Padang, (ANTARA) -
Gian (13) salah seorang anak perantau Minang di Wamena asal Sungai Rampan, Koto Nan Tigo IV Koto Hilie, Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, awalnya tidak percaya mendengar kabar kalau adik dan ibunya tewas dibakar dalam kerusuhan di Wamena Papua.
"Awalnya saya sempat tidak percaya, apalagi mendengar kabar kalau ibu dan adik saya telah tiada karena dibakar," katanya di Padang, Rabu.
Akan tetapi ia terpaksa bersabar menerima kenyataan pahit itu, dan bersyukur karena jenazah ibu dan adiknya masih bisa dibawa pulang sehingga dapat melihat mereka untuk yang terakhir kalinya.
"Alhamdulillah ya Allah engkau masih menyelamatkan ayahku, masih bisa pulang untuk bertemu denganku," ujarnya sambil terus meneteskan air mata menceritakan peristiwa saat mendengar kabar duka itu dari Kota Padang Panjang.
James Lugian Rizal (13) atau sering disapa Gian merupakan anak pertama salah seorang korban perantau Minang Erizal (42) yang berhasil menyelamatkan diri dari kerusuhan di Wamena dengan berpura-pura mati.
Gian merupakan anak pertama dari dua bersaudara, namun sekarang ia harus tinggal sendiri dan harus mengikhlaskan kepergian adiknya yang baru berumur delapan tahun akibat kerusuhan di Wamena.
Saat kejadian Gian memang tidak sedang berada bersama ayah, ibu dan adiknya di Wamena, karena Gian sedang bersekolah di SMP Serambi Mekah di Padang Panjang.
Ia mendapat kabar duka yang menimpa keluarganya itu dari tantenya yang tinggal di Kabupaten Pesisir Selatan.
Gian bersekolah di SMP Serambi Mekah karena sejak kecil bercita-cita ingin menjadi seorang ustaz.
Ia berharap musibah yang menimpa keluarganya tidak menjadi penghalang untuk melanjutkan sekolah dan mewujudkan impiannya yang mulia.
Menanggapi hal itu, Kepala ACT Sumbar Zeng Wellf mengatakan sudah ada salah seorang dermawan ACT yang bersedia membantu Gian untuk memberikan beasiswa melanjutkan sekolahnya.
"Untuk saat ini sampai tamat SMP dulu, nanti jika ada niat mau melanjutkan sekolah, insya Allah ada jalan dan pasti akan Allah mudahkan," sambung dia. (*)
Baca juga: ACT buka "crisis center" bantu penanganan dampak kerusuhan Wamena
Baca juga: ACT buka "crisis center" bantu penanganan dampak kerusuhan Wamena