Padang (ANTARA) - Kemajuan teknologi sudah tak terbendung ruang dan waktu dalam kehidupan saat ini, seperti pengguna dan pemanfaatan gadget hampir menyentuh semua level, anak-anak di usia pendidikan taman kanak-kanak sudah pandai mengoperasikannya.
Apa hendak dikata, kini sudah berada di gerbang masuk era revolusi industri 4.0. Perkembangan teknologi tak akan terpisahkan lagi dari kehidupan masyarakat dewasa ini. Tentu termasuk dengan anak-anak yang menjadi generasi bangsa akan dihadapkan dengan revolusi industri 4.0 kala mereka beranjak dewasa kelak.
Hanya saja bagaimana cerdas dalam memanfaatkan kemajuan yang terjadi, terutama untuk anak-anak sejak dini dengan mengarahkan ke hal-hal yang positif dalam menggunakan gadget. Seperti kehadiran aplikasi Rumah Belajar yang memberi multiplayer efek dalam menunjang pendidikan dan pelibatan keluarga di era revolusi industri 4.0.
Hal inilah terjadi suatu hari di penghujung liburan sekolah usai menerima rapor semester kedua atau naik kelas pada 2019. Seorang murid sekolah dasar yang beranjak naik ke kelas VI merengek kepada mamanya agar tetap bisa bermain gadget. Tujuannya bermain android bukanlah untuk game, tapi bisa belajar dengan aplikasi seperti diiklankan televisi.
Seakan mendesak, sudah kesekian kalinya meminta agar bisa mendaftarkan dirinya di aplikasi Ruang Guru. Anak bernama M.Raziq Yasir ini kian tergoda belajar online dengan gencar iklan diskon yang disuguhkan televisi di rumahnya.
Respon dingin dari mamanya bernama Yati (41) dengan menimbang-nimbang sembari membuat argumen yang tepat. Sepertinya sang mama ingin melihat keseriusan dan kemauan belajar online anaknya dengan menggunakan gadget tersebut.
Permintaan sudah berulang kali sebagai aspirasi disampaikan sang anak. Bahkan iklan promo 50 persen sehari lagi akan berakhir. Maka diskusikan oleh sang mama dengan papa dihadapan anak berkulit sawo matang itu.
Alhasil, didapat kesimpulan yang bermuara ke aplikasi Rumah Belajar yang dicetuskan Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (Pustekkom) Kemendikbud RI.
Yati mengatakan, kalau sudah setuju belajar online dengan Rumah Belajar, mamanya berkenan untuk meminjamkan gadget, dan langsung saja mendaftar. Hanya berselang hitungan menit, Razid langsung meminjam gadget orangtuanya untuk membuka aplikasi Rumah Belajar yang sudah diperlihatkan papanya.
Anak SD Kelumbuk, Kota Padang, Sumatera Barat itu tetap dipandu membuka aplikasi karena baru mulai agar tidak salah. Akses cukup cepat dan begitu mudah terbuka aplikasinya.
"Ada aplikasi gratis ini, kenapa harus memakai yang berbayar. Kalau aplikasi ini, kan tinggal keluarkan uang untuk beli paket internet saja agar bisa rutin belajar," cetus Raziq sambil tersenyum.
Proses pendaftaran langsung dilakukan dengan mengklik https://belajar.kemdikbud.go.id maka muncul tipe pendaftaran dengan pilihan Guru atau Siswa.
Pilihan ke tipe siswa dan ketika diklik muncul formulir sehingga langsung diisi formulir online itu. Lalu ada pilihan mulai dari provinsi, kabupaten/kota dan sekolah, kemudian masukan Nomor NISN siswa.
Aplikasi Rumah Belajar merupakan portal pembelajaran yang menyediakan bahan ajar dan fasilitas komunikasi serta interaksi komunitas. Rumah Belajar diperuntukkan untuk siswa, guru dan masyarakat umum. Aplikasi ini proses belajar kapan saja dan dimana saja serta dengan siapa saja, tentu selama akses internet ada.
Fitur-fitur yang bisa diakses di aplikasi Rumah Belajar meliputi sumber belajar, bank soal, buku sekolah elektronik, kelas maya, laboratorium maya, peta belajar, wahana jelajah angkasa. Peningkatan kompetensi pembelajaran, karya komunitas, karya guru, karya bahasa dan sastra.
Sedangkan konten-konten yang tersedia di aplikasi Rumah Belajar mulai dari tingkat PAUD, TK, SD, SMP dan SMA sederajat. Yati pun tetap mendampingi anaknya belajar menggunakan gadget saat belajar online di rumah.
Terkait penggunaan tahap awal atau baru beberapa waktu, anak itu lebih memilih kepada fitur Bank Soal, dimana berisi kumpulan soal-soal latihan/tes. Menyinggung soal batas waktu, Yati mengakui tetap memberi batas waktu agar tidak terlalu berjam-jam memakai android karena bisa berdampak terhadap.
"Ya...waktu belajar online tetap dibatasi, paling lama satu hingga dua jam sehari. Jika berlama-lama bisa berdampak pula pada mata dan jenuh,"ujarnya.
Implementasi dan penguatan ekosistem
Pakar Teknologi Pembelajaran Universitas Negeri Padang (UNP) Dr. Abna Hidayati, M.Pd mengatakan, aplikasi Rumah Belajar merupakan salah satu bentuk implementasi pembelajaran di era revolusi industri 4.0.
Era revolusi industri 4.0 merupakan era pembelajaran digital, dimana peserta didik difasilitasi untuk dapat belajar secara online dan offline. Online dengan menggunakan apalikasi Rumah Belajar dan offline dengan tatap muka di depan kelas.
Pembelajaran dengan sistem Rumah Belajar ini memungkinkan pembelajaran lebih fleksibel dan lebih simple. Siswa dapat belajar dimana saja dan kapan saja. Guru pun dapat memantau pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan menggunakan sejumlah aplikasi yang ada, kata sekretaris Program Studi Teknologi Pendidikan FIP UNP itu.
Dalam aplikasi Rumah Belajar tersebut, pembelajaran dibuat dengan menggunakan animasi dan video pembelajaran dan memungkinkan pembelajaran dapat berlangsung menarik dan menantang bagi anak.
Secara teori, kata dia, memang media pembelajaran yang inovatif dapat merangsang anak dalam belajar. Anak dirangsang untuk berfikir tingkat tinggi melalui media pembelajaran tersebut.
Menurut dia, aplikasi Rumah Belajar tersebut, dibuat seolah-olah anak selalu berdampingan dengan guru meskipun dalam bentuk dunia maya. Anak dapat lebih fleksibel dalam belajar.
Era revolusi industri 4.0 merupakan era digitalisasi dalam pembelajaran. Semua bidang dalam era revolusi industri 4.0 tersebut sudah digital, baik bidang ekonomi, sosial dan lainnya.
"Tentu kondisi tersebut harus disikapi dalam pembelajaran. Artinya pembelajaran harus juga mengikuti digitalisasi. Program pembelajaran digital diantaranya blanded learning, pembelajaran online, aplikasi Rumah Belajar dan aplikasi pembelajaran lainnya," kata doktor muda itu.
Bahkan, tak kalah pentingnya hadirnya aplikasi Rumah Belajar dari Kemdikbud RI dengan situs https://belajar.kemdikbud.go.id dapat menjadi penguatan sistem pendidikan di tanah air hingga ke daerah terluar sekali pun, tentu bagi wilayah yang sudah terjangkau jaringan internet.
Betapa tidak, orangtua bisa langsung mendampingi anak-anak belajar secara online dengan aplikasi tersebut. Penguatan ekosistem sistem pendidikan dengan adanya aplikasi itu sangat bisa sekali dan tepat di era kemajuan teknologi sekarang.
Sebab, guru, orangtua serta masyarakat dalam bentuk komunitas bisa berinteraksi langsung melalui aplikasi Ruang Belajar, tambahnya.
Apa hendak dikata, kini sudah berada di gerbang masuk era revolusi industri 4.0. Perkembangan teknologi tak akan terpisahkan lagi dari kehidupan masyarakat dewasa ini. Tentu termasuk dengan anak-anak yang menjadi generasi bangsa akan dihadapkan dengan revolusi industri 4.0 kala mereka beranjak dewasa kelak.
Hanya saja bagaimana cerdas dalam memanfaatkan kemajuan yang terjadi, terutama untuk anak-anak sejak dini dengan mengarahkan ke hal-hal yang positif dalam menggunakan gadget. Seperti kehadiran aplikasi Rumah Belajar yang memberi multiplayer efek dalam menunjang pendidikan dan pelibatan keluarga di era revolusi industri 4.0.
Hal inilah terjadi suatu hari di penghujung liburan sekolah usai menerima rapor semester kedua atau naik kelas pada 2019. Seorang murid sekolah dasar yang beranjak naik ke kelas VI merengek kepada mamanya agar tetap bisa bermain gadget. Tujuannya bermain android bukanlah untuk game, tapi bisa belajar dengan aplikasi seperti diiklankan televisi.
Seakan mendesak, sudah kesekian kalinya meminta agar bisa mendaftarkan dirinya di aplikasi Ruang Guru. Anak bernama M.Raziq Yasir ini kian tergoda belajar online dengan gencar iklan diskon yang disuguhkan televisi di rumahnya.
Respon dingin dari mamanya bernama Yati (41) dengan menimbang-nimbang sembari membuat argumen yang tepat. Sepertinya sang mama ingin melihat keseriusan dan kemauan belajar online anaknya dengan menggunakan gadget tersebut.
Permintaan sudah berulang kali sebagai aspirasi disampaikan sang anak. Bahkan iklan promo 50 persen sehari lagi akan berakhir. Maka diskusikan oleh sang mama dengan papa dihadapan anak berkulit sawo matang itu.
Alhasil, didapat kesimpulan yang bermuara ke aplikasi Rumah Belajar yang dicetuskan Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (Pustekkom) Kemendikbud RI.
Yati mengatakan, kalau sudah setuju belajar online dengan Rumah Belajar, mamanya berkenan untuk meminjamkan gadget, dan langsung saja mendaftar. Hanya berselang hitungan menit, Razid langsung meminjam gadget orangtuanya untuk membuka aplikasi Rumah Belajar yang sudah diperlihatkan papanya.
Anak SD Kelumbuk, Kota Padang, Sumatera Barat itu tetap dipandu membuka aplikasi karena baru mulai agar tidak salah. Akses cukup cepat dan begitu mudah terbuka aplikasinya.
"Ada aplikasi gratis ini, kenapa harus memakai yang berbayar. Kalau aplikasi ini, kan tinggal keluarkan uang untuk beli paket internet saja agar bisa rutin belajar," cetus Raziq sambil tersenyum.
Proses pendaftaran langsung dilakukan dengan mengklik https://belajar.kemdikbud.go.id maka muncul tipe pendaftaran dengan pilihan Guru atau Siswa.
Pilihan ke tipe siswa dan ketika diklik muncul formulir sehingga langsung diisi formulir online itu. Lalu ada pilihan mulai dari provinsi, kabupaten/kota dan sekolah, kemudian masukan Nomor NISN siswa.
Aplikasi Rumah Belajar merupakan portal pembelajaran yang menyediakan bahan ajar dan fasilitas komunikasi serta interaksi komunitas. Rumah Belajar diperuntukkan untuk siswa, guru dan masyarakat umum. Aplikasi ini proses belajar kapan saja dan dimana saja serta dengan siapa saja, tentu selama akses internet ada.
Fitur-fitur yang bisa diakses di aplikasi Rumah Belajar meliputi sumber belajar, bank soal, buku sekolah elektronik, kelas maya, laboratorium maya, peta belajar, wahana jelajah angkasa. Peningkatan kompetensi pembelajaran, karya komunitas, karya guru, karya bahasa dan sastra.
Sedangkan konten-konten yang tersedia di aplikasi Rumah Belajar mulai dari tingkat PAUD, TK, SD, SMP dan SMA sederajat. Yati pun tetap mendampingi anaknya belajar menggunakan gadget saat belajar online di rumah.
Terkait penggunaan tahap awal atau baru beberapa waktu, anak itu lebih memilih kepada fitur Bank Soal, dimana berisi kumpulan soal-soal latihan/tes. Menyinggung soal batas waktu, Yati mengakui tetap memberi batas waktu agar tidak terlalu berjam-jam memakai android karena bisa berdampak terhadap.
"Ya...waktu belajar online tetap dibatasi, paling lama satu hingga dua jam sehari. Jika berlama-lama bisa berdampak pula pada mata dan jenuh,"ujarnya.
Implementasi dan penguatan ekosistem
Pakar Teknologi Pembelajaran Universitas Negeri Padang (UNP) Dr. Abna Hidayati, M.Pd mengatakan, aplikasi Rumah Belajar merupakan salah satu bentuk implementasi pembelajaran di era revolusi industri 4.0.
Era revolusi industri 4.0 merupakan era pembelajaran digital, dimana peserta didik difasilitasi untuk dapat belajar secara online dan offline. Online dengan menggunakan apalikasi Rumah Belajar dan offline dengan tatap muka di depan kelas.
Pembelajaran dengan sistem Rumah Belajar ini memungkinkan pembelajaran lebih fleksibel dan lebih simple. Siswa dapat belajar dimana saja dan kapan saja. Guru pun dapat memantau pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan menggunakan sejumlah aplikasi yang ada, kata sekretaris Program Studi Teknologi Pendidikan FIP UNP itu.
Dalam aplikasi Rumah Belajar tersebut, pembelajaran dibuat dengan menggunakan animasi dan video pembelajaran dan memungkinkan pembelajaran dapat berlangsung menarik dan menantang bagi anak.
Secara teori, kata dia, memang media pembelajaran yang inovatif dapat merangsang anak dalam belajar. Anak dirangsang untuk berfikir tingkat tinggi melalui media pembelajaran tersebut.
Menurut dia, aplikasi Rumah Belajar tersebut, dibuat seolah-olah anak selalu berdampingan dengan guru meskipun dalam bentuk dunia maya. Anak dapat lebih fleksibel dalam belajar.
Era revolusi industri 4.0 merupakan era digitalisasi dalam pembelajaran. Semua bidang dalam era revolusi industri 4.0 tersebut sudah digital, baik bidang ekonomi, sosial dan lainnya.
"Tentu kondisi tersebut harus disikapi dalam pembelajaran. Artinya pembelajaran harus juga mengikuti digitalisasi. Program pembelajaran digital diantaranya blanded learning, pembelajaran online, aplikasi Rumah Belajar dan aplikasi pembelajaran lainnya," kata doktor muda itu.
Bahkan, tak kalah pentingnya hadirnya aplikasi Rumah Belajar dari Kemdikbud RI dengan situs https://belajar.kemdikbud.go.id dapat menjadi penguatan sistem pendidikan di tanah air hingga ke daerah terluar sekali pun, tentu bagi wilayah yang sudah terjangkau jaringan internet.
Betapa tidak, orangtua bisa langsung mendampingi anak-anak belajar secara online dengan aplikasi tersebut. Penguatan ekosistem sistem pendidikan dengan adanya aplikasi itu sangat bisa sekali dan tepat di era kemajuan teknologi sekarang.
Sebab, guru, orangtua serta masyarakat dalam bentuk komunitas bisa berinteraksi langsung melalui aplikasi Ruang Belajar, tambahnya.