Jakarta (ANTARA) - Mengobrol dengan diri sendiri, selftalk, mungkin terasa aneh, tapi hal ini ternyata baik untuk pemulihan luka batin.
Hipnoterapis Nabila Ghasanni mengatakan jika mengobrol dengan diri sendiri diperlukan untuk mengenal pribadi lebih dalam. Kegiatan ini juga baik dilakukan saat seseorang sedang menghadapi suatu masalah.
"Menggali ke dalam diri sendiri, selftalk atau ngomong sendiri. Ngobrol sama diri sendiri bagus, mungkin awalnya aneh, 'apa sih ngomong sendiri'.
Dengan ngobrol sama diri sendiri nanti kita akan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan. Kita akan tahu sedihnya itu karena apa, kenapa merasa tidak enak," kata Nabila dalam bincang-bincang bersama Yura Yunita di YouTube dikutip Rabu.
Mengobrol dengan diri sendiri juga merupakan bagian dari mengontrol emosi. Menurut Nabila, mengontrol emosi bukan berarti mengabaikan perasaan, justru rasa sedih dan marah harus dihadapi dan diekspresikan.
"Banyak orang pengin banget mengontrol emosi, padahal enggak apa-apa, dinikmati, dirasain, diungkapin aja. Kalau sedih, sedih aja enggak apa-apa," jelas Nabila.
Perasaan sedih harus disalurkan, contohnya bisa diekspresikan melalui tulisan.
"Jadi kalau marah, jangan marahnya diekspresikan ke orangnya langsung, itu malah akan bikin masalah baru. Gali ke dalam diri kita apa penyebabnya, selftalk," lanjutnya.
Hipnoterapis Nabila Ghasanni mengatakan jika mengobrol dengan diri sendiri diperlukan untuk mengenal pribadi lebih dalam. Kegiatan ini juga baik dilakukan saat seseorang sedang menghadapi suatu masalah.
"Menggali ke dalam diri sendiri, selftalk atau ngomong sendiri. Ngobrol sama diri sendiri bagus, mungkin awalnya aneh, 'apa sih ngomong sendiri'.
Dengan ngobrol sama diri sendiri nanti kita akan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan. Kita akan tahu sedihnya itu karena apa, kenapa merasa tidak enak," kata Nabila dalam bincang-bincang bersama Yura Yunita di YouTube dikutip Rabu.
Mengobrol dengan diri sendiri juga merupakan bagian dari mengontrol emosi. Menurut Nabila, mengontrol emosi bukan berarti mengabaikan perasaan, justru rasa sedih dan marah harus dihadapi dan diekspresikan.
"Banyak orang pengin banget mengontrol emosi, padahal enggak apa-apa, dinikmati, dirasain, diungkapin aja. Kalau sedih, sedih aja enggak apa-apa," jelas Nabila.
Perasaan sedih harus disalurkan, contohnya bisa diekspresikan melalui tulisan.
"Jadi kalau marah, jangan marahnya diekspresikan ke orangnya langsung, itu malah akan bikin masalah baru. Gali ke dalam diri kita apa penyebabnya, selftalk," lanjutnya.