secara rinci. Bahkan tiap bulan, Rumah Dagang selalu menyisihkan biaya tabungan puyuh sebesar Rp570 ribu yang nantinya akan digunakan kembali untuk membeli bibit dan pakan puyuh.
Kemudian, juga rutin mengeluarkan zakat 2,5 persen dari keuntungan, termasuk mengeluarkan biaya operasional bagi pengelola Rumah Dagang.
"Pengelola tidak ada honor atau gaji, yang ada hanya biaya operasional dan itu hanya untuk beli BBM, karena pengelola puyuh di Rumah Dagang ini sifatnya pengabdian," ujarnya.
Sekitar satu tahun mengelola puyuh petelur, Darni mengatakankan Rumah Dagang sudah mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp8 juta.
"Keuntungan bersih ini tidak termasuk tabungan puyuh, zakat dan operasional pengelola Rumah Dagang," sebutnya.
Sementara Ketua Forum Nagari Kelurahan Padang Besi, Armaigus mengatakan Rumah Dagang didirikan pada Agustus 2019 dan didukung penuh oleh dana Corporate Social Responsibility (CSR) PT Semen Padang melalui Forum Nagari Kelurahan Padang Besi.
"Untuk mendirikan Rumah Dagang ini, CSR Semen Padang mengalokasikan anggaran Rp46 juta melalui Forum Nagari. Sebesar Rp10 juta, kami gunakan untuk beli bibit puyuh dan pakan. Sisanya, untuk biaya buat kandang puyuh dan kandang utama, buat pagar, dan sewa lahan seluas lebih kurang 600 meter," terangnya.
Selain puyuh sebagai usaha utama, di Rumah Dagang juga terdapat beberapa kebun. Di antaranya, markisah, ubi, pisang, pepaya, cabai, terong, dan berbagai tanaman lainnya. "Ke depan, kami juga akan membuat kolam ikan sebagai usaha Rumah Dagang," tambahnya.
Selain kolam ikan pada 2021, Rumah Dagang menargetkan untuk menambah jumlah kandang puyuh untuk kapasitas 5.000 ekor, karena potensinya puyuh cukup besar. Bahkan untuk pemasarannya, Rumah Dagang bisa bekerjasama dengan PT Rajawali Dunia Unggas yang merupakan perusahaan pemasok pakan dan bibit puyuh di Kota Padang.
Rumah Dagang, lanjut Armaigus merupakan aset Forum Nagari Padang Besi dan juga aset bersama masyarakat Padang Besi. Rumah Dagang bukan hanya sebagai tempat menghasilkan pundi-pundi uang bagi forum, tapi juga sebagai tempat pelatihan bagi masyarakat.
"Di awal pandemi kami sempat mengalami kesulitan menjual telur ke pasar, karena selain harga murah dan daya beli masyarakat menurun, pengunjung pasar pun berkurang karena wabah COVID-19," jelas Bendahara Forum Nagari Kelurahan Padang Besi, Darni Ayub di Padang, Kamis.
Namun begitu, pihaknya kemudian memilih menjajakan ke warung-warung sekitar Kecamatan Lubuk Kilangan sehingga usaha puyuh petelur Forum Nagari Kelurahan Padang Besi itu akhirnya kembali bangkit.
"Biasanya kami jual puyuh ke Pasar Bandar Buat. Kalau sekarang, kami jual ke beberapa warung-warung di Lubuk Kilangan. Alhamdulillah laku keras," tambah dia.
Darni menyebutkan saat ini jumlah puyuh di Rumah Dagang sekitar 850 ekor. Sekitar 55 persen dari jumlah tersebut sudah memasuki masa afkir, sehingga produksi telur rata-rata hanya sekitar 350 butir per hari.
Dalam waktu dekat ini, pihaknya akan menambah sekitar 800 ekor puyuh sebagai pengganti dari puyuh yang sudah afkir.
"Masa puncak produksi puyuh itu dari umur empat sampai sembilan bulan dengan tingkat produksinya lebih dari 85 persen. Kalau puyuh 1.000 ekor, maka jumlah telurnya dikisaran 850 butir per hari. Kalau sekarang sudah masa afkir, jadi merosot. Namun begitu, hasil produksinya masih bisa menutupi biaya kebutuhan pakan," terangnya.
Mengenai manajemen keuangan, Darni menjelaskan laporan keuangan selalu ditulis secara rinci. Bahkan tiap bulan, Rumah Dagang selalu menyisihkan biaya tabungan puyuh sebesar Rp570 ribu yang nantinya akan digunakan kembali untuk membeli bibit dan pakan puyuh.
Kemudian, juga rutin mengeluarkan zakat 2,5 persen dari keuntungan, termasuk mengeluarkan biaya operasional bagi pengelola Rumah Dagang.
"Pengelola tidak ada honor atau gaji, yang ada hanya biaya operasional dan itu hanya untuk beli BBM, karena pengelola puyuh di Rumah Dagang ini sifatnya pengabdian," ujarnya.
Sekitar satu tahun mengelola puyuh petelur, Darni mengatakankan Rumah Dagang sudah mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp8 juta.
"Keuntungan bersih ini tidak termasuk tabungan puyuh, zakat dan operasional pengelola Rumah Dagang," sebutnya.
Sementara Ketua Forum Nagari Kelurahan Padang Besi, Armaigus mengatakan Rumah Dagang didirikan pada Agustus 2019 dan didukung penuh oleh dana Corporate Social Responsibility (CSR) PT Semen Padang melalui Forum Nagari Kelurahan Padang Besi.
"Untuk mendirikan Rumah Dagang ini, CSR Semen Padang mengalokasikan anggaran Rp46 juta melalui Forum Nagari. Sebesar Rp10 juta, kami gunakan untuk beli bibit puyuh dan pakan. Sisanya, untuk biaya buat kandang puyuh dan kandang utama, buat pagar, dan sewa lahan seluas lebih kurang 600 meter," terangnya.
Selain puyuh sebagai usaha utama, di Rumah Dagang juga terdapat beberapa kebun. Di antaranya, markisah, ubi, pisang, pepaya, cabai, terong, dan berbagai tanaman lainnya. "Ke depan, kami juga akan membuat kolam ikan sebagai usaha Rumah Dagang," tambahnya.
Selain kolam ikan pada 2021, Rumah Dagang menargetkan untuk menambah jumlah kandang puyuh untuk kapasitas 5.000 ekor, karena potensinya puyuh cukup besar. Bahkan untuk pemasarannya, Rumah Dagang bisa bekerjasama dengan PT Rajawali Dunia Unggas yang merupakan perusahaan pemasok pakan dan bibit puyuh di Kota Padang.
Rumah Dagang, lanjut Armaigus merupakan aset Forum Nagari Padang Besi dan juga aset bersama masyarakat Padang Besi. Rumah Dagang bukan hanya sebagai tempat menghasilkan pundi-pundi uang bagi forum, tapi juga sebagai tempat pelatihan bagi masyarakat.