Jakarta, (Antaranews Sumbar) - Gempa bumi berkekuatan 4,4 Skala Richter (SR) menggoyang Banjarnegara, Jawa Tengah, Rabu (18,4) pada pukul 13.28 WIB.
Gempa itu berpusat di posisi 7.21 Lintang Selatan dan 109.65 Bujur Timur.
Orang cenderung berpikir gempa bumi dengan kekuatan di bawah 5 SR kecil kemungkinan akan menimbulkan kerusakan.
Biasanya, kerusakan bangunan atau infrastruktur lainnya terjadi akibat guncangan gempa yang kuat atau di atas magnitudo 5.
Meski magnitudonya kecil, guncangan gempa pada hari Rabu siang itu dirasakan kuat oleh masyarakat di Kecamatan Kalibening, Banjarnegara dan sekitarnya.
Berdasarkan model peta tingkat guncangan (shakemap), tingkat guncangan terbesar terjadi di Kecamatan Kalibening, Banjarnegara pada Skala II SIG-BMKG (IV s.d. V MMI).
Gempa yang mengguncang Banjarnegara telah menimbulkan kerusakan infrastruktur serta fasilitas umum dan jatuhnya korban jiwa maupun luka-luka.
Data sementara menyebutkan sebanyak 316 unit rumah di Kecamatan Kalibening mengalami kerusakan, sebanyak 62 unit di antaranya berlokasi di Desa Kertosari, 217 lainnya di Desa Kasinoman, dan 37 unit di Desa Plorengan.
Gempa tektonik itu juga merusak sejumlah fasilitas umum, yaitu tiga masjid, satu musala, dan satu gedung sekolah (SMPN 2 Kalibening).
Selain itu, berdasarkan pendataan yang dilakukan pada hari Kamis (19-4-2018) pukul 14.00 WIB, sebanyak 455 keluarga yang terdiri atas 1.939 jiwa mengungsi.
Jumlah pengungsi berkurang dari data sebelumnya yang mencapai 526 keluarga yang terdiri atas 2.104 jiwa karena sebagian mengungsi ke rumah keluarganya.
Tercatat dua warga Desa Kasinoman meninggal dunia akibat gempa, yakni Asep (13) dan Kasri (80) serta puluhan lainnya luka-luka.
Pascagempa, berbagai bantuan langsung disalurkan terutama logistik dan kebutuhan pokok lainnya. Kementerian Sosial juga mendirikan dapur umum lapangan dan menurunkan personel Taruna Siaga Bencana (Tagana).
Menteri Sosial Idrus Marham menegaskan bahwa seluruh korban gempa Banjarnegara harus terpenuhi seluruh kebutuhan dasar dan pelayanan sosial lainnya.
Unik
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan bahwa gempa yang mengguncang Banjarnegara merupakan gempa dangkal karena kedalaman pusat gempa hanya 4 kilometer.
Berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa tersebut merupakan gempa dangkal akibat aktivitas sesar lokal dengan mekanisme kombinasi pergerakan mendatar dan naik (Oblique Thrust Fault).
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebutkan gempa Banjarnegara sangat unik karena magnitudonya kurang dari 5 tetapi skala MMI bisa mencapai IV dan V.
"Ini terjadi akibat aktivitas sesar atau patahan aktif yang sifatnya lokal, terutama di situ daerah yang terguncang tersusun atas elemen sedimen yang lunak dan lepas sehingga guncangannya terasa kuat," kata Dwikorita.
Sesar lokal tersebut merupakan patahan baru yang belum teridentifikasi dalam peta sumber dan bahaya gempa bumi yang dikeluarkan pada tahun 2017.
Sesar atau patahan yang sudah diketahui, yaitu Patahan Semangko yang membentang di Pulau Sumatera, yakni dari bagian utara hingga ke selatan yang dimulai dari Aceh hingga ke Teluk Semangka di Lampung.
Patahan Opak yang memisahkan dataran tinggi perbukitan Wonosari (Gunung Kidul) dengan dataran rendah Yogyakarta. Patahan Grindulu merupakan patahan yang terdapat di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.
Patahan Lembang merupakan patahan yang membentang di kawasan Jawa Barat dan memotong dataran Bandung juga Sesar Cimandiri dan Baribis di Jawa Barat.
Patahan Flores yang merupakan salah satu patahan yang aktif di Indonesia berada di wilayah Flores.
Patahan Palu juga dikenal dengan sesar Palu-Koro. Sama dengan patahan-patahan yang lain, patahan Palu-Koro juga merupakan patahan yang dapat menyebabkan gempa lokal.
Patahan Tarera Audina merupakan patahan yang berada di Pulau Papua. Patahan ini merupakan patahan yang tidak aktif, tetapi bisa aktif kembali apabila dipicu gempa besar yang terjadi.
Patahan Jakarta yang dinyatakan tidak aktif. Akan tetapi, karena adanya slicken side, offset, dan pergeseran di sedimen-sedimen Pleistosen dapat mengakibatkan patahan ini aktif sewaktu-waktu. Karena patahan ini, Jakarta berpotensi akan tenggelam suatu saat nanti karena gempa tektonik.
Tetap Tenang
Pascagempa pada hari Rabu tersebut, BMKG mencatat terjadi satu kali gempa bumi susulan dengan kekuatan 2,6 SR pada hari Rabu (18-4-2018) pukul 23.32 WIB.
Biasanya kekuatan gempa susulan akan makin mengecil sebagai bentuk pelepasan energi. BMKG mencatat sejak 12 April hingga 19 April 2018 atau dalam sepekan sebanyak 141 gempa telah terjadi dengan kekuatan gempa bervariasi dan sebanyak 12 di antaranya berkekuatan magnitudo lebih dari 5.
Oleh karena itu, masyarakat khususnya di sekitar Banjarnegara diimbau untuk tetap tenang dan selalu waspada akan segala potensi yang bisa terjadi.
Begitu juga dengan daerah lainnya karena Indonesia yang terletak di kawasan rawan bencana dan dikelilingi patahan-patahan, masyarakat perlu memiliki kesadaran akan potensi bencana yang selalu mengintai.
Bukan hanya gempa bumi, melainkan juga bencana lainnya, seperti banjir, angin langkisau (puting beliung), kekeringan, tanah longsor, dan dan tsunami.
Oleh karena itu, mitigasi dan hidup arif serta bersahabat dengan alam sangat penting dan perlu disadari oleh masyarakat karena Indonesia adalah "supermarket" bencana.(*)
Gempa itu berpusat di posisi 7.21 Lintang Selatan dan 109.65 Bujur Timur.
Orang cenderung berpikir gempa bumi dengan kekuatan di bawah 5 SR kecil kemungkinan akan menimbulkan kerusakan.
Biasanya, kerusakan bangunan atau infrastruktur lainnya terjadi akibat guncangan gempa yang kuat atau di atas magnitudo 5.
Meski magnitudonya kecil, guncangan gempa pada hari Rabu siang itu dirasakan kuat oleh masyarakat di Kecamatan Kalibening, Banjarnegara dan sekitarnya.
Berdasarkan model peta tingkat guncangan (shakemap), tingkat guncangan terbesar terjadi di Kecamatan Kalibening, Banjarnegara pada Skala II SIG-BMKG (IV s.d. V MMI).
Gempa yang mengguncang Banjarnegara telah menimbulkan kerusakan infrastruktur serta fasilitas umum dan jatuhnya korban jiwa maupun luka-luka.
Data sementara menyebutkan sebanyak 316 unit rumah di Kecamatan Kalibening mengalami kerusakan, sebanyak 62 unit di antaranya berlokasi di Desa Kertosari, 217 lainnya di Desa Kasinoman, dan 37 unit di Desa Plorengan.
Gempa tektonik itu juga merusak sejumlah fasilitas umum, yaitu tiga masjid, satu musala, dan satu gedung sekolah (SMPN 2 Kalibening).
Selain itu, berdasarkan pendataan yang dilakukan pada hari Kamis (19-4-2018) pukul 14.00 WIB, sebanyak 455 keluarga yang terdiri atas 1.939 jiwa mengungsi.
Jumlah pengungsi berkurang dari data sebelumnya yang mencapai 526 keluarga yang terdiri atas 2.104 jiwa karena sebagian mengungsi ke rumah keluarganya.
Tercatat dua warga Desa Kasinoman meninggal dunia akibat gempa, yakni Asep (13) dan Kasri (80) serta puluhan lainnya luka-luka.
Pascagempa, berbagai bantuan langsung disalurkan terutama logistik dan kebutuhan pokok lainnya. Kementerian Sosial juga mendirikan dapur umum lapangan dan menurunkan personel Taruna Siaga Bencana (Tagana).
Menteri Sosial Idrus Marham menegaskan bahwa seluruh korban gempa Banjarnegara harus terpenuhi seluruh kebutuhan dasar dan pelayanan sosial lainnya.
Unik
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan bahwa gempa yang mengguncang Banjarnegara merupakan gempa dangkal karena kedalaman pusat gempa hanya 4 kilometer.
Berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa tersebut merupakan gempa dangkal akibat aktivitas sesar lokal dengan mekanisme kombinasi pergerakan mendatar dan naik (Oblique Thrust Fault).
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebutkan gempa Banjarnegara sangat unik karena magnitudonya kurang dari 5 tetapi skala MMI bisa mencapai IV dan V.
"Ini terjadi akibat aktivitas sesar atau patahan aktif yang sifatnya lokal, terutama di situ daerah yang terguncang tersusun atas elemen sedimen yang lunak dan lepas sehingga guncangannya terasa kuat," kata Dwikorita.
Sesar lokal tersebut merupakan patahan baru yang belum teridentifikasi dalam peta sumber dan bahaya gempa bumi yang dikeluarkan pada tahun 2017.
Sesar atau patahan yang sudah diketahui, yaitu Patahan Semangko yang membentang di Pulau Sumatera, yakni dari bagian utara hingga ke selatan yang dimulai dari Aceh hingga ke Teluk Semangka di Lampung.
Patahan Opak yang memisahkan dataran tinggi perbukitan Wonosari (Gunung Kidul) dengan dataran rendah Yogyakarta. Patahan Grindulu merupakan patahan yang terdapat di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.
Patahan Lembang merupakan patahan yang membentang di kawasan Jawa Barat dan memotong dataran Bandung juga Sesar Cimandiri dan Baribis di Jawa Barat.
Patahan Flores yang merupakan salah satu patahan yang aktif di Indonesia berada di wilayah Flores.
Patahan Palu juga dikenal dengan sesar Palu-Koro. Sama dengan patahan-patahan yang lain, patahan Palu-Koro juga merupakan patahan yang dapat menyebabkan gempa lokal.
Patahan Tarera Audina merupakan patahan yang berada di Pulau Papua. Patahan ini merupakan patahan yang tidak aktif, tetapi bisa aktif kembali apabila dipicu gempa besar yang terjadi.
Patahan Jakarta yang dinyatakan tidak aktif. Akan tetapi, karena adanya slicken side, offset, dan pergeseran di sedimen-sedimen Pleistosen dapat mengakibatkan patahan ini aktif sewaktu-waktu. Karena patahan ini, Jakarta berpotensi akan tenggelam suatu saat nanti karena gempa tektonik.
Tetap Tenang
Pascagempa pada hari Rabu tersebut, BMKG mencatat terjadi satu kali gempa bumi susulan dengan kekuatan 2,6 SR pada hari Rabu (18-4-2018) pukul 23.32 WIB.
Biasanya kekuatan gempa susulan akan makin mengecil sebagai bentuk pelepasan energi. BMKG mencatat sejak 12 April hingga 19 April 2018 atau dalam sepekan sebanyak 141 gempa telah terjadi dengan kekuatan gempa bervariasi dan sebanyak 12 di antaranya berkekuatan magnitudo lebih dari 5.
Oleh karena itu, masyarakat khususnya di sekitar Banjarnegara diimbau untuk tetap tenang dan selalu waspada akan segala potensi yang bisa terjadi.
Begitu juga dengan daerah lainnya karena Indonesia yang terletak di kawasan rawan bencana dan dikelilingi patahan-patahan, masyarakat perlu memiliki kesadaran akan potensi bencana yang selalu mengintai.
Bukan hanya gempa bumi, melainkan juga bencana lainnya, seperti banjir, angin langkisau (puting beliung), kekeringan, tanah longsor, dan dan tsunami.
Oleh karena itu, mitigasi dan hidup arif serta bersahabat dengan alam sangat penting dan perlu disadari oleh masyarakat karena Indonesia adalah "supermarket" bencana.(*)