Padang (ANTARA) - Pakar Pendidikan Universitas Negeri Padang (UNP) Prof. Rusdinal menegaskan bahwa terkait Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sebelum melakukan inovasi, dinas pendidikan di setiap daerah harus melakukan pemetaan terhadap ketersediaan akses internet.
“Setiap dinas pendidikan di kabupaten/ kota harus melakukan pemetaan terhadap ketersediaan akses internet karena ini merupakan infrastruktur dan sarana yang sangat penting,” katanya yang juga Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNP di Padang, Kamis (17/).
Ia menjelaskan terkait PJJ yang dilakukan secara daring diera pandemi ini sudah banyak didiskusikan di seminar nasionalnya supaya ketersediaan akses internet ini setelah dipetakan bisa memaksimalkan proses pembelajaran jarak jauh atau dilakukan secara daring oleh para guru.
Ia menambahkan setelah dilakukan pemetaan barulah bisa dibuat inovasi-inovasi terhadap PJJ tersebut karena tidak mungkin inovasi bisa dilakukan sementara masih banyak murid yang belum mendapat akses internet yang baik.
“Kemudian inovasi sesungguhnya memang memerlukan perubahan peralihan, pembelajaran daring itu bukan hanya sekedar pembelajaran tatap muka yang dialihkan ke sistem online, tapi memang ini menuntut pembelajaran secara mandiri oleh peserta didik,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan di perguruan tinggi sendiri yang terjadi kadang kala juga masih ada sebagian yang memindahkan pembelajaran tatap muka daring sehingga pembelajaran individu secara mandiri masih belum maksimal.
“Jadi inovasi sesungguhnya adalah bagaimana pendidik baik itu guru anak usia dini, sekolah dasar hingga sekolah menengah merancang pembelajaran yang memang intinya membuat peserta didik atau anak itu belajar,” ucap guru besar manajemen pendidikan.
Ia menekankan bahwa inovasi itu memang dimulai dari rancangan atau pembelajarannya dahulu yang harus disesuaikan dengan kondisi di era pandemi ini yang artinya harus konten dari pembelajaran itu yang dimaksimalkan.
“Karena interaksi guru dan murid sudah dibatasi jadi harus ada misalnya pemberian tugas-tugas dan tentu semua skenario atau desainnya nanti semua dari guru jadi tidak bisa inovasi itu hanya memberikan topik-topik yang akan dikerjakan anak tapi juga disertai dengan tugas dan latihan yang harus dikerjakan,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan untuk jangan lupa bagaimana sesungguhnya hubungan psikologis, hubungan guru murid, serta aspek pedagogynya juga tetap terjaga. Jadi tidak lepas dengan online itu sudah berhentilah hubungan interaksi guru murid.
Ia menjelaskan saat beberapa kali menjadi narasumber di seminar nasional, Dirjen mengharapkan pembelajaran daring harus sama hasilnya dengan pembelajaran tatap muka. Ini sebenarnya bagi guru juga tidak mudah, bisa dianggap lebih berat supaya memaksimalkan strategi dan inovasi tadi yang ujung-ujungnya mampu membuat peserta didik itu belajar.
“Setiap dinas pendidikan di kabupaten/ kota harus melakukan pemetaan terhadap ketersediaan akses internet karena ini merupakan infrastruktur dan sarana yang sangat penting,” katanya yang juga Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNP di Padang, Kamis (17/).
Ia menjelaskan terkait PJJ yang dilakukan secara daring diera pandemi ini sudah banyak didiskusikan di seminar nasionalnya supaya ketersediaan akses internet ini setelah dipetakan bisa memaksimalkan proses pembelajaran jarak jauh atau dilakukan secara daring oleh para guru.
Ia menambahkan setelah dilakukan pemetaan barulah bisa dibuat inovasi-inovasi terhadap PJJ tersebut karena tidak mungkin inovasi bisa dilakukan sementara masih banyak murid yang belum mendapat akses internet yang baik.
“Kemudian inovasi sesungguhnya memang memerlukan perubahan peralihan, pembelajaran daring itu bukan hanya sekedar pembelajaran tatap muka yang dialihkan ke sistem online, tapi memang ini menuntut pembelajaran secara mandiri oleh peserta didik,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan di perguruan tinggi sendiri yang terjadi kadang kala juga masih ada sebagian yang memindahkan pembelajaran tatap muka daring sehingga pembelajaran individu secara mandiri masih belum maksimal.
“Jadi inovasi sesungguhnya adalah bagaimana pendidik baik itu guru anak usia dini, sekolah dasar hingga sekolah menengah merancang pembelajaran yang memang intinya membuat peserta didik atau anak itu belajar,” ucap guru besar manajemen pendidikan.
Ia menekankan bahwa inovasi itu memang dimulai dari rancangan atau pembelajarannya dahulu yang harus disesuaikan dengan kondisi di era pandemi ini yang artinya harus konten dari pembelajaran itu yang dimaksimalkan.
“Karena interaksi guru dan murid sudah dibatasi jadi harus ada misalnya pemberian tugas-tugas dan tentu semua skenario atau desainnya nanti semua dari guru jadi tidak bisa inovasi itu hanya memberikan topik-topik yang akan dikerjakan anak tapi juga disertai dengan tugas dan latihan yang harus dikerjakan,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan untuk jangan lupa bagaimana sesungguhnya hubungan psikologis, hubungan guru murid, serta aspek pedagogynya juga tetap terjaga. Jadi tidak lepas dengan online itu sudah berhentilah hubungan interaksi guru murid.
Ia menjelaskan saat beberapa kali menjadi narasumber di seminar nasional, Dirjen mengharapkan pembelajaran daring harus sama hasilnya dengan pembelajaran tatap muka. Ini sebenarnya bagi guru juga tidak mudah, bisa dianggap lebih berat supaya memaksimalkan strategi dan inovasi tadi yang ujung-ujungnya mampu membuat peserta didik itu belajar.