Tua Peijat (ANTARA) - Menjawab persoalan tudingan masyarakat kepada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Tuapeijat yang dinilai tak maksimal melakukan layanan pendistribusian air kepada masyarakat, ternyata ada beberapa kendala diantaranya bendungan bocor, bak penampungan yang tidak berfungsi maksimal.
PPTK Operasioan UPT PAM Kabupaten Kepulauan Mentawai, SyahriEviJaya, Kamis, menjelaskan bak dan bendungan yang menjadi penampungan air ada di SP 3, Sipora Utara yang saat ini digunakan, merupakan bangunan dari Pemprov Sumbar sejak 2001 bersamaan dengan 1 bendungan lama yang dibangun pada 2005.
Saat ini kata diaada 2 unit bendungan air, satu yang dibangun Pemprov pada 2005, satu lagi yang dibangun dari anggaran Pemda Mentawai pada 2015.
Kemudian ada 5 bak penampung yang tersedia yang tersebar di beberapa titik yakni di SP.3, depan Makodim Mentawai, komplek pesantren di kilometer 8, SP.2, Mapaddegat dan Kilometer 1.
Kondisi bendungan sebagai sumber air untuk masyarakat di Tuapeijat kata Syahri Evi Jaya, satu unit ada yang mengalami kebocoran pada sayap bendungan yang dibangun Pemda pada 2015, sementara bendungan yang dibangun Pemprov pada 2005 hanya perlu diperbesar.
"Untuk perbaikannya kita baru dapat anggarannya senilai Rp1,3 miliar tahun ini (APBD 2019) itu pun dari DAK," kata Syahri Evi Jaya.
Sebelumnya kata Syahri Evi Jaya pernah mengusulkan anggaran untuk pembenahan dan perbaikan fisik PAM, tidak ada respon, dan baru pada 2019.
Sebenarnya kata Syahri Evi Jaya di Tuapeijat tidak mengalami kekurangan debit air justru masih mencukupi.
"Dikasih anggaran Rp1 miliar apa yang mau kita bangun, debit air kita itu masih mencukupi, selama ini anggaran yang ada sama kita itu hanya biaya operasional rutin yang digunakan untuk pendistribusian beli minyak, pernah kita usulkan tetapi tidak penuh anggarannya," kata Syahri.
Pelanggan PAM yang ada di Tuapeijat saat ini ada sekitar 460, jaringan pipa air PAM kata Syahri sampai di Kilometer 2, sementara ada 2 unit yang tidak digunakan yakni di Mapaddegat tempat penampung air tidak berfungsi maksimal karena elevasi terlalu dalam sehingga air yang keluar hanya separuh.
Sementara di Kilometer 0, bak penampung air tersedia namun masih terkendala pada pipa yang bocor pada saat pembangunan jalan lingkungan di sekitar lokasi tersebut, pernah usulkan juga anggarannya tetapi lagi-lagi tidak dimasukkan dalam APBD.
"Itu pun yang ada sekarang itu adalah anggaran di DAK kalau kita berfikir dari APBD tidak tembus, maka saya lobi lobi ke Palembang akhirnya dapatlah anggaran ini," katanya lagi.
Saat kata Syahri, yang perlu dibenahi itu adalah sumber air, kemudian soal SDM.
PPTK Operasioan UPT PAM Kabupaten Kepulauan Mentawai, SyahriEviJaya, Kamis, menjelaskan bak dan bendungan yang menjadi penampungan air ada di SP 3, Sipora Utara yang saat ini digunakan, merupakan bangunan dari Pemprov Sumbar sejak 2001 bersamaan dengan 1 bendungan lama yang dibangun pada 2005.
Saat ini kata diaada 2 unit bendungan air, satu yang dibangun Pemprov pada 2005, satu lagi yang dibangun dari anggaran Pemda Mentawai pada 2015.
Kemudian ada 5 bak penampung yang tersedia yang tersebar di beberapa titik yakni di SP.3, depan Makodim Mentawai, komplek pesantren di kilometer 8, SP.2, Mapaddegat dan Kilometer 1.
Kondisi bendungan sebagai sumber air untuk masyarakat di Tuapeijat kata Syahri Evi Jaya, satu unit ada yang mengalami kebocoran pada sayap bendungan yang dibangun Pemda pada 2015, sementara bendungan yang dibangun Pemprov pada 2005 hanya perlu diperbesar.
"Untuk perbaikannya kita baru dapat anggarannya senilai Rp1,3 miliar tahun ini (APBD 2019) itu pun dari DAK," kata Syahri Evi Jaya.
Sebelumnya kata Syahri Evi Jaya pernah mengusulkan anggaran untuk pembenahan dan perbaikan fisik PAM, tidak ada respon, dan baru pada 2019.
Sebenarnya kata Syahri Evi Jaya di Tuapeijat tidak mengalami kekurangan debit air justru masih mencukupi.
"Dikasih anggaran Rp1 miliar apa yang mau kita bangun, debit air kita itu masih mencukupi, selama ini anggaran yang ada sama kita itu hanya biaya operasional rutin yang digunakan untuk pendistribusian beli minyak, pernah kita usulkan tetapi tidak penuh anggarannya," kata Syahri.
Pelanggan PAM yang ada di Tuapeijat saat ini ada sekitar 460, jaringan pipa air PAM kata Syahri sampai di Kilometer 2, sementara ada 2 unit yang tidak digunakan yakni di Mapaddegat tempat penampung air tidak berfungsi maksimal karena elevasi terlalu dalam sehingga air yang keluar hanya separuh.
Sementara di Kilometer 0, bak penampung air tersedia namun masih terkendala pada pipa yang bocor pada saat pembangunan jalan lingkungan di sekitar lokasi tersebut, pernah usulkan juga anggarannya tetapi lagi-lagi tidak dimasukkan dalam APBD.
"Itu pun yang ada sekarang itu adalah anggaran di DAK kalau kita berfikir dari APBD tidak tembus, maka saya lobi lobi ke Palembang akhirnya dapatlah anggaran ini," katanya lagi.
Saat kata Syahri, yang perlu dibenahi itu adalah sumber air, kemudian soal SDM.