Batusangkar, (ANTARA) - Beruntung bagi Yovandra, mahasiswa Wuhan University asal Batusangkar Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat di saat puluhan mahasiswa Indonesia lainnya terjebak di kota itu, ia terlebih dahulu bisa keluar sebelum dilakukannya isolasi oleh pemerintah setempat.
Yovandra di Batusangkar, Rabu, menceritakan ia meninggalkan Kota Wuhan China pada Selasa (7/1) dengan menggunakan penerbangan langsung Wuhan-Jakarta. Saat penerbangan tersebut tanpa sengaja ia berbarengan dengan pakar komunikasi Universitas Indonesia Prof. Efendi Ghazali.
"Saya berangkat atau sampai di Jakarta pada Selasa, 7 Januari. Tanpa sengaja ada bapak Efendi Ghazali dan bercerita banyak hal dengannya," katanya di ruang Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga.
Ia mengatakan jika pulang ke Batusangkar adalah dalam rangka menghabiskan libur semester di kampung halamannya dan direncanakan kembali ke kota Wuhan pada 15 Februari mendatang.
Namun keberangkatan tersebut belum bisa dilakukan karena kasus penyebaran virus corona yang makin meningkat serta di isolasinya kota itu oleh pemerintah China.
Pihak kampus juga telah mengirimkan pesan melalui e-mail jika libur diperpanjang hingga waktu yang belum ditentukan, termasuk pembatalan penerbangan.
"Pihak kampus telah mengirimkan email jika libur diperpanjang. Kalau untuk tiket pesawat, maskapai juga sudah menelpon dan membatalkan penerbangan ke kota itu," katanya.
Yovandra merupakan salah seorang mahasiswa semester satu yang tengah mengambil S2 Library Sains di Wuhan University.
Ia kuliah di Universitas tersebut sebagai mahasiswa penerima beasiswa dari pemerintah China atau China Goverment Scholarship (CGS) dan merupakan satu-satunya mahasiswa asal Tanah Datar dan Sumatera Barat yang kuliah di universitas tersebut.
"Saya S1 di Universitas Diponegoro Semarang. Setelah lulus saya mendaftar beasiswa CGS dan lulus, saat ini saya baru semester satu," katanya.
Ia mengatakan berdasarkan informasi mahasiswa Indonesia dalam grup WhatsApp-nya, informasi yang didapatkan seluruh mahasiswa itu akan dievakuasi oleh pemerintah Indonesia dengan mengerahkan dua unit pesawat milik angkatan udara RI.
Ia mengaku meski virus corona banyak menelan korban jiwa itu tidak menyurutkan niatnya untuk kembali menimba ilmu di kota tersebut. Ia akan melanjutkan kembali pendidikannya di Kota Wuhan dan kembali jika sudah dinyatakan aman oleh pihak universitas dan pemerintah China serta Indonesia.
Yovandra di Batusangkar, Rabu, menceritakan ia meninggalkan Kota Wuhan China pada Selasa (7/1) dengan menggunakan penerbangan langsung Wuhan-Jakarta. Saat penerbangan tersebut tanpa sengaja ia berbarengan dengan pakar komunikasi Universitas Indonesia Prof. Efendi Ghazali.
"Saya berangkat atau sampai di Jakarta pada Selasa, 7 Januari. Tanpa sengaja ada bapak Efendi Ghazali dan bercerita banyak hal dengannya," katanya di ruang Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga.
Ia mengatakan jika pulang ke Batusangkar adalah dalam rangka menghabiskan libur semester di kampung halamannya dan direncanakan kembali ke kota Wuhan pada 15 Februari mendatang.
Namun keberangkatan tersebut belum bisa dilakukan karena kasus penyebaran virus corona yang makin meningkat serta di isolasinya kota itu oleh pemerintah China.
Pihak kampus juga telah mengirimkan pesan melalui e-mail jika libur diperpanjang hingga waktu yang belum ditentukan, termasuk pembatalan penerbangan.
"Pihak kampus telah mengirimkan email jika libur diperpanjang. Kalau untuk tiket pesawat, maskapai juga sudah menelpon dan membatalkan penerbangan ke kota itu," katanya.
Yovandra merupakan salah seorang mahasiswa semester satu yang tengah mengambil S2 Library Sains di Wuhan University.
Ia kuliah di Universitas tersebut sebagai mahasiswa penerima beasiswa dari pemerintah China atau China Goverment Scholarship (CGS) dan merupakan satu-satunya mahasiswa asal Tanah Datar dan Sumatera Barat yang kuliah di universitas tersebut.
"Saya S1 di Universitas Diponegoro Semarang. Setelah lulus saya mendaftar beasiswa CGS dan lulus, saat ini saya baru semester satu," katanya.
Ia mengatakan berdasarkan informasi mahasiswa Indonesia dalam grup WhatsApp-nya, informasi yang didapatkan seluruh mahasiswa itu akan dievakuasi oleh pemerintah Indonesia dengan mengerahkan dua unit pesawat milik angkatan udara RI.
Ia mengaku meski virus corona banyak menelan korban jiwa itu tidak menyurutkan niatnya untuk kembali menimba ilmu di kota tersebut. Ia akan melanjutkan kembali pendidikannya di Kota Wuhan dan kembali jika sudah dinyatakan aman oleh pihak universitas dan pemerintah China serta Indonesia.