Lubuksikaping (ANTARA) - Sebanyak 525 kepala keluarga (KK) di Nagari Muaro Seilolo, Kecamatan Mapattunggul Selatan, Kabupaten Pasaman, hingga kini belum menikmati penerangan dari listrik.
Masyarakat di empat kejorongan itu belum menikmati aliran listrik sama sekali. Penyebabnya pun beragam, selain letaknya di daerah terpencil dan terisolir, faktor kemiskinan juga menjadi kendala, kata Walinagari Muaro Seilolo, Ogi Arianto, di Padanggelugur, Selasa.
Ia mengatakan, empat Jorong itu terdiri atas, Jorong Patamuan, Jorong Pintuai, Ranah Betung dan Aia Barayun. Keempat Jorong ini masih tertinggal dari berbagai sektor.
"Jorong yang belum tersentuh aliran listrik di Nagari Muaro Seilolo, terdiri atas Jorong Patamuan 300 KK, Pintuai 110 KK, Ranah Betung 70 KK, Aia Menyuruak 45 KK," ungkap Ogi.
Selain belum tersentuh aliran listrik, kata dia, jorong tersebut juga belum tersentuh infrastruktur lainnya, seperti jalan, jaringan telekomunikasi, dan fasilitas umum. Kondisi tersebut membuat kehidupan masyarakat disana semakin tertinggal.
Selama ini, kata Ogi, masyarakat setempat hanya memanfaatkan penerangan listrik secara swadaya dan milik pribadi warga setempat untuk menerangi rumahnya.
"Penerangan berasal dari PLTMH milik pribadi dan diesel. Jika menggunakan jasa penerangan dari kedua sumber itu, warga harus bayar sebesar Rp25 ribu per bola lampu," ujarnya.
Permasalahan masyarakat di Nagari Muaro Seilolo terbilang pelik. Tak hanya minim penerangan listrik, tingkat pendidikan masyarakat disana juga masih rendah. Demikian pula dengan angka putus sekolah masih terbilang tinggi.
"Pendidikan masyarakat juga masih terbelakang. Angka putus sekolah juga masih banyak. Kalau jumlahnya saya lupa datanya berapa, ada di kantor," ujarnya.
Berikutnya, angka kemiskinan juga tergolong tinggi di nagari itu. Masyarakatnya, kata dia, masih banyak hidup di bawah garis kemiskinan. Hal itu terbukti dengan tingginya masyarakat setempat tercatat sebagai penerima bantuan sosial.
"Harapan masyarakat, pengaspalan jalan yang masih tanah harus disegerakan agar kehidupan masyarakat terangkat, ekonomi masyarakat meningkat," ujarnya.
Masyarakat di empat kejorongan itu belum menikmati aliran listrik sama sekali. Penyebabnya pun beragam, selain letaknya di daerah terpencil dan terisolir, faktor kemiskinan juga menjadi kendala, kata Walinagari Muaro Seilolo, Ogi Arianto, di Padanggelugur, Selasa.
Ia mengatakan, empat Jorong itu terdiri atas, Jorong Patamuan, Jorong Pintuai, Ranah Betung dan Aia Barayun. Keempat Jorong ini masih tertinggal dari berbagai sektor.
"Jorong yang belum tersentuh aliran listrik di Nagari Muaro Seilolo, terdiri atas Jorong Patamuan 300 KK, Pintuai 110 KK, Ranah Betung 70 KK, Aia Menyuruak 45 KK," ungkap Ogi.
Selain belum tersentuh aliran listrik, kata dia, jorong tersebut juga belum tersentuh infrastruktur lainnya, seperti jalan, jaringan telekomunikasi, dan fasilitas umum. Kondisi tersebut membuat kehidupan masyarakat disana semakin tertinggal.
Selama ini, kata Ogi, masyarakat setempat hanya memanfaatkan penerangan listrik secara swadaya dan milik pribadi warga setempat untuk menerangi rumahnya.
"Penerangan berasal dari PLTMH milik pribadi dan diesel. Jika menggunakan jasa penerangan dari kedua sumber itu, warga harus bayar sebesar Rp25 ribu per bola lampu," ujarnya.
Permasalahan masyarakat di Nagari Muaro Seilolo terbilang pelik. Tak hanya minim penerangan listrik, tingkat pendidikan masyarakat disana juga masih rendah. Demikian pula dengan angka putus sekolah masih terbilang tinggi.
"Pendidikan masyarakat juga masih terbelakang. Angka putus sekolah juga masih banyak. Kalau jumlahnya saya lupa datanya berapa, ada di kantor," ujarnya.
Berikutnya, angka kemiskinan juga tergolong tinggi di nagari itu. Masyarakatnya, kata dia, masih banyak hidup di bawah garis kemiskinan. Hal itu terbukti dengan tingginya masyarakat setempat tercatat sebagai penerima bantuan sosial.
"Harapan masyarakat, pengaspalan jalan yang masih tanah harus disegerakan agar kehidupan masyarakat terangkat, ekonomi masyarakat meningkat," ujarnya.