Washington, (Antara/RIA Novosti-OANA) - Meteor yang jatuh di Rusia pada Jumat (15/2) memancing ketertarikan dan sumbangan dana dari rakyat Amerika Serikat atau menjadi pertanda kepedulian internasional mengenai bahaya benda angkasa yang menabrak bumi.
"Pada akhir pekan kami mendapati aktivitas internet dengan seribu kali lebih sibuk daripada hari biasa atau dengan kata lain ribuan dolar AS telah masuk ke kas kami dari seluruh dunia," kata Diane Murphy, juru bicara Yayasan B612 sebagai perusahaan nonprofit untuk pengamatan asteroid.
Yayasan tersebut sangat bergantung pada donasi untuk membangun teleskop infra merah antariksa pelacak benda luar angkasa.
Sepekan sebelum jatuhnya meteor di timur Rusia, Murphy mengatakan perhatian dunia sedang tertuju pada asteroid 2012 DA14 berukuran 46 meter.
Benda angkasa yang berjarak 27.681 kilometer dari bumi itu ditemukan oleh astronom amatir.
"Namun tidak seorang pun bisa memperkirakan meteorit mencapai tanah Rusia," kata Murphy.
"Saya berpikir peristiwa itu mengejutkan masyarakat dan membuat mereka sadar bahwa benda angkasa bisa jatuh ke bumi kapan saja. Anda tidak akan tahu tiba-tiba rumah tetangga anda kejatuhan meteor," katanya.
B612 dan Badan Antariksa AS (NASA) meluncurkan teleskop infra merah ke orbit Planet Venus yang dapat menentukan lokasi asteroid yang tidak teridentifikasi.
Teleskop itu mampu mendeteksi benda angkasa untuk 20-50 tahun sebelum terjadinya tabrakan benda angkasa yang menghantam bumi.
"Terdapat banyak, banyak dan banyak lagi objek di luar angkasa yang harus ditemukan," Rusty Schweickart, mantan astronot Apollo 9 dan salah satu pendiri B612.
Teleskop buatan Yayasan B612 telah dirancang dan sedang menjalani serangkaian uji coba.
Proyek tersebut memakan biaya sebesar 450 juta dolar AS dan akan selesai pada 2017.
"Meteor Chelyabinsk telah membuat takut banyak orang dan ratusan warga terluka. Beruntung kerusakan tidak tergolong parah jika melihat potensi daya rusak dari ukuran meteorit itu," kata John Tonry, peneliti Badan Deteksi Dini Asteroid Angkasa (ATLAS).
ATLAS merupakan salah satu badan bentukan Universitas Hawaii untuk mengembangkan sejumlah teleskop pelacak benda angkasa di dekat bumi.
Badan tersebut bukan dibentuk untuk membelokkan arah asteroid karena ATLAS yang didanai NASA senilai lima juta dolar AS itu bertugas untuk melakukan deteksi dini dan peringatan akan benturan benda angkasa menuju bumi.
Para astronom berharap ATLAS akan beroperasi secara penuh pada akhir tahun 2015.
"Benda asing dapat membunuh ribuan penduduk bumi dan menghancurkan kota," kata Tonry dalam satu pernyataan di situs resmi ATLAS.
Bersama ATLAS, sistem dapat memberikan peringatan dini sepekan sebelum tabrakan untuk objek angkasa berukuran kecil dan tiga minggu untuk objek lebih besar, katanya. (*/jno)