Pekanbaru (ANTARA) - Mayoritas ulama di Kota Pekanbaru setuju untuk menghentikan sementara ibadah Shalat Jumat dengan tidak mengirimkan penceramah atau khatib ke masjid, ketika wabah COVID-19 di daerah itu, kata Gubernur Riau, Syamsuar.
Syamsuar di Pekanbaru, Kamis, menyebutkan hasil pertemuan dengan tokoh-tokoh agama, dari Majelis Ulama Indonesia menyatakan di Pekanbaru dari Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan Majelis Dakwah Islamiyah (MDI) mereka tidak mengirim khatibnya, jadi kemungkinan besar pada Jumat ini kita tidak Shalat Jumat,” .
ICMI dan MDI adalah organisasi yang rutin mengirimkan penceramah pada pelaksanaan Shalat Jumat di seluruh masjid. Syamsuar mengatakan penghentian sementara itu untuk melaksanakan penjarakan (social distancing) guna memutus mata rantai penularan virus corona.
“Berarti apa gantinya Shalat Jumat? kata ulama MUI adalah shalat dzuhur sekaligus nanti qunut nazilah untuk menangkal turunnya malapetaka,” ujarnya.
Ia mengatakan MUI juga terus mengimbau agar tidak dulu melakukan shalat berjamaah di masjid untuk sementara waktu, hentikan sementara kegiatan ceramah di masjid, termasuk peringatan maulid nabi.
Penghentian sementara kegiatan di rumah ibadah, lanjutnya, tidak hanya bagi Muslim melainkan juga untuk semua agama. Ia mengatakan pemuka agama Kristen kini juga meniadakan sementara kebaktian.
“Mereka yang sudah terlanjur ada jadwal menikah di gereja, silakan menikah. Tapi jumlah orang yang hadir harus dibatasi hanya keluarga inti saja,” katanya.
Ia bersyukur seluruh pemuka agama sudah bersepakat untuk mendukung program pemerintah dalam menanggulangi wabah COVID-19.
“Semua tokoh agama mendukung upaya pemerintah untuk menyelamatkan bangsa ini,” demikian Syamsuar.