Tokyo (ANTARA) - Jepang berusaha meyakinkan warganya agar tidak perlu berbelanja berlebihan (panic buying), sebelum Perdana Menteri Shinzo Abe mengumumkan keadaan darurat untuk menghentikan penyebaran virus corona.
Abe dijadwalkan mengadakan konferensi pers pada Selasa pukul 7 malam (10:00 GMT) guna mengumumkan keadaan darurat untuk Tokyo dan enam prefektur lain.
Tokyo telah mencatat infeksi virus corona lebih dari dua kali lipat menjadi 1.116 kasus dalam sepekan terakhir, yang merupakan jumlah pasien terbanyak di negara ini. Secara nasional, kasus telah meningkat 4.000 dengan 93 kematian pada Senin (6/4).
Menteri Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang Taku Eto meminta pembeli untuk tetap tenang.
"Kami meminta warga untuk membeli hanya apa yang mereka butuhkan ketika mereka membutuhkannya karena ada pasokan makanan yang cukup, dan tidak ada rencana penangguhan operasi di pabrik makanan," katanya kepada wartawan, menambahkan tidak ada tanda-tanda gangguan dalam impor biji-bijian ke Jepang.
Kementerian telah menyerukan kepada warga Jepang untuk menghindari penimbunan stok pangan sejak permintaan gubernur Tokyo pada 25 Maret untuk warga agar menghindari panic buying.
Pemerintah Jepang juga menekankan cadangan bahan pokok yang cukup, termasuk 3,7 juta ton beras untuk pasokan selama 185 hari, serta 930.000 ton gandum.
Lonjakan warga yang bekerja di rumah telah memicu peningkatan penjualan makanan, terutama makanan beku dan siap saji, menurut pejabat industri makanan.
Asosiasi industri, termasuk Asosiasi Makanan Beku Jepang, Asosiasi Pasta Jepang dan Asosiasi Susu Jepang, semuanya mengatakan bahwa produksi normal terus berlanjut dan persediaan cukup.
Jepang bergantung pada biji-bijian dan makanan lain dari Amerika Serikat, Kanada, Australia, Brazil, dan Argentina.
Sumber: Reuters
Abe dijadwalkan mengadakan konferensi pers pada Selasa pukul 7 malam (10:00 GMT) guna mengumumkan keadaan darurat untuk Tokyo dan enam prefektur lain.
Tokyo telah mencatat infeksi virus corona lebih dari dua kali lipat menjadi 1.116 kasus dalam sepekan terakhir, yang merupakan jumlah pasien terbanyak di negara ini. Secara nasional, kasus telah meningkat 4.000 dengan 93 kematian pada Senin (6/4).
Menteri Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang Taku Eto meminta pembeli untuk tetap tenang.
"Kami meminta warga untuk membeli hanya apa yang mereka butuhkan ketika mereka membutuhkannya karena ada pasokan makanan yang cukup, dan tidak ada rencana penangguhan operasi di pabrik makanan," katanya kepada wartawan, menambahkan tidak ada tanda-tanda gangguan dalam impor biji-bijian ke Jepang.
Kementerian telah menyerukan kepada warga Jepang untuk menghindari penimbunan stok pangan sejak permintaan gubernur Tokyo pada 25 Maret untuk warga agar menghindari panic buying.
Pemerintah Jepang juga menekankan cadangan bahan pokok yang cukup, termasuk 3,7 juta ton beras untuk pasokan selama 185 hari, serta 930.000 ton gandum.
Lonjakan warga yang bekerja di rumah telah memicu peningkatan penjualan makanan, terutama makanan beku dan siap saji, menurut pejabat industri makanan.
Asosiasi industri, termasuk Asosiasi Makanan Beku Jepang, Asosiasi Pasta Jepang dan Asosiasi Susu Jepang, semuanya mengatakan bahwa produksi normal terus berlanjut dan persediaan cukup.
Jepang bergantung pada biji-bijian dan makanan lain dari Amerika Serikat, Kanada, Australia, Brazil, dan Argentina.
Sumber: Reuters