Bukittinggi, (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Kototabang menyatakan kualitas udara secara umum di wilayah Sumatera Barat dalam level sedang.
"Dari visual udara yang tampak kabur menunjukkan sudah di level sedang," kata Kepala BMKG Stasiun GAW Wan Dayantolis saat dikonfirmasi dari Bukittinggi, Selasa.
Berdasarkan informasi konsentrasi partikulat (PM10) di Bukit Kototabang menunjukkan angka 55 µgram/m3.
"Di Bukit Kototabang udara lebih bersih. Jika di daerah yang udaranya tampak lebih kabur, tingkat polusinya bisa lebih tinggi," ujarnya.
Level sedang berada dalam rentang 50-150 µgram/m3. Sementara nilai ambang batas konsentrasi polusi udara yang diperbolehkan di udara ambien yaitu 150 µgram/m3.
Penurunan kualitas udara Sumbar perlu lebih diwaspadai dan diperhatikan karena pola angin menunjukkan angin dari wilayah timur dan selatan Sumatera mengarah ke Sumbar.
Arah tersebut merupakan daerah terpantau atau terjadinya hotspot dan kebakaran lahan.
Dalam dua pekan terakhir berdasarkan data dari website SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, telah terpantau sebanyak 233 hotspot di wilayah Riau, 56 hotspot di Jambi dan 202 titik di wilayah Sumatera Selatan.
Wilayah Sumbar terutama Kabupaten Limapuluh Kota, Sijunjung dan Dharmasraya yang berbatasan langsung dengan Riau dan Jambi perlu diwaspadai dampak penurunan kualitas udara jika hotspot meningkat dan curah hujan terus berkurang.
"Terlebih prakiraan hujan pada dasarian III Agustus 2019, curah hujan rendah di wilayah tengah hingga selatan Sumatera. Hujan bermanfaat sebagai pencuci udara," katanya.
Karena kondisi tersebut, masyarakat diminta untuk melakukan aktivitas ramah lingkungan, tidak sembarangan melakukan pembakaran dan jika merasa diperlukan dapat menggunakan masker saat ke luar rumah. (*)
"Dari visual udara yang tampak kabur menunjukkan sudah di level sedang," kata Kepala BMKG Stasiun GAW Wan Dayantolis saat dikonfirmasi dari Bukittinggi, Selasa.
Berdasarkan informasi konsentrasi partikulat (PM10) di Bukit Kototabang menunjukkan angka 55 µgram/m3.
"Di Bukit Kototabang udara lebih bersih. Jika di daerah yang udaranya tampak lebih kabur, tingkat polusinya bisa lebih tinggi," ujarnya.
Level sedang berada dalam rentang 50-150 µgram/m3. Sementara nilai ambang batas konsentrasi polusi udara yang diperbolehkan di udara ambien yaitu 150 µgram/m3.
Penurunan kualitas udara Sumbar perlu lebih diwaspadai dan diperhatikan karena pola angin menunjukkan angin dari wilayah timur dan selatan Sumatera mengarah ke Sumbar.
Arah tersebut merupakan daerah terpantau atau terjadinya hotspot dan kebakaran lahan.
Dalam dua pekan terakhir berdasarkan data dari website SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, telah terpantau sebanyak 233 hotspot di wilayah Riau, 56 hotspot di Jambi dan 202 titik di wilayah Sumatera Selatan.
Wilayah Sumbar terutama Kabupaten Limapuluh Kota, Sijunjung dan Dharmasraya yang berbatasan langsung dengan Riau dan Jambi perlu diwaspadai dampak penurunan kualitas udara jika hotspot meningkat dan curah hujan terus berkurang.
"Terlebih prakiraan hujan pada dasarian III Agustus 2019, curah hujan rendah di wilayah tengah hingga selatan Sumatera. Hujan bermanfaat sebagai pencuci udara," katanya.
Karena kondisi tersebut, masyarakat diminta untuk melakukan aktivitas ramah lingkungan, tidak sembarangan melakukan pembakaran dan jika merasa diperlukan dapat menggunakan masker saat ke luar rumah. (*)