Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey mengatakan bahwa personel TNI-Polri akan disiagakan di sejumlah supermarket dan toko ritel modern untuk mencegah penimbunan stok bahan pokok.
"Kemarin 'statement' dari Pak Moeldoko, Kepala Staf Kepresidenan,mengkoordinasi Mabes Polri dan TNI bahwa akan ada penempatan pihak berwajib di pusat belanja, maupun ritel modern di seluruh Indonesia. Kalau ada pembelanjaan yang tidak wajar, akan ditanyakan prosesnya," kata Roy Mandey pada konferensi pers Stabilisasi Harga dan Ketersediaan Barang Kebutuhan Pokok di Jakarta, Selasa.
Roy menjelaskan bahwa setelah pengumuman resmi dari pemerintah terkait WNI yang terjangkit virus corona Covid-19 di Indonesia, masyarakat berburu bahan konsumen untuk kebutuhan sehari-hari sehingga tidak perlu keluar rumah.
Di sisi lain, kondisi yang disebut dengan "panic buying" ini berpotensi dimanfaatkan oleh oknum penimbun stok. Oleh karena itu, keberadaan TNI-Polri untuk memastikan pembelanjaan yang tidak wajar oleh oknum tertentu.
Namun demikian, pengusaha ritel berupaya tidak mengurangi pelayanan terhadap konsumen yang memang berbelanja dalam jumlah banyak.
"SOP dari peritel modern anggota Aprindo, setiap ada yang belanja tidak normal, harus dipastikan bahwa yang belanja itu bukan oknum penimbun. Apakah dia pedagang, atau masyarakat asli sehingga kita bisa membantu memastikan," kata Roy.
Roy menambahkan bahwa setelah pengumuman resmi Corona dari Presiden Joko Widodo pada Senin (2/3), kondisi "panic buying" terjadi di enam kota, di antaranya Jakarta, Surabaya, Semarang, dan Bali.
Masyarakat berbondong-bondong membeli bahan pokok, seperti beras dan minyak goreng kemasan untuk disimpan sebagai stok. Namun, kondisi di sejumlah pusat perdagangan dan ritel modern telah kembali normal pada Selasa pagi.
"Di kota-kota itu memang terjadi, tapi tidak di seluruh toko. Sama seperti di Jakarta, juga hanya terjadi di Jakarta Utara, Jakarta Barat dan Jakarta Selatan. Itu suatu euforia saja, paranoid. Kami memastikan mulai tadi pagi sudah kembali normal," kata Roy.
"Kemarin 'statement' dari Pak Moeldoko, Kepala Staf Kepresidenan,mengkoordinasi Mabes Polri dan TNI bahwa akan ada penempatan pihak berwajib di pusat belanja, maupun ritel modern di seluruh Indonesia. Kalau ada pembelanjaan yang tidak wajar, akan ditanyakan prosesnya," kata Roy Mandey pada konferensi pers Stabilisasi Harga dan Ketersediaan Barang Kebutuhan Pokok di Jakarta, Selasa.
Roy menjelaskan bahwa setelah pengumuman resmi dari pemerintah terkait WNI yang terjangkit virus corona Covid-19 di Indonesia, masyarakat berburu bahan konsumen untuk kebutuhan sehari-hari sehingga tidak perlu keluar rumah.
Di sisi lain, kondisi yang disebut dengan "panic buying" ini berpotensi dimanfaatkan oleh oknum penimbun stok. Oleh karena itu, keberadaan TNI-Polri untuk memastikan pembelanjaan yang tidak wajar oleh oknum tertentu.
Namun demikian, pengusaha ritel berupaya tidak mengurangi pelayanan terhadap konsumen yang memang berbelanja dalam jumlah banyak.
"SOP dari peritel modern anggota Aprindo, setiap ada yang belanja tidak normal, harus dipastikan bahwa yang belanja itu bukan oknum penimbun. Apakah dia pedagang, atau masyarakat asli sehingga kita bisa membantu memastikan," kata Roy.
Roy menambahkan bahwa setelah pengumuman resmi Corona dari Presiden Joko Widodo pada Senin (2/3), kondisi "panic buying" terjadi di enam kota, di antaranya Jakarta, Surabaya, Semarang, dan Bali.
Masyarakat berbondong-bondong membeli bahan pokok, seperti beras dan minyak goreng kemasan untuk disimpan sebagai stok. Namun, kondisi di sejumlah pusat perdagangan dan ritel modern telah kembali normal pada Selasa pagi.
"Di kota-kota itu memang terjadi, tapi tidak di seluruh toko. Sama seperti di Jakarta, juga hanya terjadi di Jakarta Utara, Jakarta Barat dan Jakarta Selatan. Itu suatu euforia saja, paranoid. Kami memastikan mulai tadi pagi sudah kembali normal," kata Roy.