Beijing, (Antaranews Sumbar) - China pada Selasa mengusulkan pengangkatan sanksi pada Korea Utara (Korut) bisa dipertimbangkan jika negara itu tunduk pada resolusi PBB, karena Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah berjanji untuk upaya perlucutan senjata nuklir.


        China telah menyetujui sanksi-sanksi PBB yang semakin keras terhadap Korea Utara menyusul uji coba nuklir dan rudal yang dilakukan Pyongyang. Namun, China juga selalu mengatakan sanksi itu harus disertai dengan pembicaraan untuk resolusi politik.


        China adalah pendukung ekonomi dan diplomatik Korea Utara yang paling penting meskipun marah terhadap tindakan uji coba nuklir Pyongyang.


        Berbicara di Beijing setelah Trump dan Kim menandatangani pernyataan bersama di akhir pertemuan bersejarah mereka di Singapura, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang menegaskan bahwa China selalu secara ketat mematuhi semua resolusi PBB tentang Korea Utara.


        "Resolusi Dewan Keamanan PBB yang telah disahkan menyatakan bahwa jika Korea Utara menghormati dan bertindak sesuai dengan resolusi, maka langkah-langkah sanksi dapat disesuaikan, termasuk untuk menghentikan sementara atau menghapus sanksi yang relevan," kata Geng.


        "China telah secara konsisten menyatakan bahwa sanksi bukan tujuan utama dalam hal ini. Tindakan Dewan Keamanan harus mendukung dan menyesuaikan dengan upaya pembicaraan diplomatik saat ini menuju perlucutan senjata nuklir di Semenanjung Korea, dan mendorong solusi politik untuk semenanjung itu," lanjutnya.


        "Sebagai pihak penting yang terlibat dalam masalah Semenanjung Korea, dan sebagai penandatangan gencatan senjata, China memiliki tanggung jawab dan kewajiban untuk memainkan peran yang layak dalam kemajuan menuju semenanjung Korea yang bebas nuklir," ujar Geng.


        Ketika menyangkut soal Korea Utara, Beijing memiliki kepentingan strategis utama dan telah lama khawatir bahwa jatuhnya Korut sebagai negara yang terisolasi dapat mendorong gelombang pengungsi ke China timur laut, atau bahwa perang nuklir di semenanjung Korea dapat mencemari wilayah China.

        Korea Utara juga berperan sebagai negara berharga penyangga antara China dan pasukan AS di Korea Selatan.


        Berbicara sebelumnya pada hari yang sama di Beijing, diplomat tinggi pemerintah China, Penasihat Negara Wang Yi, mengatakan China berharap Amerika Serikat dan Korea Utara dapat mencapai kesepakatan tentang perjanjian damai.


        "Kami berharap bahwa para pemimpin tertinggi kedua negara dapat menghilangkan hambatan, membangun rasa saling percaya, mengatasi kesulitan dan dapat mencapai konsensus dasar untuk mempromosikan dan mencapai perlucutan nuklir di semenanjung serta mempromosikan dan membangun mekanisme perdamaian untuk semenanjung," kata Wang kepada wartawan. 


        "Tentu saja, kami ingin melihat semua pihak terkait melakukan upaya positif dalam hal ini. China akan terus memainkan peran konstruktif," tambahnya.


        China memandang masalah nuklir di Semenanjung Korea sebagai masalah keamanan, dan yang paling penting adalah bagi Amerika Serikat dan Korea Utara untuk duduk bersama dan mencari jalan untuk menyelesaikan masalah mereka, ujarnya.

        "Pada saat yang sama, perlu ada mekanisme perdamaian untuk semenanjung itu, untuk menyelesaikan masalah keamanan Korea Utara. Saya pikir tidak ada yang dapat meragukan peran yang sangat unik dan penting yang dimainkan China. Dan peran ini akan terus berlanjut," katanya.


        Perang Korea 1950-53 berakhir dengan gencatan senjata dan secara teknis keadaan perang masih berlanjut di antara Korea Utara dan Korea Selatan.(*)

Pewarta : Antara/Reuters
Editor : Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2024