Padang, (Antaranews Sumbar) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Padang Panjang, Sumatera Barat mencatat terjadi 14 kali gempa yang berpusat di Mentawai sejak Kamis (27/7) hingga Jumat dengan kekuatan 4,2 Skala Richter hingga 2,9 Skala Richter.
"Gempa mentawai ini disebabkan oleh Zona Subduksi dangkal atau yang disebut sebagai ”Megathrust Subduction Sumatera" kata Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Geofisika BMKG Padang Panjang Mamuri di saat dihubungi dari Padang, Jumat.
Ia menjelaskan gempa berpusat di jalur subduksi lempeng tektonik India-Australia dan Eurasia di Indonesia yang memanjang dari pantai barat Sumatera sampai ke selatan Nusa Tenggara.
Pada sistim subduksi Sumatera dicirikan dengan menghasilkan rangkaian busur pulau depan (forearch islands) yangnon vulkanik meliput Pulau Simeulue, Nias, Banyak, Batu, Siberut hingga Pulau Enggano.
Menurutnya Lempeng India-Australia menunjam ke bawah lempeng Benua Eurasia dengan kecepatan lebh kurang 50-60 milimeter per tahun.
Ia menyampaikan Stasiun Geofisika Padang Panjang akan terus memonitor perkembangan gempa bumi Mentawai.
Ia merinci gempa pertama terjadi pada Kamis 26 Juli 2018 pukul 17.34 WIB, kemudian pukul 2.10 WIB dengan kekuatan 4,4 SR.
Lalu pukul 22.12 WIB dengan kekuatan 4,9 Skala Richter, pukul 22.23 WIB dengan kekuatan 3,4 Skala Richter, pukul 22.29 WIB dengan kekuatan 3,5 Skala Richter, pukul 22.34 WIB dengan kekuatan 3,3 Skala Richter.
Kemudian pukul 22.36 WIB dengan kekuatan 3,3 Skala Richter, pukul 22.37 WIB dengan kekuatan 3,4 Skala Richter, pukul 23.19 WIB dengan kekuatan 3,3 Skala Richter, pukul 23.46 WIB dengan kekuatan 3 Skala Richter.
Selanjutnya pada Jumat pukul 0.32 WIB dengan kekuatan 2,9 Skala Richter, pukul 1.20 WIB dengan kekuatan 3 Skala Richter, pukul 6.37 WIB dengan kekuatan 3,2 Skala Richter, dan pukul 8.16 WIB dengan kekuatan 3,1 Skala Richter. (*)
"Gempa mentawai ini disebabkan oleh Zona Subduksi dangkal atau yang disebut sebagai ”Megathrust Subduction Sumatera" kata Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Geofisika BMKG Padang Panjang Mamuri di saat dihubungi dari Padang, Jumat.
Ia menjelaskan gempa berpusat di jalur subduksi lempeng tektonik India-Australia dan Eurasia di Indonesia yang memanjang dari pantai barat Sumatera sampai ke selatan Nusa Tenggara.
Pada sistim subduksi Sumatera dicirikan dengan menghasilkan rangkaian busur pulau depan (forearch islands) yangnon vulkanik meliput Pulau Simeulue, Nias, Banyak, Batu, Siberut hingga Pulau Enggano.
Menurutnya Lempeng India-Australia menunjam ke bawah lempeng Benua Eurasia dengan kecepatan lebh kurang 50-60 milimeter per tahun.
Ia menyampaikan Stasiun Geofisika Padang Panjang akan terus memonitor perkembangan gempa bumi Mentawai.
Ia merinci gempa pertama terjadi pada Kamis 26 Juli 2018 pukul 17.34 WIB, kemudian pukul 2.10 WIB dengan kekuatan 4,4 SR.
Lalu pukul 22.12 WIB dengan kekuatan 4,9 Skala Richter, pukul 22.23 WIB dengan kekuatan 3,4 Skala Richter, pukul 22.29 WIB dengan kekuatan 3,5 Skala Richter, pukul 22.34 WIB dengan kekuatan 3,3 Skala Richter.
Kemudian pukul 22.36 WIB dengan kekuatan 3,3 Skala Richter, pukul 22.37 WIB dengan kekuatan 3,4 Skala Richter, pukul 23.19 WIB dengan kekuatan 3,3 Skala Richter, pukul 23.46 WIB dengan kekuatan 3 Skala Richter.
Selanjutnya pada Jumat pukul 0.32 WIB dengan kekuatan 2,9 Skala Richter, pukul 1.20 WIB dengan kekuatan 3 Skala Richter, pukul 6.37 WIB dengan kekuatan 3,2 Skala Richter, dan pukul 8.16 WIB dengan kekuatan 3,1 Skala Richter. (*)