Padang Pariaman (ANTARA) - Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar) menggelar Sekolah Lapang Iklim (SLI) untuk klaster padi organik secara daring kelompok tani Sawah Bangsa, Nagari KamangMudiak, Kabupaten Agam.

"Pelaksanaan sekolah lapang bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI) perwakilan Sumbar untuk meningkatkan pengembangan padi organik ," kata Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Padang Pariaman, Heron Tarigan di Padang Pariaman, Jumat.

Menurut dia berbeda dengan pelaksanaan sekolah lapang sebelumnya kali ini pihaknya fokus melakukan penyuluhan pada  petugas pertanian penyuluh maupun kelompok tani yang memiliki komoditas spesifik  yaitu padi organik.

Pembukaan SLI dibuka secara daring oleh Deputi Klimatologi BMKG Herizal.

Dalam sambutannya sekaligus membuka acara Deputi Klimatologi mengatakan target SLI pada tahun ini dan ke depan lebih pada kualitas hasil akhir.

"BMKG memberikan dukungan kepada sektor ketahanan pangan melalui sekolah lapang iklim untuk mendampingi petani tetap produktif dengan standar kesehatan dimasa pandemi untuk terus berproduksi, menghindari gagal pada saat tanam maupun saat panen," jelas dia.

Ia menyampaikan dari empat faktor utama produksi yaitu  tanah, bibit, pupuk dan iklim,  hanya iklim yang belum dapat direkayasa.

Oleh sebab itu perubahan iklim akhir-akhir ini perlu disikapi dengan memahami karakter iklim spesifik  dalam bertani sehingga dapat dilakukan penyesuaian agar  produksi tetap optimal.  

Sementara Kepala Divisi Pengembangan Usaha dan Ekonomi BI perwakilan Sumatera Barat, Gunawan Wicaksono  menyampaikan pihaknya memiliki  binaan untuk sektor UMKM salah satunya  padi organik.

"Dengan pembinaan  yang diberikan  diharapkan kelompok tani sawah bangsa juga mendapat pengakuan dari LSO sertifikasi padi organik nantinya," kata dia

Ia menyampaikan peningkatan produksi padi organik dengan mempertimbangkan informasi iklim di sawah tadah hujan dapat menjadi sesuatu yang baru dan bermanfaat.

Stasiun Klimatologi Padang Pariaman juga menyerahkan satu alat pengukur curah hujan yang bisa dimanfaatkan petani dalam sekolah lapang iklim.

Pertemuan  sekolah iklim  direncanakan setiap 10 hari selama satu musim tanam sehingga  petani dapat belajar agroekosistem, pengamatan tanaman, pengendalian organisme pengganggu tanaman dan pengukuran curah hujan.  




 

Pewarta : Ikhwan Wahyudi
Editor : Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2024