Tuapejat, (Antaranews Sumbar) - Festival Masyarakat Adat yang selenggarakan oleh Yayasan Citra Mandiri Mentawai (YCMM) Sumatera Barat, menampilkan ritual pengobatan yang dilakukan oleh sikerei atau dukun tradisional Mentawai.
Pimpinan Sanggar Uma Jaraik Sikerei, Yoseph Sagari, usai penampilan di Tuapejat, Kamis malam, mengatakan ritual tersebut biasanya dilakukan oleh sikerei untuk mengobati orang yang sakit.
"Ritual yang disebut dengan Lajo Simagre atau penyatuan roh ini hanya boleh dilakukan oleh sikerei," katanya.
Ia menyebutkan, ritual tersebut dibagi pada tiga bagian. Bagian pertama adalah pemanggilan roh, termasuk di dalamnya roh leluhur, roh orang yang hadir dalam acara serta segala roh yang ada di alam.
Bagian kedua adalah interaksi antara sikerei dengan roh yang sebelumnya sudah dikumpulkan, dan pada bagian ini sikerei akan meminta ijin untuk melakukan ritual pengobatan.
Sementara bagian ketiga atau terakhir adalah pengembalian roh ke masing-masing diri, dengan kembalinya roh tersebut maka setiap orang terutama yang sakit akan dapat melakukan aktifitas kembali sebagaimana mestinya.
"Pengobatan ini dilakukan agar tubuh dapat terjaga atau diberi keselamatan dalam beraktifitas, dan penyakit yang ada akan disembuhkan oleh alam dengan perantaraan sikerei," ujarnya.
Lebih lanjut Yoseph menjelaskan, pada ritual ini terdapat beberapa unsur yang digunakan, seperti nyanyian roh yang dilafalkan oleh sikerei, lonceng serta gajeuma atau gendang.
Selain itu juga terdapat potongan bambu yang diisi air dan dedaunan, ayam hidup serta sesajian berupa keladi rebus dan telur masak yang nantinya akan dimakan oleh orang-orang yang hadir.
Penampilan ritual pengobatan tersebut ditampilkan oleh tiga orang sikerei yang berasal dari Siberut Selatan, yaitu Sikerei Ailekkok, Sikerei Pangarita Tasiritoitet dan Sikerei Aikub Sakalio.
Sebelumnya Direktur YCMM, Rifai mengatakan kegiatan ini diharapkan dapat menjadi ruang bagi masyarakat adat untuk mengekspresikan sistim nilai hidup, pengetahuan, teknologi, pengobatan dan bentuk bentuk kearifan lokal lainnya serta kebutuhan mereka untuk diakui dan dihormati.
"Pemahaman tentang masyarakat adat dapat manjadi dasar untuk membaiknya penerimaan, penghargaan dan penghormatan terhadap keunikan yang dimiliki masyarakat adat," ujarnya.***4***
Pimpinan Sanggar Uma Jaraik Sikerei, Yoseph Sagari, usai penampilan di Tuapejat, Kamis malam, mengatakan ritual tersebut biasanya dilakukan oleh sikerei untuk mengobati orang yang sakit.
"Ritual yang disebut dengan Lajo Simagre atau penyatuan roh ini hanya boleh dilakukan oleh sikerei," katanya.
Ia menyebutkan, ritual tersebut dibagi pada tiga bagian. Bagian pertama adalah pemanggilan roh, termasuk di dalamnya roh leluhur, roh orang yang hadir dalam acara serta segala roh yang ada di alam.
Bagian kedua adalah interaksi antara sikerei dengan roh yang sebelumnya sudah dikumpulkan, dan pada bagian ini sikerei akan meminta ijin untuk melakukan ritual pengobatan.
Sementara bagian ketiga atau terakhir adalah pengembalian roh ke masing-masing diri, dengan kembalinya roh tersebut maka setiap orang terutama yang sakit akan dapat melakukan aktifitas kembali sebagaimana mestinya.
"Pengobatan ini dilakukan agar tubuh dapat terjaga atau diberi keselamatan dalam beraktifitas, dan penyakit yang ada akan disembuhkan oleh alam dengan perantaraan sikerei," ujarnya.
Lebih lanjut Yoseph menjelaskan, pada ritual ini terdapat beberapa unsur yang digunakan, seperti nyanyian roh yang dilafalkan oleh sikerei, lonceng serta gajeuma atau gendang.
Selain itu juga terdapat potongan bambu yang diisi air dan dedaunan, ayam hidup serta sesajian berupa keladi rebus dan telur masak yang nantinya akan dimakan oleh orang-orang yang hadir.
Penampilan ritual pengobatan tersebut ditampilkan oleh tiga orang sikerei yang berasal dari Siberut Selatan, yaitu Sikerei Ailekkok, Sikerei Pangarita Tasiritoitet dan Sikerei Aikub Sakalio.
Sebelumnya Direktur YCMM, Rifai mengatakan kegiatan ini diharapkan dapat menjadi ruang bagi masyarakat adat untuk mengekspresikan sistim nilai hidup, pengetahuan, teknologi, pengobatan dan bentuk bentuk kearifan lokal lainnya serta kebutuhan mereka untuk diakui dan dihormati.
"Pemahaman tentang masyarakat adat dapat manjadi dasar untuk membaiknya penerimaan, penghargaan dan penghormatan terhadap keunikan yang dimiliki masyarakat adat," ujarnya.***4***